Senin, 18 Februari 2019

the toxic missing

Diposting oleh fuyuhanacherry di 19.41
"Kata ibuku, saat aku kecil aku masih bisa memakan buah-buahan."

"Lalu, apa yang membuatmu membencinya?"

"Tidak tahu. Semuanya berjalan begitu saja. Banyak sekali hal dari diriku yang berubah; fisik yang semakin tumbuh besar, pikiranku yang semakin dewasa, serta perasaanku terhadap sesuatu. Mungkin sebenarnya ada hal yang membuatku trauma atau semacamnya, tapi aku tidak ingat."

"Ah, mungkin saja memang begitu."

"Atau mungkin sebenarnya memang tidak ada alasan khusus. Mungkin aku memang sudah disuratkan untuk membencinya saja."

.
.
.
.
.
.
.
/Dunia itu berputar/, kata-kata tersebut bukanlah omongkosong semata.

Delapanbelas tahun berlalu sejak aku merasakan deru udara dunia, dan aku sudah banyak merasakan bukti nyatanya.

Banyak sekali hal yang kuterima, kujalani, dan semua itu mengubahku menjadi seorang 'aku' yang seperti sekarang ini. Tapi ada satu hal yang sepertinya tidak berubah.

Aku tau ini konyol, tapi perasaanku pada sosok cinta pertama yang kudapatkan sejak aku kecil, masih melekat pada diriku.
Umurku masih lima tahun, aku ingat itu. Mungkin aneh mendengar seorang anak tak berdaya di umur itu merasakan perasaan yang absurd. Yang mereka lakukan hanya menangis dan meminta orang dewasa mengasihani mereka, bukan? Aku juga berpikir begitu dan mungkin aku terlalu hiperbola dalam mengartikan segala hal yang aku rasakan.

Tapi, bertahun tahun berlalu, aku masih terus bersamanya, sampai di umur limabelas tahun dia pindah rumah ke luar kota yang sangat tak dapat kujangkau secara cuma-cuma; dan di titik itulah aku menyadari bahwa aku menyayanginya--karena aku sangat--dan terlalu merindukannya.

Aku masih ingat betul bagaimana dia selalu menjemputku yang tinggal di sebelah rumahnya untuk berangkat ke sekolah, mengajakku bermain sepeda dan layangan di lapangan kompleks, memberitahuku cara bermain playstation, dan menjelaskan bagaimana bagusnya serial komik yang ia koleksi.

Suaranya yang nyaring untuk ukuran laki-laki selalu dengan mudah terngiang-ngiang di telingaku tiap kali ia berbicara secara tekstual, "Aku hebat, bukan?"
Sisi narsistiknya tidak pernah berubah. Kini sudah tiga tahun kami tidak bertemu tatap muka, dan aku dibebani oleh banyak ketakutan.

Bukan, aku bukannya takut dia berubah--sudah alamiah jika manusia mengalami banyak perubahan di tiap waktu demi waktu yang mereka habiskan--aku hanya takut, dia tidak memandangku dengan cara yang sama lagi.

Aku takut jika kami bertemu, akan ada rasa canggung, aneh, dan tidak biasa yang sungguh, tidak pernah sekali pun terjadi ketika kami menjalani hari-hari sebagai tetangga rumah.

Selain itu, yang lebih menakutkan adalah : aku takut dia membenciku

0 komentar:

Posting Komentar

 

home sweet dream Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review