Pairing : AoMomo
Genre : General /?
***
~a Kuroko no Basuke Drabble~
All of Me © Shizuka
Fuyuki chan
Kuroko no Basuke © Fujimaki
Tadatoshi
.
.
.
WARNING : OOC, typo(s), dan beberapa kesalahan lain
.
.
.
Enjoy and Happy Reading!
.
.
.
Seluruh tubuhnya dingin, bahkan mentari yang menciptakan tirai-tirai
cahaya hangatnya tak mampu mengubah suhu tubuh pemuda itu. Dadanya sesak, ia sesekali
harus mengambil nafas dalam untuk menenangkan dirinya.
Dia kecewa.
Bukan tanpa alasan. Pemuda itu merasa kecewa karena ada suatu
alasan khusus. Dia baru pertama kalinya merasakan jatuh dari langit yang tak terukur
jauhnya. Dia kalah dalam pertandingan melawan Seirin.
Ia merenung dalam kekecewaan. Hatinya memberontak ingin mengulang
pertandingan itu karena merasa tak percaya akan kekalahannya.
Kenapa dia kalah melawan Seirin? Bukankah dia kuat? Bukankah
yang bisa mengalahkan dia hanyalah dia seorang? Kenapa dia memberikan kemenangan
itu kepada lawannya? Kenapa dia bisa jatuh sedalam ini? Pertanyaan-pertanyaan itu
terus memakan pikirannya, bahkan dari pertanyaan-pertanyaan itu, memacu pertanyaan-pertanyaan
lain tercipta. Tak ada habisnya.
Sunyinya halaman SMA Touo membuat Aomine terus menjauh dari alam
sadarnya. Hampa. Semuanya sudah selesai. Tapi dirinya masih terus bertanya-tanya;
“Mengapa aku kalah?”
Dari pertanyaan itu, membuahkan beberapa jawaban yang
memungkinkan. Karena dia terlalu meremehkan lawan, atau karena dia berubah. Kemungkinan
yang terakhir adalah kemungkinan yang hampir mustahil. Bukankah setelah ia berubah,
dia selalu menang kecuali kali ini?
“Aomine-kun.”
Dalam renungannya, ia masih dapat mendengar suara lembut itu.
Suara yang terpancar dari bibir seorang gadis manis yang ia kira sudah pulang sejak
pertandingan usai. Namun Aomine tak menjawabnya, bahkan tak menengoknya sedikitpun.
“Kau kalah. Apakah kau kecewa?” Tanya Momoi lalu duduk di
samping pemuda yang warna kulitnya berbanding terbalik dengan kulitnya.
“…” Aomine masih tak mau menjawabnya. Mulut dan hatinya bungkam.
Iatahu, membicarakan hal itu adalah sia-sia, tak mungkin kepingan waktu yang ia
sesalkan akan kembali lagi. Namun pikiran-pikiran menyebalkan itu justru terus menguasai
otaknya.
Momoi tersenyum, “Jatuh seperti ini rasanya sakit ‘kan? Tapi
justru hal ini akan membuatmu menjadi lebih hebat.”
“Kau pikir ini karena aku terlalu meremehkan lawan, hm?”
Gadis itu menggeleng, “Ini semua karena kau lemah.”
Aomine terbelalak. Berani-beraninya gadis itu berkata seperti
itu padanya, pikirnya. Namun dia justru mengabaikan ocehan teman masa kecilnya itu.
“Jika saja kau kuat, pasti tidak akan-“
“Aku kuat.” Belum selesai Momoi berucap, pemuda itu langsung
memotong perkataannya. “Yang bisa mengalahkanku hanyalah aku.”
“Kau memang keras kepala. Kalau kau tetap seperti ini, kau akan
terus dikalahkan, baka! Jika yang
bisa mengalahkanmu hanya kau seorang, ada berapa ‘kau’ di dunia ini yang akan mengalahkanmu?”
Helaian-helaian rambut merah muda milik gadis itu terkibas angin
lembut. Matanya yang terfokus pada sesosok pemuda di sampingnya seketika terkejut
tatkala pemuda itu membalas tatapannya. Kini dua pasang lensa tertuju pada suatu
titik temu, dan seringaian terukir tipis pada bibir pemuda itu. Aomine tak tahu
apa yang membuatnya dapat merasakan hawa sejuk dalam hatinya. Namun ia tahu pasti,
gadis jelita yang berada di hadapannya itu membuatnya bangkit dari keterpurukan.
“Aku masih merasakan kekecewaan itu, dan aku yakin aku tidak
bisa menghapusnya hanya dengan melawan Seirin lagi. Tapi aku ingin melawan semua
‘aku’ yang ada di dunia ini.”
-TAMAT-
***
A/N :
Hari yang bangkqe
h3h3h3h3h3h3
Aku Cuma mau nuangin kekecewaanku
dengan nulis. Ya, itu aja.
Sign, Uul