Halo!! Akhirnya konten langkah2 ini kembali hahahaha. Bagi yang belum tau, ini adalah tulisan taunan yang berisi ringkasan atas sepak terjangku selama setahun terakhir. Jadi aku bikin tulisan modelan gini setaun sekali~
Bagi yang penasaran silakan cek
dulu episode2 sebelumnya(?)
Okey, jadi kali ini adalah
langkah duapuluh menuju duapuluh satu. Hm, cukup berat. Karena aku udah
bener-bener meninggalkan dua dekade pertama dalam hidupku. Rasanya kayak harus
melepas sesuatu yang masih belum bisa aku lepas. Masa anak-anak dan remaja
adalah masa yang cukup berkesan. Dan mungkin aku tidak akan pernah merasakan
keseruan yang sama lagi seperti pada masa-masa itu.
Umur 20-an awal biasanya adalah
umur-umur sudah mulai sok-sokan dewasa hahaha. Padahal aku masih belum mau. Mixed
feeling sebenarnya, semakin besar aku semakin diberi kebebasan oleh orangtua,
tapi semakin berat juga beban tanggungan yang aku dapatkan. Apalagi aku adalah
anak sulung dalam keluarga yang sangat diwanti-wanti menjadi teladan bagi adik-adikku.
Ngomong-ngomong soal dewasa,
dalam setahun belakangan ini aku mengalami beberapa kali situasi yang membuatku
belajar. Mungkin itu adalah salah satu cara tuhan untuk melatih proses
pendewasaanku. Terutama masalah kendali ego. Sebelumnya aku gak begitu sadar
kalau egoku cukup tinggi, tapi beberapa peristiwa yang terjadi tahun ini
menunjukkan hal itu dan aku tidak bisa mengelak hahaha. Sebenarnya setelah aku
menyadari itu, aku jadi makin takut. Makin takut aku sulit diterima oranglain,
makin takut aku akan ditinggalkan….
Memang, setiap ada pertemuan
pasti akan ada perpisahan, cepat atau lambat. Sudah menjadi hal yang mutlak. Walau
begitu, merasa sedih akan adanya perpisahan yang bisa terjadi kapan saja itu
wajar, ‘kan? ‘Sedih’ akan selalu menjadi hal yang wajar, sih. Tapi entah kenapa
orang-orang di sekitarku yang sudah mulai memasuki usia ‘dewasa’ selalu
mengasosiasikan kesedihan dengan tingkat kedewasaan. Padahal nggak ada
hubungannya, kalau menurutku. Sedih untuk alasan apa saja adalah hal yang
valid. Nggak ada orang yang berhak ngejudge
oranglain bersalah dengan merasa sedih. Jadi, nggak apa-apa merasa sedih. Tapi jangan
lupa kalau perasaan sedih itu cukup ‘for
now’ aja. Ke depannya harus kembali bahagia lagi dong. Dan jangka waktu
bersedih tiap orang berbeda-beda, wajar, justru nggak perlu banget diukur. Biarkan
mengalir saja dengan sendirinya. Kalau dirasa kesedihan itu sampai mengganggu
aktivitas, mendekatkan diri kepada tuhan bisa menjadi salah satu solusi. Dia yang
paling mengerti perasaan hambanya, dia yang paling berhak membolak balikkan
hati hambanya.
Tentang ditinggalkan itu sebenarnya
aku juga membicarakan tentang kematian-kematian orang di sekitarku. 2021 adalah
tahun yang kelam. Kasus kematian karena COVID-19 naik drastis. Teman-temanku
banyak kehilangan orang-orang yang dicintainya—ayah, ibu, kakak, saudara, dan
lainnya. Aku sempat merasa stress di tengah-tengah hujaman berita duka itu. Aku
semakin takut kehilangan—lebih parahnya lagi kehilangan di sini adalah
kehilangan yang sudah mustahil dikembalikan lagi. Perpisahan yang menyangkut
dunia dan akhirat. Kemudian aku mengingat tentang kematian salah satu kawanku
pada akhir 2019 silam, pedih, aku nggak mau merasakannya lagi. Jadi aku harap
semua orang di sekitarku selalu sehat dan bahagia. Jangan lupa pakai masker dan
cuci tangan!!
Oh iya, aku merasa sejak pandemi
aku semakin rajin mencuci tangan. Dalam satu pagi aku bisa mencuci tangan 5
kali hahaha. Kalau belum cuci tangan aku merasa nggak aman. Dan ritual cuci
tangan ini ntah kenapa membuatku lebih rileks dalam menghadapi situasi panik. Apalagi
jika sabun cuci tanggannya wangi~
Tahun 2021 ini aku semakin jarang
bertemu dengan teman-temanku. Tapi sebenarnya ketika belum pandemi juga aku
cukup malas kalau diajak kumpul hahaha. Tapi rasanya kali ini cukup kosong. Ntah
kenapa kadang aku kangen bertemu dengan teman-temanku. Kalian apa kabar? Walau kita
udah jarang interaksi aku harap kalian tau kalo aku selalu mengingat dan
mendoakan yang terbaik buat kalian :D
Oiya tahun ini juga tahun pertamaku merasakan bulan puasa di perantauan!! Cukup seru walau sedihnya ada pandemi gini jadi ga begitu bebas ke mana-mana atau kumpul-kumpul. Tapi aku seneng akhirnya bisa merasakan vibes ramadhan di perantuan~ Walau kalo sahur selalu sendiri, eh kecuali kalo temenku ada yang nginep di kos seh hahaha
Yang terjadi di setengah tahun pertama 2021 ini belum cukup banyak. Tapi sekalinya ada, banyak pelajaran yang aku dapatkan juga dan aku harap dari pelajaran-pelajaran itu bisa memperbaiki ‘aku’ ke depannya, dan menjadi pertimbangan agar tidak mengambil langkah yang salah lagi.
Oiya, nilai IP ku semester 4 ini
menurun. Aku kesellllllllllll. Bener-bener bikin aku stress pada masanya. Apalagi
ada beberapa matkul yang udah aku harapin bakal dapat nilai bagus malah
dapetnya pas-pasan. Hadeh. Ulya memang rawan terPHP. Hahaha, semoga semester 5
nilaiku bisa naik lagi. Oiya semester 5 juga ada magang dan pentas drama. Sepertinya
akan menjadi semester yang sibuk. Wish me luck!! Doain juga aku keterima magang di tempat yang aku inginkan ya :D
Masalah self love, sebenarnya
semakin ke sini semakin membaik. Aku semakin bisa menghargai diriku sendiri and
i treat my own self better than before. Ini adalah langkah bagus tentunya. Yang
masih jadi PR ku adalah bagaimana cara mengontrol ego agar hubunganku dengan
oranglain tidak menjadi buruk. Sebenarnya sudah menjadi PR ku dari SMA, tapi
sampai sekarang masih aja…. Susah juga ya ternyata? Tapi kupikir dengan
menyadari kekuranganku ini sudah menjadi hal yang bagus. Karena aku sadar aku
salah, hanya saja memang kesulitan untuk merealisasikan perbaikannya hehe. Mungkin
aku butuh oranglain
Ngomong-ngomong tentang
oranglain, sampai taun ini juga aku masih belum pernah menjalin relationship. Dan
aku merasa keren hahaha aku sebenarnya kurang paham kenapa orang-orang kadang
berbelas kasihan padaku hanya karena aku jomlo. Whats wrong with that? Padahal lho
aku gapernah ngeluh, gapernah merasa ‘kurang’ dengan tetap memilih single. Justru
aku merasa belum butuh-butuh banget. I have 0 interest on building a relationship. Menurutku maintain
relationship bukan hal yang mudah, dan sangat beresiko. Dalam pertemanan aja
susah apalagi kalo udah berkaitan sama perasaan. Apalagi aku tipikal orang yang
kalo serius bakal serius beneran. Jadi aku gamau nyianyiain energi, waktu dan
effortku untuk hubungan yang salah :D im
not trying to be ‘hard to get’ at all, im just not ready for it. As simple as that
Dan denger-denger belakangan ini
teman-temanku banyak yang mendapat pencapaian ini itu. Seneng banget dengernya.
Jadi memotivasi diri juga buat ikut ngejar mereka. Ya walau pencapaian mereka
bukan menjadi patokan sih, aku juga punya targetku sendiri. Kebahagiaan orang
kan beda-beda. Jadi pencapaian-pencapaian kecil pun patut diapresiasi. Bagi yang
merasa belum, tetap semangat. Pace hidup orang beda-beda, wajar, gaperlu
cepet-cepet juga. Yang penting selalu usahakan ada progress setiap harinya.
dari progress-progres kecil pun udah bagus, kok!! Tetap berusaha dan jangan
lupa menikmati hidup ya
Oiya, liburan semester ini aku
menghabiskan waktu dengan berkarya dan mengikuti kelas bahasa Thailand hahahaha.
Aku beruntung prodiku buka kelas semacam ini. gratis lagi. Menambah wawasan
banget bagi aku yang suka bergelut dalam bidang bahasa juga. Semoga liburan semester
berikutnya ada program semacam ini lagi, dan bahasa jepang!! Huhu, daridulu aku
pengen banget lancar berbahasa jepang. Semoga sebelum lulus aku bisa mayan
lancar berbahasa asing (selain English) entah apapun itu #target
Aku bingung mau nulis apalagi. Malah
jadi nggak terorganisir gini tulisannya wkwk but thanks for reading!! Sampai jumpa
di episode langkah2 ulya berikutnya~