Rabu, 28 Oktober 2020

sudut pandang

Diposting oleh fuyuhanacherry di 03.12 0 komentar

siapa aku

di matamu

adalah

siapa yang kamu mau

dan ilusi itu bukan tipuan

asal kamu meminta

sembari berserah;

menggadai ruang

menginvestasi waktu

menyambung......

Diposting oleh fuyuhanacherry di 03.10 0 komentar

pelan

pelan

hati

hati

lamat

lamat

telak

koneksi terputus

Jumat, 09 Oktober 2020

selamat mengulang; mengabdi; mengabadi

Diposting oleh fuyuhanacherry di 06.13 0 komentar

17/09/20

Hari dipublikasikannya tulisan ini adalah hari ulangtahunku yang ke duapuluh. Kepala dua, ya … nggak kerasa. Kaya set set wessss. Klise banget kalo aku bilang aku ngerasa masih kecil dan belum pantes berada di umur itu. Tapi ya, gimana, emang rasanya belum siap meskipun mungkin udah (sedikit) pantas.

Sejujurnya aku di masa lalu gakepikiran kalo aku bakal nginjak umur 20. Kupikir aku bakal menghilang sebelum umur itu. Aku pikir aku bakal musnah ditelan bumi karena gagal menjadi manusia. Tapi sekarang rupanya aku bener-bener udah berada di titik ini. Wow, apa yang udah kudapat dari seperlima abad kemarin ya? Entahlah. Gak mau juga terlalu mempermasalahkannya, takutnya malah jadi topik perbandingan dengan manusia-manusia super lain di luar sana.

Di umur ke-20 ini aku sengaja membuat postingan yang didedikasikan untuk diriku sendiri. Merayakan pengulangan hari kelahiran sendiri tidak begitu seru, memang, tapi aku sendiri nggak tau apa yang bisa aku lakuin buat diriku sendiri selain menulis ini; selain memanggil rekam jejak kehidupan yang telah lalu dan mengapresiasi semua langkah kaki yang sudah konsisten aku ambil sampai detik ini.

Jadi, aku menemukan sebuah postingan di instagram yang lumayan menarik. Isinya game menjawab pertanyaan. Dan kayaknya seru kalo aku lakukan. Langsung aja, ya.

 

Apa kekuatan dan kelemahan terbesarmu?

Aku mau menyangkal kalo aku seorang yang ‘kuat’, tapi sepertinya ‘kekuatan’ dan ‘kuat’ adalah dua hal yang berbeda, bukan? Aku memang bukan seorang yang kuat, tapi mungkin aku memang punya kekuatan. Buktinya, aku masih bertahan hidup sampai sekarang.

Menurutku kekuatan terbesarku adalah menangkap dan menelaah konklusi kehidupan. Kalau nggak begitu, aku nggak tahu untuk apa aku tetap hidup. Edgy sekali.

Bukan kadang, tapi emang seringkali hidup bikin bertanya-tanya ‘kenapa’, dan sejauh ini aku selalu bisa mencari jawabannya sendiri.

Kenapa aku hidup? Karena ada yang mengharapkan kehadiranku. Kenapa aku bertahan hidup? Karena eksistensiku sudah terlanjur dikenal dunia. Atau mungkin, kenapa aku lemah? Karena aku akan menghancurkan hidup oranglain jika aku kuat.

Intinya, ‘kenapa’ dan ‘karena’ sudah menjadi kerabat pikiranku. Mungkin karena itu orang-orang melihatku sebagai orang yang kritis. Padahal nggak juga, aku masih suka kemakan ego sendiri. Aku kadang terlalu realistis dan terlalu mengedepankan asumsi-asumsi logis sampe melukai oranglain secara nggak sengaja hm, sering terjadi. Sebenernya cuma karena aku penganut bitter truth aja sih, dan hal tersebut bukanlah konsumsi semua jenis orang. Aku akhir-akhir ini menyadari kalau aku perlu hati-hati dengan ini, karena bisa jadi boomerang juga.

Kalau kelemahan… aku nggak bisa menjelaskan, nggak mau. Akan terlalu memakan banyak energi untuk menuliskannya. Tapi aku merasa apa yang jadi kekuatanku mungkin bisa juga menjadi kelemahanku juga seperti yang aku jelaskan tadi, ironis.

Selain itu karena menurutku ada kalanya sebuah pertanyaan lebih baik tak memiliki jawaban agar ia bisa bebas dan menolerir apapun yang telah terjadi, jadi biarin aja jadi pertanyaan terbuka.

Tapi aku kasih bocoran dikit: insecurity.

 

Di mana kamu merasa berharga dan dicintai?

Kata orang-orang dari ranah ilmu psikologi, bahasa cinta setiap orang itu beda-beda. Mungkin semua orang yang ada di sekitarku telah menyisakan beberapa remahan cintanya ke aku, dan aku nggak menyadarinya karena dalam perspektifku, bentuk cinta yang aku anggap nyata cuma segelintir dari yang mereka kasih. Tidak adil, ya, tapi mungkin adil juga kalau semua orang juga merasakan dan melakukan hal yang sama. Namanya sudah hukum alam.

Bahasa cinta yang bisa aku terima sampai sekarang itu … afeksi yang ditunjukkan dalam sebuah aksi. Seperti bantuan, dukungan, hiburan, dan lain-lain. Bukan berarti bahasa cinta dalam bentuk kata-kata, hadiah, dan skinship tu nggak aku terima, ya. Cuma rasanya masih mentah dan masih menimbulkan banyak pertanyaan. Contohnya, mungkin aku bisa memberikan kata-kata indah untuk semua orang, padahal intensitas cintaku ke semua orang jelas berbeda-beda, gabisa boong. Jadi menurutku nggak terlalu akurat jika orang menyimpulkan besar kecintaanku ke semua orang adalah sama hanya karena aku memberikan semua kata-kata itu buat mereka. Tapi kalau aksi … dibutuhkan effort lebih untuk melakukannya, karena itulah aku lebih percaya jenis bahasa yang itu.

Aku merasa dihargai dalam beberapa lingkaran pertemananku. Aku bukan tipe orang yang banyak dikenal dan bisa menunjukkan diriku yang asli dengan siapa saja. Karena itu, orang-orang yang sudah tahu bagaimana aku yang asli dan yang tidak tipu-tipu, bisa dipastikan mereka telah membuatku merasa dihargai karena aku tidak perlu menutup-nutupi apapun lagi. Terima kasih!

 

Apa saja hal-hal besar atau kecil yang membuatmu bahagia?

Aku sering mendengar kata-kata semacam ‘bahagia itu sederhana’, dan aku sama sekali nggak setuju dengan hal itu.

Bahagia itu nggak sederhana. Bahagia itu suatu hal yang mewah. Nggak ada ukuran yang pasti buat bisa bikin orang bahagia. Definisi atau bahkan deskripsi bahagia itu rancu. Bisa aja seseorang merasa bahagia dengan banyak uang, di sisi lain ada orang yang punya banyak uang tapi ngerasa nggak bahagia. Ada orang yang mempunyai keluarga lengkap dan merasa bahagia, ada pula orang yang mempunyai keluarga sama lengkapnya tapi nggak bahagia.

Pada dasarnya bahagia tu bukan sesuatu yang bisa digali faktor-faktor pemicunya. Karena itulah, bahagia itu nggak sederhana.

Tapi kalau ‘bahagia bisa datang dari hal-hal sederhana’, baru aku setuju.

Hal besar yang membuatku bahagia mungkin teman. Aku bahagia kalau aku punya teman yang bisa membuatku menerima diriku sendiri dan bisa membuatku merasa bahwa eksistensiku punya nilai. Menurutku, punya teman yang tulus adalah salah satu rezeki terbesarku. Mungkin kalian pikir aku sotoy dan terlalu positif thinking kalo teman yang aku punya sekarang itu tulus dan apa adanya. Bisa aja mereka muka dua, iya, ‘kan? Tapi persetan, sekalipun aku tampak bodoh karena itu, aku merasa apa yang aku rasakan ini nggak ada salahnya. Nggak ada salahnya aku menganggap seseorang sebagai orang yang penting. Nggak ada salahnya aku menganggap seseorang sebagai orang yang harus aku hargai. Kalaupun nantinya dunia menamparku karena aku salahpaham, setidaknya aku nggak melakukan hal yang menyakiti oranglain.

Dan hal besar yang lain adalah uang.

Kalau hal-hal kecil … aku bahagia ketika aku punya kesempatan untuk mencoba banyak hal. Mengembangkan hobi-hobiku, misalnya. Atau mencoba hal-hal baru yang sama sekali aku nggak bisa dan nggak aku dalami. Karena aku pikir, ini semua adalah salah satu privilege—nggak semua orang punya kesempatan yang sama denganku.

Aku suka banget semua hal yang menyangkut seni dan sastra. Tapi nggak menutup kesempatan buat hal-hal di luar itu juga. Aku dulu cukup suka mata pelajaran berhitung dan fisika. Aku juga akhir-akhir ini suka membuat kue. Pokoknya melakukan sesuatu yang sebelumnya Cuma aku lihat dari layar kaca atau dari ruang oranglain tuh membahagiakan. Karena setelah melakukannya, aku bisa meyakinkan diri bahwa ‘ohhh ternyata aku bisa juga, ya’ walau tidak seepik yang oranglain hasilkan.

 

Apa saja sifat-sifat oranglain yang membuat kamu kagum?

Secara garis besar sudah pasti sifat yang nggak atau belum aku miliki hihi karena sudah hukum alam, halaman tetangga selalu tampak lebih kuning….. kok kuning? Karena aku nggak begitu suka warna hijau.

Mungkin sifat yang berkebalikan dari aku adalah sifat orang-orang yang kuat. Secara psikis maupun fisik. Ya, dalam keduanya aku selalu lemah. Maruk sekali.

Orang-orang kuat yang kumaksud itu … seperti orang yang bisa mengendalikan hal-hal di sekitarnya, walaupun sebenarnya hanya ‘seolah-olah’. Tentu dalam hal ini aku mendambakan yang positif. Seperti, dia bisa membuat semua orang respect padanya, dia bisa membuat semua orang mengakui bahwa ia dibutuhkan karena bisa membawa tawa dan riang. Selama ini, aku merasa justru aku adalah tipikal orang yang selalu membutuhkan oranglain, bukan yang dibutuhkan.

Di atas itu semua, aku paling merasa kagum dengan orang-orang yang tulus dan bisa mengekspresikan perasaannya dengan terbuka kepada oranglain. Walau yang satu ini menurutku terlalu mengada-ada. Soalnya kalau dipikir, orang akan memberikan reaksi kepada kita tergantung bagaimana kita melakukan aksi duluan, ‘kan? Tapi menurutku ketulusan memang antara ada dan tiada. Bukannya bermaksud curiga bahwa Rasulullah tidak tulus kepada pengikutnya, tapi di zaman sekarang ini … tulus itu untuk apa? Kadang aku nggak ngerti. Tapi aku kagum. Tapi sepertinya muluk-muluk jika aku ingin menjadi seperti itu maupun ingin menemukannya.

 

Apa yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri ketika kamu sedih?

Tentu saja menikmati kesedihan! Suatu hal yang sia-sia ketika kita bisa merasakan sesuatu, entah yang enak atau tidak, dan kita malah mengelaknya.

Menurutku menikmati kesedihan juga salah satu anugrah. Kesedihan bisa membangkitkan perasaan-perasaan yang telah mati. Kesedihan bisa menyediakan tempat untuk bersandar dari peliknya hidup yang sebelumnya hanya bisa disembunyikan. Kesedihan itu penetrasi. So, as long as I don’t lose myself, I will accept it.

Tapi kalo aku lagi dalam situasi genting dan kesedihan itu mengganggu aspek-aspek hidupku yang lain, aku bakal menangkalnya dengan makan. Buang-buang uang intinya, haha! Coping mechanism ku emang makan sih, terutama makanan dan minuman manis. Selain itu mungkin dengan karokean di rumah. Rekaman-rekaman. Aku merasa beruntung dengan hal ini karena di masa stress pun aku masih bisa produktif bikin cover hehe. Tapi gak selalu sih, kadang tetep jenuh juga. Paling utama aku bakal me time aja sih. menyendiri. Karena bersosialisasi dengan orang tuh jujur memakan energi sangat banyak buat aku. Jadi kalo aku excited pas ngobrol sama kalian, itu adalah hal yang bagus. Tandanya aku mau meluangkan energiku cuma buat bikin kalian senang haha, meski kadang harus menjadi badut

 

Apa yang kamu inginkan?

Kalau ngomongin masalah keinginan, jatuhnya malah jadi kayak mengekspos keidealisanku, haha. Aku kadang malu dengan sisi yang ini. memang memalukan. Aku jadi tampak munafik jika dilihat-lihat dari sudut pandang seorang ulya dalam hari-hari biasanya.

Sebenernya aku juga nggak tau apa yang aku pengen. Tapi entah kenapa, aku ngerasa aku nggak mampu juga mencapai itu, kalau pun aku udah tau.

Apa yang aku ingin biasanya adalah hal-hal yang kerap kali mustahil untuk ukuran seorang aku. Ya, aku sepesimis ini. tapi aku muak juga hidup dalam dunia dongeng yang diciptakan pikiranku sendiri. Sekali lagi, aku hanya realistis dan menerima bitter truth. Kadang emang menyebalkan, ya seperti yang aku bilang di awal. Kata orang, andai aku punya motivasi dan semangat, aku bisa jadi orang yang ‘besar’. Tapi nggak, keinginanku yang jelas bukan jadi orang yang besar.

Kalau dipikir-pikir, meski aku nggak tau keinginanku secara spesifik, tapi hidup tenang dan bisa diterima dunia sebagai seorang yang mentah cukup menarik (Dan kalau bisa, tanpa perlu jadi orang besar dulu.)

 

 

home sweet dream Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review