jika kau tak keberatan,
lerai seluruh inci
pembentuk bayangku
jalari seluruh pori-pori
saring literan peluh
sangga debu yang hilir mudik
sedetail itu dan kau akan tahu
rapuh
definisi sempurna tentangku
angin yang meruntuhkanku dengan bertiup
tak pernah salah
tuhan yang ciptakanku jua
aku pula
hanya butuh bahu, sukarela
semacam pengabdian
namun aku punya cermin
ia berbicara,
“memangnya eksistensimu seberharga apa?”
aku menyadari,
hartaku hanyalah nama
aku menyadari,
hartaku hanyalah nama
jadi, pilihan lainnya;
perlu kucoba henti kinerja jantung, rupanya?
0 komentar:
Posting Komentar