Sabtu, 20 Desember 2014

[Fanfict] : All of Me

Diposting oleh fuyuhanacherry di 15.30 0 komentar
Pairing : AoMomo

Genre : General /?

***
~a Kuroko no Basuke Drabble~

All of Me © Shizuka Fuyuki chan

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

.
.
.
WARNING : OOC, typo(s), dan beberapa kesalahan lain
.
.
.
Enjoy and Happy Reading!
.
.
.

Seluruh tubuhnya dingin, bahkan mentari yang menciptakan tirai-tirai cahaya hangatnya tak mampu mengubah suhu tubuh pemuda itu. Dadanya sesak, ia sesekali harus mengambil nafas dalam untuk menenangkan dirinya.

Dia kecewa.

Bukan tanpa alasan. Pemuda itu merasa kecewa karena ada suatu alasan khusus. Dia baru pertama kalinya merasakan jatuh dari langit yang tak terukur jauhnya. Dia kalah dalam pertandingan melawan Seirin.

Ia merenung dalam kekecewaan. Hatinya memberontak ingin mengulang pertandingan itu karena merasa tak percaya akan kekalahannya.

Kenapa dia kalah melawan Seirin? Bukankah dia kuat? Bukankah yang bisa mengalahkan dia hanyalah dia seorang? Kenapa dia memberikan kemenangan itu kepada lawannya? Kenapa dia bisa jatuh sedalam ini? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memakan pikirannya, bahkan dari pertanyaan-pertanyaan itu, memacu pertanyaan-pertanyaan lain tercipta. Tak ada habisnya.

Sunyinya halaman SMA Touo membuat Aomine terus menjauh dari alam sadarnya. Hampa. Semuanya sudah selesai. Tapi dirinya masih terus bertanya-tanya; “Mengapa aku kalah?”

Dari pertanyaan itu, membuahkan beberapa jawaban yang memungkinkan. Karena dia terlalu meremehkan lawan, atau karena dia berubah. Kemungkinan yang terakhir adalah kemungkinan yang hampir mustahil. Bukankah setelah ia berubah, dia selalu menang kecuali kali ini?

“Aomine-kun.”

Dalam renungannya, ia masih dapat mendengar suara lembut itu. Suara yang terpancar dari bibir seorang gadis manis yang ia kira sudah pulang sejak pertandingan usai. Namun Aomine tak menjawabnya, bahkan tak menengoknya sedikitpun.

“Kau kalah. Apakah kau kecewa?” Tanya Momoi lalu duduk di samping pemuda yang warna kulitnya berbanding terbalik dengan kulitnya.

“…” Aomine masih tak mau menjawabnya. Mulut dan hatinya bungkam. Iatahu, membicarakan hal itu adalah sia-sia, tak mungkin kepingan waktu yang ia sesalkan akan kembali lagi. Namun pikiran-pikiran menyebalkan itu justru terus menguasai otaknya.

Momoi tersenyum, “Jatuh seperti ini rasanya sakit ‘kan? Tapi justru hal ini akan membuatmu menjadi lebih hebat.”

“Kau pikir ini karena aku terlalu meremehkan lawan, hm?”

Gadis itu menggeleng, “Ini semua karena kau lemah.”

Aomine terbelalak. Berani-beraninya gadis itu berkata seperti itu padanya, pikirnya. Namun dia justru mengabaikan ocehan teman masa kecilnya itu.

“Jika saja kau kuat, pasti tidak akan-“

“Aku kuat.” Belum selesai Momoi berucap, pemuda itu langsung memotong perkataannya. “Yang bisa mengalahkanku hanyalah aku.”

“Kau memang keras kepala. Kalau kau tetap seperti ini, kau akan terus dikalahkan, baka! Jika yang bisa mengalahkanmu hanya kau seorang, ada berapa ‘kau’ di dunia ini yang akan mengalahkanmu?”

Helaian-helaian rambut merah muda milik gadis itu terkibas angin lembut. Matanya yang terfokus pada sesosok pemuda di sampingnya seketika terkejut tatkala pemuda itu membalas tatapannya. Kini dua pasang lensa tertuju pada suatu titik temu, dan seringaian terukir tipis pada bibir pemuda itu. Aomine tak tahu apa yang membuatnya dapat merasakan hawa sejuk dalam hatinya. Namun ia tahu pasti, gadis jelita yang berada di hadapannya itu membuatnya bangkit dari keterpurukan.

“Aku masih merasakan kekecewaan itu, dan aku yakin aku tidak bisa menghapusnya hanya dengan melawan Seirin lagi. Tapi aku ingin melawan semua ‘aku’ yang ada di dunia ini.”

-TAMAT-

***
A/N :

Hari yang bangkqe h3h3h3h3h3h3

Aku Cuma mau nuangin kekecewaanku dengan nulis. Ya, itu aja.


Sign, Uul

Jumat, 07 November 2014

[[Review]] Ending of Naruto

Diposting oleh fuyuhanacherry di 14.02 0 komentar


Haloooooo akhirnya aku bisa ngepost lagi di sini wwwwwww yah, ini juga karena aku lagi pengen curhat. Opkors tentang Naruto yang kemaren tamat.

Fyi, aku antara seneng dan sedih. Nangis nggak berenti-berenti antara seneng sama sedih. Aku seneng karena OTP-ku, SasuSaku resmi canon. Do you know that savers waiting for this moment, when sasuke caring to sakura lololololololol dat feelings make me doki doki oh dunia pun bergetarrrrr <3

Kenapa seneng? Yah bayangin aja yah. Sakura yang dari kecil suka sama Sasuke tapi perasaannya nggak pernah terbalas, bahkan Sasuke malah gak peduli sama dia. Tapi dia tetep nggak berenti mencintai Sasuke sampe sekarang. YA. SAMPE SEKARANG. DAN LIATLAH HASILNYA-----TARAAAAAAAAA

Sasuke mbales penantian panjangnya yang penuh duka selama ini. Cintanya terbalas. Udah berapa lama dia menunggu? Udah berapa lama dia ngorbanin cintanya dan sakit hati karena Sasuke? Dia bahkan ngorbanin Naruto yang cinta ke dia, tapi dia tetep berpegang teguh sama orang yang dia sukai sampe akhir :””””””””””””) Dia udah punya kepercaan yang penuh ke Sasuke, dia nggak takut jatuh. Dia bakal terima resiko, apapun yang terjadi nanti, yang penting bagi dia tetaplah suka sama Sasuke walau seahat apapun orang itu.  Dan dari awal pun udah ketahuan (diliat dari chapter 699), kalau Sasuke juga memperhatiin Sakura. Sasuke mungkin nggak tau gimana sakitnya Sakura nungguin dia terlalu lama, but aku yakin dia seneng banget pas Sakura bilang bahwa dia masih suka sama Sasuke pas Sasuke nantangin Naruto. Dia lega. Dia sebelumnya takut kalo Sakura kehilangan kepercayaan sama dia. Dan akhirnya dia tau kalau Sakura emang buat dia  #eaea

Dan pair di Naruto yang paling sweet emang SasuSaku. Diliat-liat dari perjalanan mereka—penuh tikungan tajam dan melewati jalan yang penuh rintangan (?) Dari awal mereka masuk tim yang sama, bekerja sama dalam tim, sampai Sasuke yang masuk ke dalam liang kegelapan……………………………………….

Gak sia-sia ‘kan perjuangan dan pengorbanan Sakura? Sasuke enak banget ya tinggal nerima Sakura trus jadian. Nggak. Dia juga udah nyimpen perasaannya dalam-dalam dari dulu. Nggak mungkin ‘kan dia tiba-tiba suka sama Sakura di chapter akhir. Dia udah dari dulu, tapi dia nyimpen itu karena uhuk-gengsi-uhuk. Lagian dia nggak terlalu mikirin perjodohan (?) sebelumnya. Tapi di akhir dia sadar kalo dia harus nikah buat membangun klan Uchiha nya kembali #ngawur

Dan yah, aku juga sedih Naruto tamat. Ya wajar sih ya, di mana ada awal, pasti ada akhir. Tapi kok aku ngerasa Naruto cepet banget tamatnya padahal udah 15 taun =)) aku pengennya Naruto tamat pas aku udah kerja /NGGAK

Naruto yang udah bikin aku berkecimpun di dunia anime dan segala tetek bengeknya. Naruto yang udah bikin aku terjun di dunia nulis. Naruto yang bikin aku ketemu sama temen-temen se-per-fangirl-an (?) dari seluruh dunia. Thanks Naruto. Thanks om Masashi Kishimoto. Otsukareta deshita :’) Sekarang, anda udah bebas dari segala beban Naruto, walau masih ada movie the last. Anda tinggal bobok cantik sambil minum teh atau berlibur bareng keluarga. Ajak Oda-sensei juga yah =)))) /heh

15 tahun, Naruto telah menemani perkembanganku dari aku SD.

1999-2014. 6 November 2014. Naruto end.

Manga ini bakal selalu aku kenang dalam lubuk kokoro yang terdalam.


Sign, Uul

Kamis, 30 Oktober 2014

Setimpal

Diposting oleh fuyuhanacherry di 17.15 0 komentar
Kegiatan ekstrakurikuler paduan suara telah usai. Beberapa anak yang mengikuti kegiatan ekstra tersebut mulai keluar dari ruang musik, menuju gerbang sekolah. Hanya saja, Yuna sengaja tidak pulang bersama teman-temannya itu, hanya untuk sekedar mengambil buku catatannya yang tertinggal di kelasnya, yang berada di lantai dua. Setelah itu, dia kembali dan melangkah pergi untuk pulang.

Namun, tiba-tiba raut  wajah gadis itu tampak gelisah, tatkala dirinya mendapati sosok Rika yang sedang melangkah menghampirinya, yang baru saja sampai di koridor. Fokusnya langung menuju ke masalahnya dengan perempuan yang juga merupakan anggota eskul paduan suara itu. Ia masih ingat betul tentang kejadian hari kemarin, ketika dirinya tak sengaja menumpahkan segelas jus jeruk ke seragam yang dikenakan oleh gadis itu di kantin. Semua mata yang ada di kantin memandang mereka saat kejadian tersebut, yang membuat hati Rika tergilas oleh rasa malu.

Yuna memang sudah meminta maaf saat itu. Tapi sepertinya Rika masih belum memaafkannya, karena peristiwa memalukan itu selalu dibicarakan oleh murid-murid di sekolah mereka. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukan? Pikir Yuna berkali-kali.

“Yuna, ya?”

Yuna mengangguk ketika gadis dengan rambut sebahu yang berada di hadapannya itu memanggil namanya.

“Terimakasih atas yang kemarin,” ucap Rika dengan nada mengejek.

“Maaf.” Yuna masih saja berusaha mengucapkan kata ‘maaf’, walau sebuah kata yang ia ucapkan itu tidak akan berarti terhadap situasi saat ini.

Rika tersenyum kecil, “Eh, serius loh, aku berterimakasih,” Rika memberi jeda sedikit pada perkataannya, “Karena peristiwa kemarin, aku jadi mengerti, bahwa ketika seseorang melakukan suatu perbuatan kepada orang lain-”

Belum sempat Rika menuntaskan kata-katanya, ia langsung menyiram segelas air dari gelas plastik yang dibawanya ke seragam Yuna. Yuna terkejut bukan main. Sekarang tubuhnya basah, seperti seseorang yang tangah kehujanan di bawah awan kelabu.

“Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan terhadap orang lain, akan tumbuh perasaan untuk ingin membalas perbuatan itu. Maaf.”

Rika berjalan pergi melewati gadis yang masih berdiri kaku di koridor sekolah yang sepi itu.
Yuna menatap langit yang sudah mulai mengantuk, menunjukkan bahwa hari itu sudah sore, dan membuatnya perlahan melangkah untuk meninggalkan sekolah yang sepi itu serta lantai koridor yang basah karena peristiwa tadi.

“Eh, Yuna, kenapa seragam kamu basah?” Pak Deni,  selaku satpam yang menjaga sekolah di pintu gerbang mengerutkan kening penuh rasa ingin tahu.

“Tidak apa-apa, Pak. Hanya masalah kecil.” Yuna menjawab pertanyaan pria itu sambil tersenyum, lalu kembali melangkahkan kakinya untuk pulang.

Sebenarnya dia kesal dengan perlakuan Rika padanya. Padahal hanya karena masalah kecil, tapi Rika menanggapinya terlalu berlebihan sehingga menimbulkan perasaan dendam.

Namun, Yuna ingat dengan kata-kata Rika saat itu,

“Ketika seseorang melakukan suatu perbuatan terhadap orang lain, akan tumbuh perasaan untuk ingin membalas perbuatan itu.”

Setidaknya, tindakan yang Rika lakukan memang salah. Tapi karena kata-kata itu, Yuna mengerti, bahwa dari setiap perbuatan yang ia lakukan terhadap orang lain, pasti orang lain itu akan memiliki rasa untuk membalas perbuatannya, dalam balasan yang baik maupun buruk. Karena di mana ada sebab, pasti ada akibat. Itu hal yang setimpal, bukan?

-END-
.

.

.

A/N :
Iseng di waktu senggang. Mumpung ada mood nulis /o/

Sign,

Uul

Kamis, 23 Oktober 2014

[FANFICTION] : when love blossomed behind the reason

Diposting oleh fuyuhanacherry di 15.51 0 komentar

Title : when love blossomed behind the reason

Fandom : Prince of Tennis

Desclaimer : Takeshi Konomi

Genre : Horror-Supranatural Drama

Main Character : Takeshi Momoshiro & Sabila Eriana a.k.a Bella

Summary : ‘Alasan’ bisa saja menjadi sebuah hal bodoh yang hanya membuang-buang waktu saja. Tapi ketika kau memberikan alasanmu, akulah yang merasa bodoh. / Drama full delusi dari seorang Sabila Eriana / Jangan baca, nanti syedih dan author tidak mau bertanggung jawab


***

Suasana kelas masih ramai setelah pembagian kelompok tugas, usai. Yuno-sensei, guru Matematika di Seishun Gakuen memerintahkan semua anak didiknya untuk selalu bekerja sama dengan kelompok yang sudah dibuatnya dalam mengerjakan tugas. Bella Eriana, seorang gadis dengan dua bola mata yang terhias frame kacamata berwarna hitam, hanya memasang wajah datar. Baginya, berkelompok maupun tidak, hasilnya tetap sama saja. Ia memang dikenal sebagai murid yang pintar di mata pelajaran itu, dan disegani oleh teman-teman sekelasnya.

Kini, mereka semua harus duduk sesuai dengan kelompoknya. Dan Bella mendapat kelompok 3, yang beranggotakan; Shizuka, Tanaka, dan Momoshiro. Kepribadiannya yang tidak bisa akrab dengan anak laki-laki membuatnya sedikit risih jika harus bekerja sama dengan mereka.

“Bella-chan, kita satu kelompok!” ucap Shizuka dengan wajah yang bersinar, gembira. Ia memang merupakan salah seorang yang sangat dekat dengan Bella.

Bella hanya tersenyum simpul, lalu kembali mengarahkan pandangannya pada sebuah buku yang lumayan tebal, tentunya buku Matematika.

“Hei, bagaimana cara kerja kelompoknya? Apa semua tugas ini akan dikerjakan oleh Bella?” ucap Tanaka, yang merupakan ketua kelas di kelas itu.

Bella mengangguk, “Ya, serahkan saja pada-”

“Enak saja! Kita juga harus mengerjakannya, baka!” Laki-laki bertubuh tinggi itu dengan sigap memotong pernyataan dari Bella. Momoshiro, laki-laki  yang merupakan anggota dari klub tennis sekolah mereka, klub Seigaku, menentang hal itu karena merasa sangat direndahkan oleh gadis dengan surai hitam yang panjang sepunggung itu.

“Um … kalau begitu, Bella-chan mengerjakan yang ini, aku yang ini, Momo yang ini, dan Tanaka-kun yang ini. Bagaimana?” Shizuka menjelaskan sambil menunjuk ke arah beberapa soal yang ada dalam buku. Mereka semua pun mengangguk paham, lalu mengerjakan soal sesuai dengan bagian yang telah ditentukan.

Suara bel tanda jam pelajaran Matematika telah usai berbunyi, padahal mereka belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Yuno-sensei.

“Baiklah, kalau belum selesai, kalian boleh mengerjakan di rumah, dan harus dikumpulkan lusa nanti,” jelas Yuno-sensei pada akhirnya. Seluruh siswa pun merasa lega mendengar pernyataan itu, dan mulai membicarakan tentang belajar kelompok mereka.

“Kita akan mengerjakannya di rumah siapa?”

“Tidak perlu. Aku bisa mengerjakan semuanya,” ujar Bella lirih.

Momoshiro menepuk mejanya sambil berucap keras, “Sudah kubilang tidak bisa! Kita harus mengerjakannya bersama-sama!”

“Oi oi, tidak perlu emosi seperti itu, Momoshiro.” Tanaka berusaha menenangkan Momo yang tampaknya sangat aneh hari ini. ya, tak biasanya dia marah-marah tidak jelas seperti itu. Padahal, biasanya dia selalu membuat teman-temannya tertawa dengan leluconnya. Pasti ada sesuatu yang terjadi padanya.

“Oke, kalau begitu, kita belajar kelompok di rumahku, besok sore. Setuju?”

.

.

.

~A Prince of Tennis fanfict~

when love blossomed behind the reason © Shizuka Fuyuki chan

Prince of Tennis © Takeshi Konomi


.

.

.

WARNING : OOC (BANGET NGET NGET NGET. JANGAN PERCAYA SAMA KARAKTERNYA BELLA DI SINI KARENA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA), OC, AU, Typo(s), dll
.

.

.

Sepesial untuk Bella-senpai. Setelah ini dikau harus membayar uang senilai Rp.1.000.000,- kepada saya. Thx.
.

.

.
Enjoy and Happy Reading! X3
.

.

.


Hari itu tak sesuai dugaannya, hujan. Bella yang tak membawa payung karena tak mengira akan hujan pun terpaksa harus menunggu sampai hujan mulai reda. Namun, sampai se-per-empat jam ia menunggu di sana pun, hujan belum saja surut.

“Harusnya aku membawa payung tadi. Cih!” Ia mendengus kesal. Sekolah sudah mulai sepi, semua siswa satu per-satu pulang ke rumah mereka masing-masing. Ada yang dijemput anggota keluarganya, ada pula yang diantar oleh um … mungkin kekasih mereka.

“Bella-san, mau ikut?” Seseorang mengejutkan gadis itu. Momoshiro, pemuda itu menawarkannya untuk pulang bersama—maksudnya menawarkannya untuk pulang di bawah lindungan payung yang sama.

A-no … tidak apa-apa, aku bisa menunggu hujan ini reda.” jawab Bella pelan sambil tersenyum—walaupun sebenarnya ia sangat ingin pulang saat itu.

“Tidak apa-apa, rumah kita ‘kan satu jalur,” kata Momo bersikeras agar Bella mau pulang bersamanya. “Bisa saja sampai malam, hujan tidak reda-reda, lho.”

Bella mulai berpikir. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk menerima tawaran dari pemain tennis itu, “Baiklah, arigatou.”

***
Jarak ke rumahnya masih sekitar 200 meter lagi. Bella sebenarnya sedikit malu jika harus pulang bersama Momoshiro. Tapi mau bagaimana lagi, kondisinya sangat tidak memungkinkan untuk menolak ajakan teman satu kelasnya itu.

“Bella-chan.

“E-eh?” Bella membelalakkan matanya, menatap ke arah seorang pemuda yang menggenggam gagang payung di sampingnya.

“Kau keberatan tidak, jika aku bermain ke rumahmu?”

Eh? Kenapa tiba-tiba bicara begitu? Ada apa sebenarnya? Bella merasa ada yang mengganjal di sini—lebih tepatnya dengan tingkah laku Momoshiro yang sedikit canggung membuatnya terkejut, berbeda dengan saat dia belajar kelompok di sekolah. Bella menghela nafas pelan, lalu berucap, “Tidak masalah tapi—”

“Ah, tidak apa. Aku tak memaksamu.”

“Bukan begitu ….”

Bella tiba-tiba saja menghentikan ucapannya. Dilihatnya pemuda yang tengah memandangi jalanan basah di hadapannya, manis. Ucapannya tadi benar-benar lembut, berbeda sekali dengan sikapnya saat belajar kelompok tadi di sekolah.

Suasana pun hening. Udara basah akibat rintikan butir-butir air yang membasahi tanah membuat hawa yang cukup dingin. Apalagi dengan payung yang tak cukup besar untuk dua orang itu, Bella sesekali harus rela sikunya basah akibat guyuran air hujan yang turun dari daun payung itu.

“Kau kedinginan?” ucap Momoshiro setelah menyadari bahwa gadis itu menggigil tak nyaman. Bella hanya menggeleng pelan.

Momo menghentikan langkahnya, hal itu pun otomatis membuat Bella menghentikan langkahnya pula.

“Pegang ini,” ucap Momoshiro sambil menyerahkan payung kelabu miliknya. Bella pun menerimanya dengan segera.

Tak disangka, Momo melepas jaket ‘Seigaku’ nya dan menyelimuti Bella dengan jaket putih biru itu. Bella ternganga, hatinya terenyuh. ‘Ini bukan bermaksud apa-apa bukan?’ batinnya.

“Pakailah itu, dan bawa saja payungnya. Aku akan pulang sendiri. Jaa!”

Momo langsung berlari menjauh seorang diri, dengan posisi tas yang digunakan untuk melindungi dirinya dari tetesan air hujan. Detik demi detik berlalu, bayangan tubuhnya pun mulai sirna, ditelan arah, termakan suasana sunyi dalam hujan sore hari itu.

***

“Bella.” Seseorang menyapa Bella dari luar pintu kelas. Ia tersenyum tatkala gadis yang ia panggil itu menatap ke arahnya, lalu segera beranjak dari tempat duduknya. Saat itu kelas masih sepi. Bella berangkat lebih pagi dari biasanya.

“Ah, Fuji-senpai. Ada apa?”

“Yuno-sensei menyuruhmu untuk tidak pulang terlebih dahulu, sepulang sekolah. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padamu, katanya.” Seuntai senyum yang dibarengi dengan sepasang mata yang melekuk manis membuat Bella senang. Kakak kelasnya itu sangat baik dan ramah, pikirnya.

Bella pun mengangguk, mengerti, “Baiklah. Terimakasih telah memberitahuku, senpai!”

Fuji kembali mengangguk, lalu berlalu begitu saja dari kelas itu. Tanpa mereka sadari, saat itu, Momoshiro telah berada di depan kelas, mengintai percakapan mereka. Raut mukanya tampak tak segar, seakan-akan ada rasa cemburu dalam hatinya—yah, memang dia cemburu, sih.

Momo pun memasuki kelasnya itu, melewati Bella yang berada di ambang pintu, dengan dingin. Belum sempat gadis itu mengucapkan ucapan ‘selamat pagi’, Momo sudah mengucapkannya terlebih dahulu, dengan nada menggerutu, “Ohayou.”

“O-ohayou,” jawab Bella pelan. Beberapa menit setelah itu, beberapa siswa mulai memasuki kelas, menghilangkan suasana canggung di antara mereka berdua.

Sampai pada akhirnya, Bella baru mengingat perihal jaket Momoshiro yang ia pinjam, kemarin. Segera ia kembali ke tempat duduknya, membuka tasnya untuk mengembalikkan jaket itu.
Ia pun melangkah pelan ke arah Momoshiro yang tampak sedang melamun memandangi pemandangan di luar jendela.

“Ano … Momoshiro,”

“Huh?” Momo mengarahkan pandangannya ke arah di mana suara itu berasal. Sudah ia duga, suara itu memanglah milik Bella.

“Ini, terimakasih kemarin kau meminjamkan ini padaku,” ucap Bella sambil menyerahkan jaket biru-putih yang terlipat rapih. Momo pun menerimamanya dengan wajah datar. Setelah itu, ia kembali memandangi pemandangan di luar jendela yang berada di sebelah kanannya.

Bella masih berdiri di sana. Ia pun tak tahu kenapa kakinya tak juga beranjak dari tempat itu. Hatinya gelisah, tak mendapatkan jawaban dari si Takeshi itu. Sampai pada akhirnya, Shizuka yang baru memasuki kelas memanggilnya dari arah pintu.

***

Momoshiro semakin aneh saja.

Semenjak hari itu, di mana Bella berbincang dengan Fuji-senpai di depan kelas, ia Nampak murung. Tak jelas alasannya. Bella mengira kalau Momo cemburu karena dirinya berduaan dengan Fuji—walau dia tak yakin. Ia tak ingin beranggapan terlalu jauh. Tapi, dia menyukainya.

Sampai pada suatu saat, ketika Fuji-senpai memanggilnya kembali karena urusan Olimpiade Matematika yang akan diadakan satu bulan lagi.

Dan lagi-lagi, Momoshiro memandangi mereka tanpa mereka sadari. Dan tanpa diduga sebelumnya, ia mendekati mereka, lalu meraih lengan Bella dan menariknya untuk keluar dari kelas.

“E-eh, Momoshiro? Kenapa-”

“Berisik!”

Langkah kakinya masih belum berhenti. Entah akan membawa gadis itu ke mana, namun pemuda itu tak kunjung melepaskan eratan tangannya. Dan akhirnya, mereka pun berhenti di koridor yang berada jauh dari kelas mereka.

“Aku akan pindah ke Amerika, mulai besok.”

Suara hentakkan kaki dari beberapa siswa yang sedang berlalu lalang di koridor tempat mereka berdua berhadapan tidak jua mengalihkan perhatian Bella. Ekspresinya yang tak bisa dibaca, dengan kacamata yang masih melekat di wajahnya, tak menunjukkan hal-hal yang aneh.

“Kenapa ….”

Suasana di antara mereka hening. Desiran angin mengibas rambut hitam gadis itu, lirih. Kini koridor itu sepi. Dua insane itu masih di sana dengan suasana hati yang kacau.

“Tidak apa-apa. Aku hanya memberitahumu. Ahahaha kenapa aku ini konyol sekali ya, hahahaha”
Tawa yang dipaksakan itu sama sekali tidak lucu. Bahkan Bella pun sampai ingin sekali pergi dari sana. Tapi, ia tak memungkiri bahwa ia pun terkejut tatkala mendengar berita bahwa Momoshiro akan pindah. Terkejut sekaligus sedih. Ya, selama ini ia telah memendam perasaan terhadap pemuda itu, diam-diam. Ia merasa tak pantas untuk mengungkapkannya, apalagi setelah tahu bahwa orang yang ia sukai akan pergi.

“Tidak, ini buruk,” ucap Momo tiba-tiba, “Aku harus pergi mengikuti keluargaku di sana, dan harus rela orang yang aku sukai dibiarkan di sini.”

“Orang yang kau sukai?”

“Kau.”

Sesuatu membuat gadis itu kaget kepalang. Apalagi dengan mimik wajah Momoshiro yang serius saat menyatakan pernyataan itu, membuatnya tak bisa berpikir apa-apa.

“Alasan aku yang menjauhimu, bersikap dingin padamu, dan membawamu ke sini, hanya untuk itu. Maaf telah mengganggumu.” Pemuda itu melangkah pergi begitu saja.

Bella yang masih belum bisa bertindak apa pun masih berdiri memandangi kepergian pemuda itu. Besok, dia pergi. Hanya itu yang bisa dia pikirkan sekarang. Ia harus merelakan kepergian seseorang yang menyukainya dan disukainya. Namun, itu bukanlah akhir dari sebuah kisah, bukan? Karena mereka tak butuh alasan untuk saling memiliki, apa salahnya memiliki hubungan yang terbentang oleh jarak? Ya, walau Bella belum berkata secara langsung bahwa ia pun menyukai pemuda itu, namun dirinya merasa sudah memiliki seorang kekasih tanpa gelar—Momoshiro Takeshi.

***

-END-

A/N :

DEMI APA INI ADALAH FF TERLAKNAT YANG PERNAH DAKU BUAT ADFGGWJJWXLKGCEVRG /menangis pilu/  but btw ini FF pertamaku setelah hiatus nulis 3 bulan h3h3h3h3 *marawisan* tapi tulisanku jadi kaku gini yah :’( efek kelamaan gak nulis mungkin :’(

Ini hanyalah delusi dari seorang Sabila Eriana, teman-teman. Saya hanya menuliskannya karena iba dengan delusi dan pola pikirnya yang sangat tinggi dan menawan itu :’( Awas lo Bel kalo lo protes masalah ending gantung di FF ini, gue bunuh lo—kalo nggak ada hukum. Sengaja gak dibikin romantis entar lo keenakan berdelusy dan meninggalkan saya seorang diry

POKOKNYA JANGAN SALAHKAN SAYA MASALAH PAIR TERIMAKASIH WASALLAM END *ngacir*


Sign, Uul

[Coretan Random] : Sekai wa Koi ni Ochiteiru

Diposting oleh fuyuhanacherry di 14.02 0 komentar
Sekai wa Koi Ni Ochiteiru © Shizuka Fuyuki chan
[[Picture from : Ao Haru Ride]]
***



Hujan membawaku dalam sebuah kenyataan
Kenyataan bahwa hati ini menjerumuskan ke sebuah jurang perangkap yang tak berujung
Pikiran yang penuh penasaran pun memaksaku untuk terjun ke dalam sana
Yang berakhir dengan rasa sesal yang tiada gunanya lagi

Haruskah aku membuka mataku?
Lalu bersuara agar kau mengerti?
Namun terkadang, diam lebih baik dari pada mengungkapkan
Karena sesuatu yang kudamba memanglah mustahil kuraih

Sejauh apa pun aku melangkah, sebesar apa pun usaha yang kulakukan
Jika takdir itu memang diatur oleh tuhan, aku bisa apa?
Dibalik lisan yang kuungkapkan, tak ada artinya
Jika pun membuahkan hasil akan jawabannya, lalu aku harus apa?

Lebih baik untuk berhati-hati
Agar tidak terjatuh dalam cinta
Karena dunia gila ini telah bersekongkol dengannya,
Ya, memang begitu
***

A/N :
Dari pada blog udah kelamaan gak diapdet-apdet sampe bulukkan, mending ngerandom wakakakakakakakakak XD


Sign, Uul

Senin, 04 Agustus 2014

Kanata Hongo (My Boyfriend)

Diposting oleh fuyuhanacherry di 16.09 2 komentar




Kanata Hongo adalah pacarku yang lagi sibuk syuting Shingeki no Kyojin Live Action. Padahal mau lamaran tapi dia sibuk sih #ditendang
Okay. Kanata Hongo adalah aktor Jepang yang kece, imut, padahal kalian tau umur berapa? 24. Dia lahir di tahun 1990 bulan November tanggal 15.
Untuk selanjutnya, aku tegaskan dulu. Aku manggil dia Kana-chan. Dan ada sebuah motto (?) bagiku. Yaitu :

-Kana-chan is my Boyfriend
-Kana-chan is my love
-Kana-chan is my everything
-Kana-chan is mine
-I love Kana-chan

Itu dinamakan PancaKana  (/ \)
Entahlah, mungkin aku ini lebay. Tapi perlu diperhatikan, ini adalah kegiatan fangirling. Jadi, wajar dong aku menistakan tulisan sendiri /wut

Mau cerita sedikit, nih.
Pertama aku kenal dia tuh pas dia maen di Prince of Tennis Live Action. Dia jadi Ryoma. Gila men. Cocok banget :’( *salah emot*

Judesnya, sombongnya, cueknya, pokoknya semua karakter Ryoma itu masuk dalam diri dia (?)  Dan aku luluh kepada Kana-chan pada pandangan pertama itu #aseeek
Setelah itu, aku cari tau semua tentang Kana-chan. Dan dari seluruh informasi yang aku cari tahu itu, aku tambah cinta kepada Kana-chan <3

Yah, dia orangnya tertutup. Aku tahu itu. Tapi hal itu justru yang jadi daya tarik dia bagiku. Selain itu, dia dianggap misterius sama semua orang yang pernah bekerja sama dalam pilem perpileman sama dia.
Dia gak punya social media. Kurang apa lagi coba menariknya? Fansnya bejibun, tapi dia gak bikin satupun seosial media, kecuali website resmi.

Tapi, itu bukan berarti Kana-chan cuek sama fansnya. Dia selalu mengupdate websitenya yang berisi diary-diary dan curhatan-curhatannya tentang kesehariannya. Aku baca hamper semua diarynya itu dari tahun 2007 wkwkwkwk. Pake hurup Kanji sih, tapi aku translate pake google translate #jeder
Well, daya tarik terbesarnya justru pada cara dia menghargai para fansnya.
Okay. Mungkin menurut kalian Kana-chan itu sombooong banget. Sampe gak bikin akun sosmed, dan websitenya itu ada vasilitas (?) buat komen. Tapi, menurutku, Kana-chan bukannya sombong. Dia Cuma pengen mencoba rendah hati kepada fansnya. Dia pengen bersikap adil pada fansnya. Dia ingin ingin menghibur fansnya dengan tulisan dia di diarynya. Dan dia bukannya gak mau dikomentari. Melainkan dia gak mau fansnya kecewa karena dia gak bisa membalas komennya (kalo ada kolom komennya, pasti udah bejibun tuh)

Jadi, intinya gini. Kana-chan itu tipe yang ‘Lebih baik diam dan melakukan yang terbaik untuk fans, daripada mendengar komentar fans dan tak bisa melakukan apa-apa bagi fansnya.’
Well, ini menurutku sih #gubrak

Dan aku menggali, terus menggali dan menggali lubang informasi tentang Kana-chan. Juga nonton Dorama Jepang yang dibintangi oleh dia.
Dan ada sebuah info yang hamper membuatku jantungan.

“Kanata Hongo kissed a girl in Korea.”

WHAT?
WHAT IS IT?
WHY?
WHY HE KISSED A GIRL KORENGAN?
I’M BROKEN HEART
SERIOUSLY
AND THIS IS MAKE ME HATE KORENGAN
SORRY, I DON’T BE CALM NOW
ARRRRGGGG
*R.I.P English*


Oke. Seriusan. Aku siyok berat pas itu. Demi apa, laki-laki sepolos Kana-chan disuruh nyium cewek Korea gara-gara kalah dalam sebuah permainan. Kamplet.

Ganti topik aja deh. Ngomongin itu bakal nguras emosi besar.

Dan yah, tatapan Kana-chan menusuk-nusuk hatiku #pret  TAPI MATANYA KOK MIRIP ADEK COWOKKUUUUU #gaknyante  Tapi tetep kecean dan imutan Kana-chan dong XD

Satu lagi hal yang membuatku jatuh cintrong kepada Kana-chan. Dia suka banget sekolah.
Daku jadi maloe. Kana-chan aja suka sekolah, masa aku nggak :’(
‘kan sekarang jarang banget tuh, ada cowok yang suka banget sekolah. Lha, Kana-chan malah doyan sekolah huhuhuhuhi

Dan dia suka banget kucing dan anjing. Pas dia syuting pun dia bawa kucing. Aku liat pas dibalik layar PoT LA, Kana-chan bawa kucing dan ngelus-ngelus kucingnya sambil jongkok. KURANG IMUT APALAGI COBA DIAAAAAAA AKU GAK BISA NYANTEEEEEE KANA-CHAN EMANG TELAH MEREBUT HATIKUUUUU! HANYA DIA SEORANG YANG BISA MEMBUATKU DOKI-DOKIIIIII /woi

Bentar. Aku lupa apa lagi fakta Kana-chan masa :’( #nyungsep
Tapi masih banyaaaaak lagi fakta-fakta unik tentang dia yang gak bisa aku temukan pada orang lain/artis lainnya. Dia unik dan itu menarik. Kana-chan bisa dengan mudah bikin aku jatuh cinta sama dia.

Btw, dia main di Shingeki no Kyojin Live Action bareng pacar ketigaku, Haruma Miura looooh XD Semoga dia gak jadi Armin. Seriusan aku gak rela dia dijadiin uke dari segala penjuru  /salahfokus/

Sekian postingan yang errr— entahlah
Aku kasih bonus pictnya nih. Aku kan anak baik O:)

Sign,
Pacar Kana-chan, istri Shishido,
Uul


Kana-chan in Prince of Tennis Live Action XD


 I love you so much Kana-chan :*


With his pet XD


OH MY GOD! His smile make me doki-doki~ Kyaaaaaaaaaaaaa XD :* Daisuki dayooo, Kana-chan~

Sabtu, 12 Juli 2014

[[FANFICTION]] Prince of Tennis : Hat and Heart

Diposting oleh fuyuhanacherry di 04.31 0 komentar
Title : Hat and Heart

Author : Shizuka Fuyuki chan

Genre : Romance, Friendship

Rate : T

Main Chara :  Shishido Ryou & Me (Shizuka/OC)

Summary  : Tentang hari itu, saat itu, topi milikmu, dan pertigaan yang menyatukan kita.
.
.
.
Gadis bermanik turquoise itu mengenap-endap perlahan, menuju lapangan tennis yang tak jauh dari tempatnya berdiri, tadi. Ia mengintip dari luar lapangan, memusatkan pandangannya ke arah seseorang yang sedang bertanding di sana, saat itu. Yaitu, sosok pemuda bertopi, yang tengah bertanding ganda dengan pasangannya, pemuda bersurai kelabu.

“Ayo, Choutarou. Kita tidak boleh lengah!” teriaknya lantang.

Pemuda di sampingnya mengangguk, “Ha’i, Shishido-san.”

Mereka pun kembali terfokus dalam pertandingan melawan Golden Pair, rival tim ganda dari Seigaku.

Gadis bermahkotakan coklat sebahu itu tersenyum kecil. Dan dalam hati, ia berucap,”Ganbatte, Shishido-san!”
.
.
.

~A TeniPuri Fanfict~

Hat and Heart © Shizuka Fuyuki chan

Prince of Tennis © Takeshi Konomi

.
.
.
WARNING : OOC, OC (Ulya. Ahayde XD), AU, typo(s), dan beberapa kesalahan lain. Tidak menerima RA dan flame. Protesnya ke efbi aku aja. Oke? :)
.
.
.

Seluruh siswa Seishun Gakuen berlarian keluar kelas ketika suara lonceng tanda pulang berbunyi. termasuk  Shizuka. Gadis bersurai coklat dengan jepitan di rambutnya yang berbentuk pita itu, kini melangkah keluar kelas sambil menggendong tas hitamnya.

Ketika hampir sampai di gerbang sekolah, ia sontak menghentikan langkahnya. Ia melirik sekilas ke arah kiri, tampak seseorang bertopi biru tua sedang duduk bersama pemuda bermanik coklat, di kursi halaman sekolah.

Shishido-san.

Gadis itu pun membalikkan badannya, dan dengan ragu-ragu, melangkah ke arah dua siswa Hyoutei Gakuen itu.

“Uhm. Konichiwa, Shishido-san, Ootori-kun.” Sapanya kemudian sambil memainkan jemarinya, tanda bahwa ia sedikit gugup sekarang.

“Hai, errr … apa kita pernah berkenalan sebelumnya?” Tanya pemuda berambut keabu-abuan.

Shizuka menggeleng, “Perkenalkan, namaku Shizuka, dari Seishun Gakuen. Um … Aku sering mengamati kalian saat sedang bertanding ganda. Aku suka permainan tennis kalian.” Puji Shizuka sambil tersenyum.

“Tentu saja.” Ucap pemuda bertopi, singkat.

“Ngomong-ngomong, apa kabar?” Tanya gadis itu. Berusaha untuk mengakrabkan diri.

Shishido tiba-tiba menggeser badannya, dan meluangkan tempat untuk gadis itu duduk, di kursi mereka, “Duduklah di sini,”

Blush.

“A … arigatou.”jawab Shizuka gugup, lalu segera duduk di dekatnya, “Bagaimana pertandingannya tadi?”

“Yah, kami kalah. Eiji-san dan Oishi-san memang hebat.” Jawab Choutarou sambil tersenyum ramah. Sedangkan Shishido yang ada di sampingnya hanya diam.

“Ka-kau … tak apa-apa, Shishido-san?” Shizuka memandang raut wajah remaja umur 14 tahun itu, yang terlihat sedang kecewa.

“Tak apa-apa. Hanya saja, aku sedikit kecewa atas kekalahan ini.”

Hening.

Kekalahan memang sering kali menyebalkan dan membuat hati tak enak. Namun, kekalahan adalah sebuah pelajaran bukan? Karena di dunia ini tak hanya ada kemenangan.

Shizuka lantas mengambil tasnya, dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya itu.

“Shishido-san, Ootori-kun, ini untuk kalian.”

Dua buah roti coklat. Masing-masing dari mereka mendapat satu buah roti, “Arigatou.” Ujar Shishido dan Choutarou serentak.

Mereka lalu memakan roti itu, sedangkan Shizuka hanya menatap mereka dan memperhatikan sekitarnya. Namun, tiba-tiba, ada sebuah perasaan yang mengganjal. Jantungnya berdebar, dan lututnya terasa dingin.

“Shizuka-san,”

Shizuka sontak mengarahkan pandangannya pada sosok Ootori Choutarou, “Ha’i?”

“Ngomong-ngomong, kau kelas apa?” tanyanya.

“Oh … itu, kelas VIII-D.” jawab gadis itu kemudian, “Aku sekelas dengan Momoshiro-kun. Kita seumuran ‘kan, Ootori-kun.”

Choutarou mengangguk. Dan pemuda di sampingnya menghembuskan nafas, merasa bosan.

“Ootori-kun~ Nyaaaaaaa~” tiba-tiba, muncullah sosok remaja berambut merah menyala, berlari menemui mereka bertiga dengan riang.

“Eiji-san. Maaf, aku lupa.” Jawab Choutarou, “Shishido-san, Shizuka-chan. Aku harus pergi bersama Eiji ke rumahnya. Sampai jumpa.”

“Nyaaaa~~~ Sampai jumpa Shishido-kun, Shizuka-chan!” teriak Eiji semangat, lalu melangkah pergi bersama Choutarou.

Sekolah mulai sepi. Seluruh siswa Seishun Gakuen sudah pulang. Sekarang, hanya ada Shishido dan Shizuka di sana.

“En … Ano … kau tidak ingin pulang, Shishido-san?” Tanya Shizuka.

Shishido pun beranjak dari kursi yang ia duduki itu, “Mari pulang.”
Mereka pulang bersama. Ya, Shishido dan Shizuka. Dua orang berbeda jenis kelamin ini berjalan keluar sekolah bersama-sama, tanpa disertai orang lain selain mereka.

“Um … Shishido-san, bolehkah aku menanyakan sesuatu?” Tanya Shizuka ditengah perjalanan.

“Tentu saja. Apa itu?”

Hening. Shizuka masih ragu untuk menanyakan ini. Namun, hati kecilnya mendesaknya untuk mengatakan hal itu.

A-ano … sebelumnya …um … Apa yang kau lakukan, jika ada seseorang yang menyukaimu, Shishido-san?” dan akhirnya, kata demi kata keluar dari mulutnya.

“Aku tak akan mengambil keuntungan dari orang itu. Aku akan berusaha memahami orang itu sepenuhnya.” Jawab Shishido sambil tersenyum. Ya, tersenyum. Shizuka bahkan tak pernah membayangkan Shishido akan tersenyum kepadanya.

“Aku suka kau yang sepeti itu,” ucap Shizuka, “Um … Shishido-san, bagaimana jika orang yang menyukaimu itu … ada disampingmu saat ini?” lanjut Shizuka. Pipinya memerah ketika mengucapkan hal itu.

“Maksudmu kau? Yah … baguslah.”

Tunggu. Bagus? Jadi …?

“Um … karena … menurutku, Shishido-san jauh lebih keren dari Atobe-san.” Jelasku.

Shishido tertawa kecil, “Hahaha … aku lebih keren dari Atobe. Aku sangat setuju denganmu.”

Uhuk.

Mereka masih saja melangkah bersama di pinggir jalan, melewati gedung dan bangunan-bangunan lainnya. Belum terpisah oleh jalur menuju rumah mereka.

“Shishido-san,”

“Apa?” Shishido menatap gadis itu.

“Bolehkah … aku meminjam topimu. Sebentar saja. Aku hanya …..”

“Tentu saja. Itu bukan hal yang menyebalkan.” Shishido menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Shizuka. Shishido lalu melepas topinya, dan memakaikannya pada kepala gadis itu, “Ini.”

Blush.

“A-arigatou Shishido-san.” Jawab Shizuka. Ia masih tak menyangka akan seperti ini. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya.

“Topi itu bagus dipakai olehmu.” Komentar Shishido. Shizuka tersenyum bangga.

Dan pada akhirnya, mereka harus terpisah oleh pertigaan yang merupakan pemisah jalur ke rumah mereka.

“Pakai saja. Itu untukmu. Aku punya banyak di rumah.” Ujar Shishido ketika Shizuka akan melepas topinya.

Shizuka tersenyum, lalu memeluk pemuda itu, “Arigatou! Terimakasih untuk hari ini.”

Dou ita nee ….” Jawab pemuda itu sambil tersenyum simpul. Shizuka lalu melepas pelukannya terhadap sosok yang ada di hadapannya.

Jaa ne, Shishido-san.” Ucapnya sambil melangkah menjauh.

Jaa ne mo,Shizuka.” Jawab Shishido masih belum beranjak dari tempatnya berdiri, “Daisuki~”

DEGGG—

Shizuka menengok ke arah Shishido. Ya, laki-laki itu masih di sana, di tempat tadi saat gadis itu memeluknya.

Daisuki mo~” ucap Shizuka sambil tersenyum manis. Tentu saja ia sangat senang.
Kemudian, mereka saling membalikkan badan dan melangkah ke arah rumah masing-masing.

Dalam pertigaan itu, mereka menyatukan hati mereka dalam sebuah perpisahan. Pertigaan itu menjadi saksi bisu akan sebuah  kejujuran yang ada dilubuk hati mereka. Dan topi itu, adalah symbol dari penyatuan hati mereka.

Shizuka melepas topinya, lalu menatapnya sambil bergumam dalam hati, “Aku tak akan membiarkan benda ini hilang begitu saja. Arigatou.”
.
.
.
~OWARI~
.
.
.
A/N:
*nari saman*  *gak nyante*

PAINELI AKHIRNYA AKU PUNYA KUOTA MODEM DAN BISA PUBLISH INIIII HAKHAKHAKHAK 
Betewe, aku berani banget ya publish di blog *nyungsep* numpang eksis dong -3- *kibas rambut keriting* Ini dibuat pada satu hari, entah satu atau dua jam aku lupa.

TIDAK MENERIMA FLAME DAN RA PAIR SHISHISHIZU EMANG UDAH CANON KOK HAKHAKHAKHAK #dibakar  (Readers : PELIS DEH UUL MIMPIMU KETINGGIAN) #JEDERRR

Alur boleh diprotes, tapi pair dilarang protes :)

Uhum. Ini terinspirasi dari pas aku kasih pertanyaan ke akun ask.fm Seishun Gakuen blablabla. Aku nanyain ke Shishido. Ceritanya pedekate gitulah. Dia jawabnya bikin blushing blushing ringan *fly~ fly~*

Oke. sankyuuu~ buat yang udah baca XD


Sign, Uul/Shizuka

[[FANFICTION]] Prinnce of Tennis : End, What End?

Diposting oleh fuyuhanacherry di 04.27 0 komentar
Tittle : End? What End?

Genre : Angst, Friendship

Rate : T

Main Chara : Shishido Ryou & Choutarou Otori

Summary : Bagaimana bisa Shishido, pemuda penuh gengsi itu dapat mengakui seseorang sebagai orang yang hebat? Ya, tentu saja. Hal itu ia berikan pada Choutarou Otori, adik kelasnya yang menurutnya paling normal dan bisa diandalkan di antara semua temannya./”Choutarou, kupercayakan itu padamu.”/”Shishido-san …./”Ya, kau adalah kekuatan kita!”/Mind to RnR?
.
.
.

A TeniPuri Fanfict

End? What End? © Shizuka Fuyuki chan

Prince of Tennis © Takeshi Konomi

.
.
.
WARNING : OOC, AU, typo(s), dan beberapa kesalahan lain
.
.
.
DLDR. Enjoy! ^^ <== salah emot
.
.
.

Semilir angin sore di lapangan tenis cukup membuat suasana terasa teduh. Disertai dengan mega orange dari sang mentari yang menghangatkan. Di pinggir lapangan, dua sosok petenis Hyoutei sedang duduk memandang langit, sekedar untuk beristirahat, dan mengobrol.

“Hei, Choutarou. Sebentar lagi, kita akan berpisah. Bagaimana menurutmu?” Tanya Shishido. Ia lalu menyegak botol minuman yang ia bawa.

Choutarou memandang Shishido sekilas, “Oh, ya, Shishido-senpai. Aku pasti akan kehilanganmu.”
Shishido tertawa kecil mendengar jawaban sang Otori tersebut, “Haha … tentu saja. Aku pun begitu.”
Dan hening kembali menyertai mereka.

Rumput-rumput bergoyang tertiup angin. Dandelion-dandelion melayang bebas di hadapan mereka. Suasana yang benar-benar tenang, dan damai. Mereka harap, dapat selalu seperti itu. Bersama. Namun, apa boleh buat. Karena perbedaan kelas, mereka terpaksa harus berpisah. Ya, terpaksa. Karena itu bukan keinginan mereka.

“Choutarou, apa aku harus asal menjawab soal ujian nanti, agar aku tidak naik kelas?” ujar Shishido sambil merebahkan tubuhnya di lapangan beralaskan rumput itu.

“He-eh? Kau tak perlu seperti itu, Shishido-san. Saat SMU, kita pasti bertemu lagi, bukan?” jawab Choutarou dengan wajah polosnya.

Shishido menyeringai, “Yah, kuperingatkan, Choutarou. Aku akan SMU di Amerika. Orangtuaku akan bekerja di sana. Maka dari itu, aku ….” Shishido menatap Choutarou yang saat ini sedang memandangnya, tak percaya.

“Shishido-san ….”

Oh, tidak. Shishido benci tatapan itu. Tatapan yang mengisyaratkan bahwa Choutarou sangat membutuhkannya. Dia tak ingin sahabatnya itu merasa ‘lemah’ setelah ia pergi. Ia ingin, sahabatnya itu selalu kuat. Seperti biasanya. Tanpanya.

“Ah, Choutarou, perpisahan itu menyedihkan, ya. Kenapa ketika ada pertemuan, harus ada perpisahan?” sesal pemilik Counter Infinity itu.

Choutarou tersenyum, “Ha’i, Shishido-san. Aku juga tak tau. Tapi, aku bersyukur bisa bertemu denganmu.”

Angin terus menemani mereka. Kata demi kata, bagaikan sebuah jembatan menuju perpisahan.
Matahari sudah semakin redup, ia mulai bersembunyi di balik bukit. Sudah hampir malam, tak terasa.

“Choutarou, aku percayakan Hyoutei padamu.”

“Hah? Tapi, ketua Hyotei selanjutnya adalah Hiyoshi-san.” Jawab Choutarou.

Shishido bangkit, lalu menepuk pundah Otori, “Ya, ketuanya memanglah dia. Tapi, kau adalah harga diriku, milikku, dan aku. Kau adalah aku di Hyotei selanjutnya. Aku percayakan itu padamu!” jelas Shishido.

—dan tak sesuai dugaannya, butir air mata jatuh begitu saja dari kelopak matanya.

Oh, harga dirimu sudah tak berguna lagi, Shishido. Kau tak dapat memikirkan gengsi ketika di hadapan Choutarou. Kau tak bisa ….

“Shishido-san, aku akan menjadi kau, dan akan menjadi kuat, seperti kau. Aku janji.” Jawab Choutarou sambil tersenyum.

“Tidak. Kuat seperti kita!”

“Ya, kita. Aku pasti akan merindukanmu, Shishido-san!”

Shishido tersenyum simpul, mengindahkan air matanya yang terjatuh, “Oh ya, Choutarou, perlihatkan tanganmu.”

Choutarou memajukan telapak tangannya.

*tos!*

“Eh, kita sudah sedih seperti ini. Padahal, masih seminggu lagi kita bersama, setelah Ujian Kenaikan Kelas ….” Ucap Choutarou.

Shishido menatap langit, “Yah … sebaiknya kita pulang, Choutarou. Ayo!” Shishido beranjak, lalu melangkah pergi sambil membawa raketnya.

“Shishido-san, kau membuang sampah botolmu sembarangan.”

“Biarlah. Cepat kesini.” Ajak Shishido. Choutarou tersenyum, lalu melangkah pergi disamping Shishido.
Silver pair yang keren, tak seindah perjalanan mereka. Karena dimana ada pertemuan, pasti ada perpisahan bukan? Namun, di dalam semua itu, tak ada yang namanya akhir. Karena hidup terus berputar, tak ada habisnya.
.
.
.
~OWARI~
.
.
.

A/N :
*nari saman*
I know, ini gaje sangat. Ini satu jam loh buatnya *kibas rambut*
Sekian. Sankyuuu~ bagi yang sudah membaca XD
Sign, Uul
.
.
.

Review?
 

home sweet dream Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review