di balik jendela kaca, renung melumat keramaian
netramu memutus asa yang pernah kurajut
akan dunia yang sudah tenggelam dalam ombak-ombak riwayat
ia melawan arus yang selayaknya surut
berlarian bersama laju jarum jam
kembali pada huniannya di gelanggang
terpaan angin menahanmu
yang bersikeras berteriak
memecah gemerlapnya fajar
seakan-akan semesta sudah buta
sebab, mereka tidak mau tahu
sampai semuanya berakhir dalam sekali pasang,
lantunanmu hanya didengar oleh timbunan pasir,
di sepanjang bibir pantai yang sudah merindu lelap
0 komentar:
Posting Komentar