pelan-pelan aku mencari remah-remah rasa yang sebenarnya tidak pernah hilang, melainkan berjalan terlalu cepat sampai bola mataku tak sempat menangkap kepergiannya—samar-samar laju bulan pun berhenti dalam keadaan sabit, dan aku diam meragu bersama langit (untuk memberi undangan pada fajar yang masih lelap)
fantasinya:
takut mengusik dan mengganggu,
lalu terputus dan terlepas
pada akhirnya aku mengunci gejolak dengan sisa-sisa buah logika yang masam, seperti jeruk nipis yang baru saja panen di kebunmu
0 komentar:
Posting Komentar