Halo semuanya, kembali lagi bersama langkah-langkah q
Akhirnya aku bisa nulis ini lagi,
walau telat banget. Harusnya kalau sesuai jadwal, aku menulis artikel
langkah-langkah ini di setiap petengahan taun, kayak tahun-tahun sebelumnya. Tapi
tahun ini aku nggak bisa, ternyata. Pertengahan tahun aku lagi di Tlogosari, Giritontro,
Wonogiri, dan lagi sibuk-sibuknya. Hehehe.
Buat yang belum tahu, aku selalu bikin catatan di blog kaya gini setiap setahun sekali. Here we go untuk catatan tahun-tahun sebelumnya
2022 aku sangat kurang menulis. Aku
kayanya lebih banyak mengamati, dan melakukan hal-hal baru.
Di tahun ini, aku menjalani
KKN-PK, kemudian mengadakan pameran di TBY. Hal-hal itu tentu adalah hal rare,
langka, dan kayanya gaakan kutemui lagi besok-besok. Aku merasa aku sudah
memanfaatnya dengan sebaik yang aku bisa. Pengalaman baru, pelajaran baru, teman-teman
baru, dan menemukan beberapa bagian puzzle diri sendiri yang sempat hilang;
semuanya cukup worth it. Walau pas
pelaksanaannya aku capek banget. Suka marah-marah, sedih gajelas. Tapi ternyata
aku bisa ngelewatinnya. Terima kasih untuk semua orang yang terlibat dalam
segala lika liku hidupku di 2022~ Semoga ke depannya kita ketemu lagi dalam
suasana dan keadaan yang lebih baik dan berkembang dari sebelumnya
Terus, akhir tahun begini aku
jadi banyak merenung. Soalnya aku udah mau tamat kuliah. Udah mulai skripsian. Padahal
rasanya baru kemarin aku belajar ngekos dan bosen tiap kali makan ayam geprek. Ternyata
udah mau selesai. Ada sedih-sedihnya, ada juga senangnya. Sedih karena era ulya
bersenang-senang dan mengeksplorasi diri dengan bebas udah mau abis, senang
karena aku ternyata bisa bertahan sampai titik ini. Padahal dulu kukira di umur
kepala 2 aku udah tinggal nama, ahahaha
Dipikir-pikir, aku cuma pengen
hidup bersama passion-passionku. Sampai aku tua nanti.
Aku masih belum tau gimana
caranya bertahan dengan semua itu. Kalo diliat realistisnya ya… emang ga
menguntungkan. Aku butuh uang. Sedangkan hidup dengan bahan bakar passion tuh,
rasanya untung-untungan aja. Kalo sukses ya sukses banget, kalo engga ya engga
banget. Dan aku seumur hidup gaperna ikut ajang judi mana pun. Jadi aku gapunya
skillnya. Kalo gapunya skillnya, kemungkinan aku bakal kalah.
Main game gaccha aja aku
gapernah. Padahal kadang aku suka visual-visualnya. Aku gatau cara main game. Sampe
sekarang, aku cuma bisa main zuma sama feeding frenzy. Kalo di hp cuma pernah
main piano tiles sama Sudoku. Kalo pun dikasih tahu cara mainin game baru,
butuh waktu lebih lama buat memahami itu, belum lagi buat asah skillnya. Jadi makin
luaaaamaaaa. Padahal waktu adalah uang. Harusnya aku bisa cari jalan alternatif.
Tapi aku masih belum nemu juga sampai sekarang.
Hidup dengan melukis, bernyanyi,
menulis, membaca, berkebun, membuat kue, hal-hal macam itu yang aku inginkan. Tapi
kayanya orang-orang susah paham, kalo aku bisa bahagia dengan hal-hal itu. Mereka
pikir, itu Cuma hal-hal untuk menghabiskan waktu semata; mereka selalu pakai
kata ‘Cuma’, kalo ada orang yang bicara tentang kesukaan mereka.
Mungkin aja mereka nggabisa
nggambar, suaranya jelek, nggabisa menulis, dan lain-lain jadi mereka merasa
hal-hal semacam itu bukan gambaran ‘bahagia’ yang haqiqi; mungkin aja. Dipikir pikir,
aku sendiri udah tau cara membahagiakan diri, tapi masih terombang-ambing dalam
realita yang pengennya aku bahagia dengan cara muluk-muluk.
Dipikir pikir lagi, sebenarnya aku
gak butuh-butuh amat pangkat dan framing bagus. Toh, aku ga terlalu suka juga
dipuji berlebihan dan dianggap ‘keren’—itu semua membebani pikiranku. Aku jadi merasa terdesak buat selalu keren terus, padahal kadang aku juga pengen jadi gak keren dan biasa aja. Aku juga lebih
banyak naruh kepercayaan sama passion-passionku daripada cuitan (baik pujian maupun cemoohan) orang-orang mengenai standar
kebahagiaan dalam hidup. Aku juga percaya sama orang-orang yang emang udah
kenal aku. Yang satu ranah dan selalu rilet dengan segala dilematika passion. Cuma, aku
kurang percaya sama gimana aku bisa mempertahankan idealisme yang aku anut
sekarang ini. Karena sebenarnya, bukan cuma aku yang layak bahagia, orang-orang
di sekitarku juga; keluarga, kerabat, dan teman-teman.
Kalau aku mampu, aku mau saja
mengikuti apa yang orang-orang terdekat kehendaki. Tapi aku gak yakin kalo aku
mampu. Aku selalu mengukur kemampuan diri sebelum memutuskan untuk mengambil
tanggungjawab baru. Dan aku rasa, aku saja masih butuh banyak latihan buat
membahagiakan diri sendiri. Tapi kalau di film-film, sering ada kata-kata yang
kurang lebih berbunyi “orang yang menyayangi kita akan bahagia jika melihat
kita bahagia”. Benar nggak, ya? Aku kurang tahu, soalnya. Aku belum pernah
bahagia sepenuhnya, dan melihat oranglain bahagia atas bahagiaku. Kurang yakin
juga apa aku bisa kayak gitu. Tapi semoga aku bisa.
Jadi ngelantur ke mana-mana, ya. Haha.
Trus yang aku inget, resolusiku
di awal tahun buat tahun ini tuh aku pengen jadi Ningning aespa. Tapi ternyata
terhitung sampai tanggal 7 desember 2022 ini, aku belum ada perubahan sedikit
pun yang mengarah ke ningning. Padahal aku pengen banget. Aku masih gini-gini
aja. Aku gak berubah-berubah amat. Masih jadi ulya yang suka anime, ngesimp
vtuber, ngikutin perkembangan pop-kultur, nyanyi-nyanyi, nggambar-nggambar,
nulis-nulis, baca-baca, pokoknya masih sama. So, aku gaperlu perkenalan diri
ulang di awal tahun depan. Kecuali kalo tiba-tiba aku jatuh cinta, mungkin bakal ada yang berubah, barang sedikit. Tapi jatuh cinta tuh susah ya, apa cuma perasaanku aja. Soalnya, buat jatuh cinta sama diri sendiri aja aku butuh waktu 20 tahun. Apalagi sama oranglain
Harapanku, semoga kalian semua
sehat dan bisa menemukan bahagianya masing-masing. Aku juga semoga bisa begitu. Dan bonusnya, semoga kita semua bisa dapat uang banyak
Sampai jumpa tahun depan!