Lisa adalah
gadis kutu buku. Jika bukan sedang berkunjung ke perpustakaan, orang-orang
pasti dapat menemukannya di dalam kelas—tentu dengan buku yang biasa ia baca
sepanjang waktu. Namun sayangnya, dia sering kali lebih memilih untuk membaca
buku fiksi dibanding non-fiksi atau buku-buku pelajaran sekolah. Karena hal
itulah, walau dia seorang kutu buku, prestasi akademiknya tak begitu istimewa.
Rambutnya selalu
ia ikat dua di samping kanan-kiri ke bawah dengan pita yang ia koleksi sedari
SMP. Poni lurusnya tak pernah mengganggu kegiatan membacanya. Penampilannya selalu
seperti itu, yang tentu saja memudahkan orang untuk mengenalinya. Yah, walau
dia tak memiliki banyak teman, sebenarnya.
Akhir-akhir
ini, dia sedang menyukai sebuah karya novel fiksi bertema fantasi dari seorang
penulis lokal. Menurutnya, cukup hebat ada penulis lokal yang bisa membuat
kisah fantasi semenarik ini baginya. Ceritanya tentang seorang gadis yang
terjebak di dunia lain setelah melewati sebuah pintu misterius. Cukup mainstream,
memang. Namun kelanjutannya benar-benar membuat Lisa ingin membacanya lagi dan
lagi. Tulisan-tulisannya tergambar sangat nyata di otaknya. Dan yang membuatnya
agak merasa kecewa adalah, tidak ada biodata atau pun kata pengantar dari si
penulis. Nama yang tertera sebagai penulis di buku itu pun sepertinya hanya
nama pena, karena menurutnya cukup aneh jika ada manusia yang memiliki nama
seperti itu. Nama yang tertulis di sana adalah ‘’bunga musim dingin”. Ditulis menggunakan
lowercase. Entah apa maksud dari nama
penanya itu, menurut Lisa, cukup misterius.
Mengesampingkan pikirannya yang makin berlari menjauhi
situasi normal, Lisa pun akhirnya mencari tahu nama penulis tersebut di situs
pencarian; google. Namun,
bukannya si penulis yang ditemukan, melainkan beberapa judul cerita pendek dari
situs situs maupun blog. Yah, namanya juga bukan seperti nama manusia, jadi
memang susah juga mencarinya. Yang sudah pasti ia ketahui dari si penulis
adalah fakta bahwa si penulis adalah orang lokal, karena penerbit buku yang
menerbitkan bukunya merupakan penerbit yang khusus untuk menerbitkan buku-buku
lokal. Nama penanya juga berbahasa Indonesia. Apa mungkin, dia tanyakan
saja ya, ke penerbitnya ? Ah, konyol. Padahal hanya dengan rasa penasaran,
dirinya jadi memikirkan hal-hal sepele itu sampai sejauh ini.
Memang, lebih baik tetap diam dan menikmati karyanya saja. Tak
perlu memikirkan hal-hal lainnya.
Tapi, bagaimana jika ….
Sebenarnya si
penulis itu tidak ada?
Pikiran Lisa semakin kacau saja.
***
Hari ini
adalah hari pengembalian buku Lisa yang dipinjamnya seminggu lalu. Seorang diri
gadis itu menaiki tangga ke lantai dua—tempat di mana perpustakaan sekolah
berada. Dan ketika dirinya sudah berhadapan dengan wanita penjaga perpus, ia
segera menyerahkan buku yang ia bawa sampai pada akhirnya buku itu berada di
tangan wanita tersebut.
Namun tiba-tiba
si penjaga perpustakaan tersebut memandang ke arah Lisa, takut-takut.
‘’Kamu … meminjam buku
ini ?’’ Sambil mengangkat buku bersampul gambar seorang gadis bergaun
merah, si wanita tersebut berbicara pelan.
‘’Iya. Kenapa, ya?’’
jawab Lisa yang sontak merasa waswas melihat ekspresi seseorang di hadapannya.
‘’Kamu mau tahu, kisah
sebenarnya di balik buku ini ? Ah, sebaiknya kita membicarakannya
lain kali saja. Itu pun jika kamu ingin.’’
‘’Aku mau tahu !’’ Lisa menjawab dengan antusias. “Kalau
begitu, bagaimana kalau nanti sepulang sekolah? Oh, iya, aku belum tahu siapa
nama Anda. Perkenalkan, aku Lisa.” Lisa mengulurkan tangan kanannya.
Perempuan yang ada
dihadapannya pun membalas uluran tangannya. “Ya, Lisa. Panggil saja aku Wina …
atau Kak Wina. Umurku belum lebih dari duapuluh tahun, kok, ahahaha.”
Tangannya dingin. Mungkin karena suhu di dalam perpustakaan ini
memang dingin, Lisa membatin.
“Oke, Kak Wina. Jadi, bagaimana kalau sepulang sekolah saja?”
Wanita berseragam khusus penjaga perpustakaan itu pun mengangguk,
menyetujui.
***
Jarum jam yang ada di dalam jam tangan hitam milik Lisa telah
menunjukkan pukul tiga sore. Dirinya tidak langsung pulang ke rumah, tentu
karena perjanjian tadi dengan Kak Wina. Rasa penasaran yang berlebih
benar-benar membuatnya tak kuasa untuk menghapus pikiran-pikirannya tentang si
penulis misterius tersebut.
“Ah, hai Lisa!”
Seseorang memanggilnya dari arah tangga. ‘’Maaf membuatmu menunggu lama
ahahaha.’’
‘’Tidak, kok. Aku juga
belum lama di sini, Kak.’’
Sepintas dan secara
tak sengaja, Lisa melihat percikan cahaya di belakang langkah perempuan itu. Tidak,
itu pasti hanya penglihatannya yang sedang tidak bagus.
‘’Jadi, mau mulai
darimana ?’’
‘’Ya … terserah saja. Tapi
yang aku benar-benar ingin tahu adalah masalah si penulis buku itu. Namanya aneh.
Dan dia tidak mencantumkan kata pengantar atau apa pun tentangnya di buku itu.’’
‘’Kalau itu, bagaimana
aku menjelaskannya, ya ….’’
‘’Eh ?’’
‘’Ah tidak tidak. Maksudku,
baiklah akan kuceritakan.’’ Mula-mula, perempuan itu duduk di kursi yang tak
jauh dari tempat mereka berdiri, dan Lisa pun mengikutinya. Kemudian ia mulai
bercerita, ‘’Kau pasti tak akan percaya. Tapi sebenarnya, penulis buku itu
adalah adikku.’’
‘’Hah ? Tidak
mungkin.’’
‘’Aku tahu kau akan berkata begitu.’’ Wina tersenyum, kemudian
melanjutkan. ‘’Dia masih seumuran denganmu saat itu. Sebenarnya aku cukup
terkejut ketika tahu bahwa naskah adikku diterima oleh penerbit. Tapi setelah
kubaca, memang menarik. Yah, dia tidak pernah menunjukkan karyanya kepada
keluarga secara langsung. Dan dia selalu mengurung diri di kamar. Hanya aku
yang terkadang masuk ke kamarnya dan menemaninya. Entah sedang menulis,
menggambar, ataupun sibuk mengerjakan tugas sekolah. Sampai pada suatu saat ….’’
Jeda pada perkataan Wina yang cukup panjang sedikit membuat Lisa
bergidig ngeri untuk mendengar kelanjutan ceritanya.
“Dia menghilang, tak lama setelah buku itu diterbitkan.”
“Eh? Kok bisa? Itu nggak mungkin, ‘kan—”
“Kenyataannya begitu,” ucap Wina dengan nada lirih. “Dicari ke
mana pun, tetap tak ketemu. Sampai kami melaporkannya ke polisi, tetap saja
tidak ketemu. Kejadian itu dua tahun lalu. Ah, sudah cukup lama ….”
Perasaan Lisa terasa tersayat dengan kisah yang diceritakan oleh
Kak Wina. Ini tidak mungkin, bukan? Ini dunia nyata, bukan fiksi seperti yang
ada dalam buku adik Kak Wina itu.
Atau jangan-jangan.
“Adik kakak menghilang tak lama setelah buku itu diterbitkan?”
Kak Wina mengangguk pelan.
Saat ini, sebuah pemikiran tengah berkeliling di dalam otaknya. Pemikiran
yang sangat gila, tapi kenyataan sepertinya lebih gila dari itu.
“Adikmu sepertinya telah mengalami kejadian seperti yang ada pada
bukunya.”
Seketika, keaadaan menjadi hening.
“Kalau begitu ....”
"Yang bisa membuatnya kembali, ada pada buku itu juga?"
"Ah iya. Dia menceritakan bahwa gadis di dalam novelnya bisa kembali dengan kode rahasia yang diucapkan oleh salah seorang manusia dari dunia aslinya," jelas Lisa, berlagak serius.
"Ah, Lisa. Kamu berandai-andai. Sebenarnya, adikku itu meninggal akibat kecelakaan saat dia menyebrang jalan sepulang sekolah. Maaf telah membohongimu, ahahaha. Aku hanya mengada-ada, karena masih tidak percaya adikku meninggal begitu saja setelah karya perdananya diterbitkan. Maaf."
Lisa mengusap dahinya. Rasanya, dia memang sudah tidak waras berpikir yang tidak-tidak begitu. Pada kenyataannya, orang yang sedang dibicarakan memang menghilang dengan masuk akal. Bukan seperti yang ia pikirkan sebelum-sebelumnya.
"Justru aku yang harus meminta maaf, Kak. Aku membuatmu mengingat adikmu."
Dan tiba-tiba, seseorang menghampiri mereka dari belakang.
Semakin lama, suara langkah kakinya semakin terdengar jelas.
I-itu ....
--END--
a/n :
yeayyyy
akhirnya bisa ngisi blog lagi !!!!!1111 !!!!!1
nggatau
kenapa, lagi kena WB dan pas lagi ngerjain tugas geografi eh malah bikin ginian
#rukyahdiri #lanjutinnugas anw ini terinspirasi dari nama penaku #NGGA kan nama
penaku fuyuhana, artinya bunga di musim dingin #ngarang tapi ya gitu deh
whwhwhhw maaf gaje & sebenernya ini pertama kalinya aku bikin yang agak agak
misteri(?) gini weheheh endingnya gantung ya sengaja ((sebenernya si males ngelanjutinnya #HEH))
sign, ulya