Senin, 04 November 2024

aku

Diposting oleh fuyuhanacherry di 14.52 0 komentar

jika boleh dieja

isi pikiranku hanya berbunyi aku

kalau saja aku begitu

aku seharusnya begini

seandainya itu adalah aku

semuanya serba aku

sebab kalau tidak ada aku

rasanya hambar

tidak nyata

sampai akhirnya terlarut

dalam lolongan ego

yang memberi sekat pada

ketulusan hati

dan mendiskreditkan

eksistensi cinta

Senin, 28 Oktober 2024

dari balik teleng angkatan udara

Diposting oleh fuyuhanacherry di 17.36 0 komentar

#1

kalau memang tidak mungkin

ya sudah, lepas saja

perlahan


kalau susah

buru-burulah

mencari kemudahan

dari sesuatu yang sebelumnya

terasa tidak semudah itu


09 September 2024

Pangkalan TNI AU Yogyakarta


Rabu, 23 Oktober 2024

yang manis dalam semangkuk sayur asam

Diposting oleh fuyuhanacherry di 17.01 0 komentar

Ibu selalu menanyakan satu hal yang khas sekali setiap kali aku pulang ke rumah. Sampai-sampai nada suara dan intonasinya pun bisa kuperagakan ulang jikalau ada yang memintanya.

“Mau makan apa?”

Aku baru saja menyeret tas ranselku ke dalam kamar, kemudian kulepas jaket yang sudah melekat di badanku selama empat jam lebih—sepanjang perjalananku dengan kereta Joglosemarkerto dari tanah rantau ke kampung halamanku ini. Biasanya aku akan menjawabnya dengan “mau sayur asam”, namun, aku sudah paham akan reaksi selanjutnya; “nggak ada bahannya” lantas biasanya ibu menawarkan jenis sayuran lain yang tersedia di bilik kulkas—jadi kali ini aku menjawabnya dengan “terserah, yang ada saja.”

Ibu memberi jeda sejenak sebelum akhirnya membalas pernyataanku tadi. “Tumben nggak request sayur asem.”

Aku terkekeh kecil, menyadari bahwa rupanya Ibu juga memprediksi jawabanku sebelum aku mengatakannya. “Biasanya kan nggak ada, terus ujungnya seadanya.”

“Sekarang ada. Tadi pagi beli di tukang sayur depan komplek.”

“Memang sengaja atau kebetulan?” Aku memastikan, sebab tidak biasanya ibu menunjukkan perhatiannya pada hal-hal kecil semacam ini; mengingat makanan favorit, barang favorit, bahkan dia terkadang lupa akan hari kelahiran anaknya sendiri. Terbiasa tumbuh dengan kondisi yang seperti itu membuatku jadi skeptis, bahwa memang normal adanya apabila orang-orang tidak memperhatikan atau mengingat hal-hal tentangku sedetail itu. Lagipula, kalau dipikir-pikir, sebenarnya tidak begitu penting juga. Toh, dengan mengetahui apa yang aku sukai, orang-orang itu tidak akan mendapat apa-apa.

Tapi kali ini lain. Ibu sepertinya mulai mengingat jenis sayur favoritku. Suatu kemajuan kecil dari hal yang kecil pula.

“Ya … sengaja,” sekitar satu menit, dia melanjutkan ucapannya, sembari memotong sesuatu (aku belum memastikannya, kami berbicara jarak jauh bersamaan dengan aktivitas masing-masing). “setiap pulang kan kamu request hal yang sama.”

Aku tertegun, rupanya benar dugaanku, beliau memang mengingatnya. Kusindirlah sedikit, “Tumben.”

“Kalau sering disinggung ya ingat.”

“Tapi kadang ibu lupa hari ulangtahunku, padahal itu terjadi setiap tahunnya.”

Setelah selesai meletakan barang bawaan dan membereskannya di kamar, kusambangi Ibu yang masih sibuk di dapur. Niatnya sih, tidak untuk membantunya. Sebab rasanya masih cukup lelah sehabis menjadi musafir antar provinsi.

“Mungkin karena rindu.”

“Maksudnya?”

“Kamu kira, sudah berapa bulan tidak pulang ke rumah?”

Aku menyeringai, memamerkan gigi-gigiku yang tidak putih-putih amat, sambil mengingat-ngingat--kemudian menyadari bahwa kepulanganku kali ini terpaut hampir setengah tahun lamanya sejak terakhir kali aku menginjakkan kaki di lantai rumah. Hal itu tidak seperti biasanya yang hanya dua atau tiga bulan sekali.

“Memangnya, rindu bisa membuat orang menyadari hal-hal yang biasanya luput?” Kududukkan diriku di kursi, mengarahkannya ke arah ibu yang masih sibuk dengan urusan dapurnya, yang bukan sekadar kiasan—melainkan benar-benar 'dapur' secara harfiah.

“Mungkin.” Nadanya terdengar lirih, menandakan bahwa tersemat keraguan yang ada di dalamnya. “Karena tidak ada informasi lain yang didapat, jadi secara tidak sadar mengulik-ulik apa yang pernah terjadi sebelumnya, berkaitan dengan orang itu.”

Masuk akal, pikirku. “Kalau begitu, lebih baik jika aku merantau lebih lama, dong, biar semuanya diingat.”

“Kalau terlalu lama justru akan terlupakan. Apalagi untuk orang tua sepertiku.”

"Serba salah, ya."

Aku yang melihat ibu sibuk mengisi panci dengan air keran, tergugah untuk ikut turun tangan. Melihat bahan-bahan yang ada di meja, sepertinya sudah semuanya terpotong, dan siap untuk dimasak. Tapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang belum tampak di pandangan mata.

“Aku mau sayur asam yang ala ala warung dekat pasar kota itu! Yang kuahnya merah, kayaknya mereka pakai cabai yang diblender, kan?”

“Wah, nggak dari tadi. Tambah tomat juga, kalau begitu.”

Aku menyeringai lagi. “Kali ini aku yang siapkan. Jangan dulu dinyalakan kompornya.”

Ibu menggantikan posisiku yang semula duduk, dan kini berganti aku yang berurusan dengan bahan makanan. Saat suara mesin blender mulai menyerusuk ke dalam telinga, ibu membuka pembicaraan baru.

“Kamu terlihat kurus.”

“Dari dulu juga sudah kurus, kan. Perasaan Ibu saja.”

Walau bicara begitu, aku yakin, Ibu tidak asal berkomentar. Mungkin dia memang merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku. Sebab, selama ini Ibu selalu peka jika ada sesuatu yang terjadi, bahkan ketika dia tidak bertemu langsung denganku sekalipun.

Beberapa kali dia menelponku ketika aku sedang berada pada kondisi yang kurang beruntung; terjatuh dari motor, kehilangan uang, dimarahi atasan, dan sejenisnya. Sejak saat itu aku percaya bahwa koneksi batin antara ibu dan anak memang seajaib itu. Soalnya, tidak masuk akal kebetulan-kebetulan semacam itu terus terjadi jika bukan karena hubungan spiritual khusus.

"Sesuatu terjadi?"

Blender masih menyala, sampai selang beberapa menit kemudian aku menghentikannya, sambil menjawab pertanyaan dari wanita paruh baya itu. "Mungkin, tapi sudah aman, kok."

Hasil dari blender tadi kutuangkan ke dalam mangkok kecil yang sudah kusediakan sebelumnya. Kemudian kunyalakan kompor yang sudah menunggu sejak tadi. Api menyala, begitu juga dengan gejolak batinku setelah menjawab pertanyaan ibu barusan.

Ya, memang benar, kok. Ada yang telah terjadi, tapi sudah tidak menjadi masalah lagi. Dan kurasa Ibu tidak perlu tahu, karena anaknya ini sudah dewasa. 24 tahun sudah bukan umur yang muda lagi, akan sangat memalukan apabila aku menceritakan sesuatu yang sudah seharusnya bisa kuatasi sendiri.

Apalagi masalah hati, sungguh, di keluarga yang serba kaku dan dingin ini, membicarakan perasaan sudah seperti sebuah aib yang memalukan untuk didengar. Entah karena dianggap sebagai hal yang terlalu privasi, atau memang dianggap tidak penting, aku pun kurang tahu. Tapi mengungkapkan emosi dan menunjukkan kerentanan di rumah ini terasa begitu tabu bagiku.

"Baguslah."

Reaksi yang benar-benar sangat 'Ibu' sekali, pikirku. Ibu memang bukan orang yang ekspresif, tapi aku tahu, dia sebenarnya berusaha keras untuk menunjukkan perhatian dengan caranya sendiri. Dan aku tidak merasa bahwa ini adalah hal yang buruk, sebab aku jadi terbiasa juga ketika mendapat perlakuan sejenis dari orang lain; menjadi lazim.

Semua bahan kumasukkan ke dalam panci sup setelah air di dalamnya menunjukkan titik didih. Setelahnya, aku mulai mengaduk dengan sendok sayur secara perlahan.

Sambil menunggu matang, aku membuka pintu kulkas, memeriksa apa saja yang masih tersisa di dalamnya. "Ada tempe dan ikan asin, kugoreng saja, ya?"

Ibu mengangguk, pertanda setuju. "Tumben semangat memasak begini. Seperti sudah siap jadi istri orang saja."

Loh loh loh, tidak biasanya ibu menyinggung hal ini? Apa memang sudah saatnya aku memikirkan masalah jodoh? Tapi, umur 24 tahun masih terlalu muda, bagiku. Tapi kenapa ibu tiba-tiba menyinggungnya?

Tanpa diduga, aku cukup panik mendengar pernyataan Ibu barusan, sampai-sampai hampir lupa untuk memeriksa keadaan sayur asam yang masih termasak dengan santai di atas kompor. Dengan segera kuicip sedikit kuah serta potongan buah labu siam dari dalam panci, memastikan apakah sudah benar-benar matang dan siap santap. "Sepertinya sudah matang." 

Di sisi lain, Ibu sudah memotong balok tempe yang sebelumnya kukeluarkan dari dalam kulkas. Aku mencari bumbu racik dan melarutkannya ke dalam semangkok air, sambil menunggu Ibu selesai memotong.

“Ahh!”

Suara teriakan sontak membuatku memutar badan. Ibu terlihat memegang salah satu jari di tangan kirinya, meratapinya dengan ekspresi kesakitan. Jari telunjuknya berdarah, terkena pisau.

“Sebentar, kucarikan obat merah.”

Secepat kilat aku meninggalkan dapur, mencari kotak P3K yang tersimpan di dekat garasi, dan mengambil sebotol obat merah dan kapas putih, kemudian kembali ke dapur dengan Ibu yang masih merintih kesakitan.

“Hati-hati, lho.” Kutempelkan kapas ke bagian jari yang terluka, membersihkannya, lalu meneteskan beberapa tetes obat merah. Kupastikan bahwa urusan luka tersebut selesai teratasi, kemudian berkata, “sudah, setelah ini aku saja yang urus.”

Aku melanjutkan kegiatan potong memotong tempe yang telah memakan korban itu, dan melanjutkan langkah-langkah selanjutnya, sampai ke tahap penggorengan

Ibu masih terlihat kesakitan. Aku tidak mengajaknya bicara dan fokus menggoreng, membelakanginya yang tengah merintih nyeri. Dalam keheningan itu, kuingat-ingat lagi perkataan dari sosok berbalut daster batik jingga itu.

Memasak, dan menikah? Apa korelasinya? Memangnya kesiapan Perempuan untuk menikah dilihat dari kemampuan memasaknya? Atau bagaimana?

“Biasanya kalau kejadian begini, ada hal buruk yang akan terjadi.” Ibu tiba-tiba membuka suara, memecah keheningan.

“Jangan begitu, dong! Berpikir positif saja, ah.”

Ibu tertawa kecil. “Becanda,” sesaat, dia menjeda ucapannya. “Anggap saja, luka adalah portofolio. Tandanya kita pernah menghadapi atau mengusahakan sesuatu, tapi gagal. Ya sudah, berhenti dan pulihkan dulu saja. Portofolio tidak harus yang bagus-bagus, kan.”

Menurutku, Ibu sedang cukup aneh hari ini. Bisa-bisanya sedang kesakitan malah mengeluarkan kata-kata bijak begitu? Sangat tidak biasa.

Tapi, perkataan tersebut memicu pikiranku untuk membuat kilas balik tentang apa yang telah menjadi masalahku di perantauan, sebelum aku pulang. Hal yang membuat Ibu berpikir bahwa aku ‘kurusan’ itu sebenarnya sama saja seperti apa yang telah ibu alami; terluka. Mungkin itu juga portofolioku.

Kalau diingat, rasanya masih agak menyayangkan hal tersebut terjadi. Pengalaman tidak menyenangkan tentu tidak akan mudah untuk dilupakan; akan meninggalkan bekas barang sedikit pun. Tapi, sejak mendengar ibu yang berkata bahwa luka adalah portofolio, kupikir aku bisa mulai mengikuti jejaknya. Paling tidak, walau rasanya tidak enak, luka tersebut adalah tanda bahwa aku pernah menghadapi sesuatu yang tidak mudah. Cukup sampai di situ saja penafsirannya.

Setelah 10 menit menggoreng, aku mengangkat dan meniriskannya, kemudian menata lauk pauk tersebut ke piring saji yang sudah disiapkan.

Rupanya, ada rasa bangga tersendiri ketika melihat semua masakan tersaji rapi di atas meja makan. Rasa lelah setelah perjalanan jauh entah mengapa sirna, tertutup dengan rasa bangga itu.

Aku dan Ibu mengambil piring, bergantian mengambil nasi, lauk, serta sayur asam yang sudah kami masak bersama, sambil meredakan ‘luka’ masing-masing. Entah mengapa, makan siang kali ini terasa lebih manis dari agenda makan biasanya; seperti sedang merayakan sesuatu yang biasanya terasa tidak cukup layak untuk dirayakan.


Sabtu, 17 Agustus 2024

langkah duapuluh tiga menuju duapuluh empat

Diposting oleh fuyuhanacherry di 10.44 0 komentar

hello! welcome back to ulya's yearly reflection series hahaha

okey, sebelum mulai, mungkin kalian bisa menilik episode-episode sebelumnya (yang sebenernya ga penting penting amat sih)

18 menuju 19

19 menuju 20

20 menuju 21

21 menuju 22

22 menuju 23

sekarang udah tahun 2024. takuttttt hahaha kok cepet banget, ya. gak siap rasanya menghadapi hari-hari ke depan, huft. tapi kenyataan bahwa aku masih survive dan diberi kesempatan hidup sampai tahun ini tuh patut disyukuri juga sih. eh, syukur apa engga ya, ahahah

jadi dalam paruh pertama tahun 2024 ini ada banyak hal yang terjadi yang mungkin biasa-biasa aja seh, tapi tetap harus kuabadikan di blog ini sebagai arsip dan rekam jejak yang akan saya baca ulang di masa depan sebagai hiburan hahaha kalau kalau aja di masa depan bosen kan, bisa ulik ulik lagi postingan-postingan ini. entah ada gunanya atau enggak, ga begitu peduli sih :v yang jelas aku ngerasa seru aja menuliskan postingan tahunan begini, semoga bisa konsisten dilakukan sampai akhir hayat, biar ntar anak cucuku bisa baca-baca juga wkwkwk

okey, hal pertama yang sepertinya harus saya ceritakan di edisi langkah-langkah menuju duapuluh empat ini adalah bahwasannya tahun ini saya menjalani program profesi guru -,- sebenarnya ini di luar dugaanku, sih. soalnya setelah lulus s1 tuh saya lamar-lamar kerjaan ke bidang media dan redaksi kepenulisan gitu, tapi gaada yang nyantol. trus orangtuaku nyuruh daftar ppg aja, yaudah deh aku daftar karena agak terpaksa aja, aslinya masih berharap bisa masuk bidang bahasa dan redaksi itu, eh taunya lolos coy. mana balik lagi ke kampus zaman s1, balik jogja lagi, hadeeehhhh. padahal tahun lalu udah repot-repot saya bikin postingan perpisahan untuk yogyakarta ini, ujung-ujungnya balik lagi juga. sungguh sangat badut

aslinya aku ngarep keterima di purwokerto aja, soalnya deket rumah, bakal minim biaya hidup, kan. sempet tuh berhari-hari misuh karena harus balik ke jogja lagi, rasanya kayak risih aja kenapa sih takdir ini membawaku kembali ke kota ber-UMR rendah yang langganan diromantisasi ini. ya walau plusnya aku jadi bisa kembali bertemu dan main sama temen-temen semasa kuliah, sih. tapi kayak gimana ya, agak sad aja karena menyimpan beberapa kenangan buruk selama di sana hahaha

tapi yaudah, tetap kujalani juga akhirnya. ternyata yang keterima di situ dari kampusku sendiri sedikit banget haha cuma 4 orang, 1 di antaranya temen sekelas pas zaman s1 dulu. yah begitulah, ulya yang udah melepas minat dan cita-cita sebagai guru akhirnya harus kembali terjejali dunia perguruan ini. padahal aslinya aku ngerasa gak layak banget, udah gitu dengan bebannya yang seabrek aku ngerasa gak worth it juga gajinya, walau kalau udah p3k berserdik dan berkeluarga mayan juga sih. tapi kan kudu nunggu dan berproses cukup lama yak. dan saya orangnya gak sabaran :v bjrot genzet banyak maunye

di ppg saya akhirnya bertemu dengan orang-orang baru~ walaupun pas awal-awal di sana aku struggling banget dalam berteman, ngerasa gak cocok sama siapa-siapa. kalau nugas, makan, dan apa-apa selalu sendiri. segan gitu ngajak ngobrol soalnya dilihat lihat gaada yang sefrekuensi. walau ada salah satu teman sekelasku zaman s1 yang ketemu di sana juga tetep ngerasa gak cocok, dulu beda geng juga kami soalnya :V bjir geng coy, jadi inget dulu zaman s1 kami geng2an trus gengku sama geng blio sempet berantem gara-gara pasangan lesbi yang mengadu domba :V kalau dipikir pikir membagongkan juga, bocah banget anjrit ngopo to jane -______- ono-ono ae kelakuan arek arek eljibiti iki. tapi aku gak lesbi yak! kutekankan lagi, aku cuma sekadar suka sama cewe-cewe cantik! tapi not romantically. kek adem aja gitu seneng bawaannya ^^ walau biasanya yang cantik cantik gini toxic dan gapunya kelebihan lain selain kecantikannya aku ga peduli ^^ orang cuma menikmati visualnya aja gweh gamau terhubung secara emosional atau sosial :V hahaha

trus ya gitu, di PPG ni ternyata padat sekali. awalnya sempat berpikir apa tak sambi kerja aja ya, part time gitu. tapi ternyata oh ternyata gak disambi juga udah riweh -_- tugasnya buanyaaaaakkkkk bangetttt. gak ada abis-abisnya. kalau ada yang sedang mempertimbangkan lulus s1 mau lanjut s2 atau ppg, menurutku yang harus dipertimbangkan adalah: 1) mau jadi guru atau dosen? kalau guru ya ppg cukup, kalau dosen gas s2; 2) mau lebih banyak berpikir teoritis dan berkutat pada penelitian atau praktik di lapangan? kalau penelitian ya s2 kalau praktik ppg; 3) mau yang tugasnya dikit tapi "mendalam" atau tugasnya secara kuantitas buanyaaakk tapi gak begitu mendalam? kalau yang dikit s2 kalau yang seabrek ppg. gitu ae seh ges. sakjane aku juga ngerasa agak salah, soale aku ni aslinya lebih ke pemikir dan teoritis daripada praktikal. lebih suka mikir dan meneliti daripada praktik langsung hahaha soalnya capek coy menghadapi murid huhu belum lagi tuntutan administrasi yang seabrek. tepar dech. tapi yawis pie neh tiwas nyemplung, gak ada ilmu yang sia-sia juga. dan kalau ada kesempatan s2 sepertinya saya bakal ngambil juga sih, tapi kalau beasiswa. soalnya gasanggup kalau reguler, masih punya 2 adik saya hahaha

di PPG ni kegiatannya padet terutama di semester kedua. selain kuliah teori di kampus, masih ada kuliah asinkronus melalui web LMS, di sana banyak kegiatan yang harus dilakukan dan tagihan-tagihan yang harus dipenuhi. belum lagi ada projek kepemimpinan yang konsepnya kayak KKN tapi versi lite, trus ada seminar, ada gelar karya, ada studi budaya, ada bela negara, beuh, padet dah. kalau lengah dan gabisa ngatur waktu bakal keteteran. contohnya seperti saya yang hobi prokras ini :V ujung-ujungnya tugas ngumpul pas udah mepet dedlen terus, hadehhh

lalu selain mengikuti PPG, tahun ini saya kembali meramaikan khazanah per-chorus-battle-an di komunitas utaite hahaha saya diajak salah satu teman komunitas untuk ikut timnya sebagai vokalis dan vocal guide (harmony guide sih spesifiknya). ini skalanya internasional btw dan ada 3 ronde, tiap rondenya ada proses eliminasi. dan kami cuma mentok sampai ronde kedua :( sad. tapi saya senang akhirnya bisa merasakan euforia berkompetisi lagi!! hektik-hektiknya dikejar dedlen, waswasnya nunggu pengumuman, brainstorming konsep, pilih pilih otfit OC, dll dll cukup seru untuk dirasakan kembali. dulu terakhir begini udah lama, tahun 2020 apa ya wkwk terima kasih sudah mengingat eksistensi saya dan mengajak saya bergabung ke tim ini, bang adhiew!

terus tahun ini aku merasa sirkel pertemananku makin banyak T____T hal itu kerasa banget pas bulan puasa, gila, ajakan bukber di mana mana sampe aku kudu nyortir biar ga ngeiyain semua, itu aja tetep dianggap banyak banget sama temen-temenku yang lain wkwkwkwk sebenernya capek cuy punya banyak lingkar pertemanan, capek maintainnya, apalagi kalo yang deket sebenernya cuma itu itu aja. tapi kadang ngerasa eman juga melepas karena sapa tau mereka bisa jadi orang dalam suatu saat nanti :V hahaha transaksional bet gwe. tapi aku seneng kok bisa kenal sama berbagai orang dari berbagai lini kehidupan, kadang ada spesifikasi gitu tiap sirkel cocoknya aku curhatin/sharing tentang apa, ga semua hal bisa aku curhatin ke satu sirkel soalnya hahhaha ada pembagian konsentrasinya :v

trus ada sirkel baru sih yang kubangun tahun ini yaitu server discord yeslife hahaha isinya wibu-wibu dari ukm ku doang awalnya, tapi malah berkembang jadi server random yang siapapun bisa join. bahkan selain temen ukm juga ada temen dari smp, sma, jurusan, ukm, kampus lama, sampe adek cowokku juga join server itu wahahahah di sana kegiatannya random aja sih, kadang ngobrol-ngobrol santai, kadang mabar, kadang karokean, trus yang spesial adalah kami membuat proker wibu mengaji selama bulan ramadhan dan kami berhasil menamatkan al-qur'an 30 juz coyy!! akwoawokaowk produktip sekali

dan tahun ini hal baru yang aku coba adalah: cosplay!! untuk pertama kalinya!! aku cosplay jadi karakter dari anime chainsaw man, yaitu yoru hahhaha padahal aku gak ngikutin CSM juga :v tapi karena teman-temanku ngajaknya projekan anime itu dan pernah ada yang req juga jadi gaskan. kostumnya gak yang riweh juga buat nyubi. seru sih!! tapi jujur agak malu juga HAHAHAHAH apalagi pas lg di kos aku make up an bareng temen-temenku trus diliatin sama tetangga dan orang-orang di sekitar kosan jir. tapi di sisi lain aku juga belajar make up buat kosple, such an interesting experience~ abis kosple di eventnya kami juga sempet foto foto gitu difotoin temen di rektorat kampus njir. diliatin tuh sama orang-orang yang lewat situ sama pak satpamnya juga. aneh-aneh emang manusia. tapi seruuu!!!! kapan-kapan aku mau nyoba kosple karakter yang lain :3

laluuu apalagi ya. eum, hubungan keluargaku baik-baik saja sih. kalau ada konflik-konflik kecil sama bapak mah biasa yak, emang normalnya begitu. malah aneh kalau saya dan bapak akur-akur aja hahaha tapi saya merasa tahun ini jarang quality time sama keluarga dibanding tahun-tahun sebelumnya. kayaknya gara-gara aku jarang pulang juga sik hahaha soalnya eman ongkos. mosok sekarang harga tiket kereta naik banyak banget njir, kecewa aku dengan KAI. joglosemar bmy-yk dari harga 130 naik ke 160 dalam setahun menurut saya patut dipertanyakan deh. kok bisa sik, huft

ngomongin soal transportasi, pas semester awal PPG saya masih belum ada motor di perantauan, soalnya motor dipakai semua sama orang rumah. bapak kerja, mama kerja, adek cowo sekolah, adek cewe kuliah, jadi mau gamau ngalah deh gausah motoran duls. kebetulan kos deket kampus juga, dan PPL bareng sama salah satu anak yang kosnya deket kosku juga jadi aku nebeng dia. ada mobil sih sebenenrnya di rumah dan bapakku bisa aja pakai, tapi blio mageran katane royal nan nganggo mobil mbarang, bjrot apa fungsine ndue mobil nk ra dinggo dah, wong aneh. tapiiii setelah semester 2, temen PPLku ini pindah kos gak di deket kosku lagi. dia pindah ke seturan. jadi aq mengadu untuk dikirimin motor hahaha soale kalau ngegojek eman coy boros banget. yaudah sekarang dah ada motor di jogja dan kembali menjadi ulya racing hahaha eh tapi sebenernya aku belum pernah motoran yang jauh-jauh amat, deh. paling jauh cuma dari jogja ke wonogiri pas KKN. belum jauh-jauh amat lah ya. kadang kepikiran juga pengen motoran dari jogja ke rumah, tapi izin dari mamaku yang sulit, blio agak lebay gitu ngerasanya anak sulungnya ini gabisa ngapa-ngapain sendiri, padahal bapak justru sebaliknya; nyuruh saya bisa apa-apa sendiri dan pantang minta tolong ke oranglain -,- parenting mereka emang sangat berlawanan. kadang heran juga kenapa mereka bisa nikah

terus tahun ini juga saya mulai jurnaling! walau semangatnya cuma pas bulan-bulan awal doang sih -_- sekarang udah gapernah lagi njir, payah. jurnalingnya di buku yang saya beli dari toko oren, judulnya "i'm the medicine". pas itu merasa butuh jurnaling karena lagi merasa down dan gak punya semangat hidup hahaha dan dengan menulis saya merasa bisa melerai benang-benang kusut yang ada di pikiran, dan terbukti cukup ampuh juga. saya juga merasa bahwa saya punya kemampuan menulis yang lebih baik daripada kemampuan berbicara, makanya rasanya lebih nyaman saat menulis; saya bisa lebih hati-hati memilih kata dan memfilter hal-hal yang perlu saya curahkan, menata tutur kata dengan lebih baik dengan berbagai pertimbangan yang matang, namun di sisi lain tetap ekspresif dalam penyampaiannya. kalau berbicara, rasanya saya cukup kesulitan untuk memutuskan harus mulai dari mana, seperti apa urutan-urutannya, seperti apa 'tone' bicara yang pas dan menyenangkan lawan bicara, dan lain-lain. lebih ribet saya pikir

apalagi ya hmm mungkin masalah peromansaan duniawi ya, tahun ini saya sempat dekat sama seseorang ^^ mungkin blio juga membaca postingan ini :v awalnya gak ekspek bisa dekat soalnya ya dah kenal dari lama sih walo cuma sekadar kenal aja dari sebuah organisesyen kampus, dan karna saya tipikal yang apa aja diladenin asal nyambung saya anggap biasa aja menjalin tali silaturahmi, ke senior-senior lain juga begitu soalnya. eh malah kebablasan -_- mungkin karena ada beberapa hal yang sefrekuensi jadi ngobrolnya nyambung. padahal inget banget aku awal-awal chat bahasnya tentang ormas islam sama politik, gajelas dah sampe aku searching-searching n minta pendapat bapakku juga tentang topik yang lagi dibahas, makanya aku anggap temen diskusi ae ntar juga ilang sewaktu waktu kalo dah bosen sama topiknya. tapi rupanya malah berlanjut -_- gatau apa yang memantik akhirnya intensitas komunikasi meningkat sampe ketemu ketemu segala. aku suka karya-karya blio sih, gambarnya keren, memang talented blio ni. dan walau ga keliatan wibu ternyata agak wibu juga (tetap aku yang lebih parah dosisnya) trus pokoknya ada aja bahan obrolannya dari yang remeh temeh sampe yang agak ndakik2 semua dibahas

dan akhirnya setelah berbulan bulan berlangsung, sampai juga di titik aku merasa relasinya udah agak ga sehat hahaha karena gatau kenapa dari yang rasanya biasa biasa aja tiba-tiba muncul perasaan gundah gulana, gak aman, waswas, dan lain-lain. i dont know whats wrong with me at that time, it took me a few moments to find out dan menyadari sendiri sebenernya aku kenapa dan apa yang harus kulakuin untuk mengatasi hal tersebut. dan rupanya setelah kupikir pikir, ini karena aku udah mulai terbawa perasaan dan emotionally invested ke blio hahaha dan ini cukup bahaya, soalnya aku tipe orang yang avoidant; kalau dirasa udah punya koneksi emosional yang cukup mendalam sama seseorang, aku punya tendensi buat kabur dan menghindari situasi tersebut. soalnya aku jadi bingung, ngerasa terancam, ngerasa rentan, ngerasa bentar lagi bakal ditinggalkan (padahal gaada kewajiban juga buat tetap dibersamai :V) jadi kek sebelum ditinggal mending aku yang ninggalin duluan LOL, ngerasa aku udah terlanjur 'membuka' diri dan sewaktu waktu orang tersebut akan menghancurkanku(?) dengan informasi-informasi tentang aku yang sudah blio dapatkan, lebih sensitif dengan segala tindakan blio, overthingking tentang hal-hal yang berada di luar kendaliku, dan lain-lain. pokoknya gak nyaman banget. i deal with that feeling for idk beberapa minggu? sampai akhirnya saya jengah dan merasa perlu menyudahinya. awalnya pengen langsung kabur aja seperti yang udah udah :V tapi kemudian berpikir kayanya itu tindakan yang tidak dewasa sekali untuk umurku yang udah 23 tahun ini wkwkw jadi akhirnya aku memberi ultimatum(?) dengan cara menanyakan kejelasan sekaligus closure hahaha

dan yah semua itu berakhir juga. kesimpulannya adalah kami sama-sama masih belum beres: akunya avoidant dan dianya comsu alias commitment issue :) sama-sama belum layak membangun hubungan. lega sih akhirnya udah gak mikir macem-macem lagi, perasaan yang tadinya campur aduk dan kekhawatiran ini itu akhirnya berakhir. tapi sedih juga karena aku harus realistis dan tegas biar gak buang-buang waktu. maybe it's not the right time, dan kalau pun emang karena waktunya yang nggak tepat, biar waktu juga yang akan menjawab. tapi kalau pun bukan dia, ya nggak apa-apa juga. maybe i deserve better, and maybe he deserve better too ^^  aku tidak menyesal juga udah mengenal blio cuz he's kind and caring even though he's annoying sometimes -_- if you read this I just wanna say it againthank you for being kind and considerate to me all this time, see you in the next step (kalau emang ketemu lagi)

yah paling tidak separuh pertamaku jadi ada warnanya dikit heheh. oke lanjut. selain itu apalagi ya yang perlu diceritain.... mungkin kekhawatiranku kali ya. sebentar lagi aku lulus ppg dan akan kembali ke kampung halamanku. aku sebenarnya masih ragu apa aku benar-benar akan menjadi guru wkwk soalnya deepdown masih berharap buat bisa ngejar yang lain-lain. tapi mungkin semuanya sudah diatur tuhan, jadi aku tinggal mengikutinya aja? hmmm sebenernya aku agak bingung juga sama konsep ini. sebenernya kita perlu memperjuangkan apa yang kita mau atau tinggal manut dalane gusti mawon, sik? kadang aku takut kalo udah memperjuangkan tapi tetep gak dapet juga karena segalanya udah diatur tuhan, takut buang energi dan waktu :v tapi kalau ngelepasin gitu aja juga kayak sayang gak sih? ketidakmungkinan tentang masa depan emang bikin pening. kita akan selalu gak yakin bakal ada apa aja di depan. tapi, bagaimana cara kita menghadapi situasi sekarang ini harusnya bisa kita yakini bakal punya impact di masa depan, iya gak sih? atau sebenarnya gak semua hal yang kita lakukan sekarang tuh punya impact? hm, idk. pusing juga mikirinnya, ndakik ndakik kali

sebenenerya aku cuma pengen hidup damai dengan tidak begitu memikirkan kemungkinan-kemungkinan ke depan. pengen hidup menikmati yang sekarang aja. tapi aku juga gamau membuang kesempatan yang harusnya bisa kuusahakan untuk membangun masa depan sesuai harapanku. muluk-muluk ya XD namanya juga manusia, pasti banyak maunya. kalau engga, mungkin udah di surga

harapanku untuk ke depannya nggak jauh-jauh amat dari tahun kemarin, sebenarnya

  • semoga aku bisa bahagia dengan apapun yang aku miliki saat ini
  • semoga aku bisa membagikan kebahagiaanku ke orang-orang di sekitar, keluarga, teman-teman, kerabat, dan lain-lain
  • semoga aku masih kuat untuk terus belajar dan mencoba hal baru (yang positif)
  • semoga aku bisa terus memperbaiki diri dan merefleksikan apa yang sudah terjadi sebagai bahan pelajaran untuk perubahan hidup ke depannya
  • semoga aku selalu dikelilingi oleh orang-orang baik
sekian, sampai jumpa di postingan langkah-langkah tahun depan!

Sabtu, 10 Agustus 2024

trabas, tragis

Diposting oleh fuyuhanacherry di 10.04 0 komentar

selalu ada batas antara dua hal berlawanan

kanan dan kiri

benar dan salah

iya dan tidak

dan ia bukan jembatan; yang menghubungkan

melainkan sebidang tembok; yang memisahkan


kita adalah arsiteknya

jadi, seharusnya bisa memastikan

bahwa tembok itu kokoh, kuat, tak bisa ditembus

kecuali leleh oleh panasnya keraguan

yang meluap-luap dari asumsi dan prediksi

tercekat rasa yang fluktuatif

didukung jeritan penonton dari beragam nostalgia

seolah-olah menetapkan bahwa sudah pasti;

semuanya semu,

dan akan sia-sia,

bak investasi bodong

Selasa, 06 Agustus 2024

orang-orang tidak perlu tahu

Diposting oleh fuyuhanacherry di 01.46 0 komentar

orang-orang tidak perlu tahu

bahwasannya, 'memberi' adalah sebuah kata kerja pasif bagi manusia yang sudah berdamai dengan dirinya sendiri

tidak perlu disadari, atau dianggap pengorbanan

tidak perlu ditandai, agar si penerima merespon sesuai angan-angan


orang-orang tidak perlu tahu

bahwasannya, 'menerima' adalah sebuah kata kerja aktif yang perlu banyak pertimbangan

tidak perlu dilakukan, apabila tidak ada ruang untuk menyimpan

tidak perlu diabadikan, bak sebuah hajat yang hanya muncul sekali seumur hidup


yang orang-orang perlu tahu;

perihal cinta, bertimbal balik adalah hal yang tak semestinya diikat ragu

atau ditabuh rasa takut yang akan meledak sewaktu-waktu

Selasa, 16 Juli 2024

evolusi

Diposting oleh fuyuhanacherry di 11.49 0 komentar
hari demi hari berlalu dan melalang
dengan berbagai bentuk luka
dan beragam lekuk senyum
bak antrian gacoan gejayan yang buka 24jam
semuanya tidak selalu sibuk
tapi terus terjaga
hingga larut, dan kembali terik
dari pasang hingga surut
dari yang semula kosong
hingga akhirnya terisi
yang mulanya kasual
menjadi tertarget
semuanya bergerak begitu pesat
dan manusia perlu kesiapan
untuk tetap berjalan
baik itu seorang diri
maupun diiringi langkah yang lain
 

home sweet dream Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review