telapak kakinya goyah
ternaungi gemerisik rindang
menepi di batas berlembab
ditemukanlah untuknya;
sesuatu yang terukir oleh angin
kemudian terbang, menguap
mencipta ombak-ombak kecil
kemudian jatuh beriringan
menimpa pelupuk yang semakin licin
[ didedikasikan untuk sahabat, rekan, keluarga, sekaligus master kami: Febiyan Nailarizqi ]
mari mempererat tali silaturahmi
Rabu, 25 Desember 2019
Selasa, 17 Desember 2019
duka seorang tahanan
cuma orang-orang kasmaran
yang berhak mengatakan:
"dunia itu sempit"
karena mau diperjarak sejauh apapun,
diperalat sekeras apapun,
dimensi mereka sudah berbeda
-denganku,
yang diberitahu,
bahwa hidup hanya untuk mati
bukan dinikmati
siapa sudi terpedaya oleh buaian ego?
bukan aku,
begitu rasaku
mencipta resah segala relung
yang berhak mengatakan:
"dunia itu sempit"
karena mau diperjarak sejauh apapun,
diperalat sekeras apapun,
dimensi mereka sudah berbeda
-denganku,
yang diberitahu,
bahwa hidup hanya untuk mati
bukan dinikmati
siapa sudi terpedaya oleh buaian ego?
bukan aku,
begitu rasaku
mencipta resah segala relung
siasat tengah malam
untuk tetap terjaga, aku butuh kafein
sebab sang esok memanggil-manggil
sedang aku masih telanjang
membiarkan diri termakan dentingan jam dinding
terlarut dalam udara dingin malam ini
tanpa sengaja, aku salah takar
ada yang kelebihan
kafein ini terasa seperti kesedihan
memberi sadar akan kehampaan
dan aku mabuk
Jumat, 13 Desember 2019
pelangi dan teka teki
kepalaku terancam basah
gerimis
menjemput hujan pukul empat sore
16.00, mereka menuliskannya
senja, mereka menggelarinya
aku memutar otak
empat warnanya jingga
tidak seperti lima;
warnanya biru
atau sembilan yang berungu
kalau kamu pasti nol
atau tujuh
atau di antaranya
gerimis
menjemput hujan pukul empat sore
16.00, mereka menuliskannya
senja, mereka menggelarinya
aku memutar otak
empat warnanya jingga
tidak seperti lima;
warnanya biru
atau sembilan yang berungu
kalau kamu pasti nol
atau tujuh
atau di antaranya
Senin, 09 Desember 2019
ambisi kacang tanah
aneh,
tidak jelas,
cukup menyebalkan,
sembarangan,
seenaknya,
sembrono,
egois,
penuh tanda tanya,
tidak berpikir panjang,
strict,
pelit,
dan kekurangan-kekurangan lainnya
ada di kamu
rugi sekali jika aku harus menerima semua itu
seperti orang buta, atau tuli
sayangnya
manusia mana yang tidak egois?
karena aku juga egois;
aku maunya tetap kamu
tidak jelas,
cukup menyebalkan,
sembarangan,
seenaknya,
sembrono,
egois,
penuh tanda tanya,
tidak berpikir panjang,
strict,
pelit,
dan kekurangan-kekurangan lainnya
ada di kamu
rugi sekali jika aku harus menerima semua itu
seperti orang buta, atau tuli
sayangnya
manusia mana yang tidak egois?
karena aku juga egois;
aku maunya tetap kamu
Senin, 18 November 2019
sepertinya gagal
kamu tidak mungkin membaca ini,
aku cukup yakin dalam porsi 99%,
sisanya aku taruh dalam duga tanpa guna,
karena aku tidak punya apa-apa,
sisanya aku taruh dalam duga tanpa guna,
karena aku tidak punya apa-apa,
dan itu semua tidak penting
mari menuju ke poin utamanya;
selamat beristirahat,
mohon simpan sisa-sisa energimu,
sebab,
hari esok,
dan lusa,
dan esoknya lusa,
dan seterusnya,
hari esok,
dan lusa,
dan esoknya lusa,
dan seterusnya,
sampai si pemilik semesta mencabut kontrak,
dunia ini akan selalu butuh kamu,
jutaan detik berulangku akan selalu butuh kamu
Rabu, 13 November 2019
melepas, lalu terasing
pagi,
semuanya membiru, memucat
diinjak pun, tak juga retak
dirampas pun, tak juga lenyap
siang,
semuanya menguning, menyengat
tak ada yang sudi bercengkrama dengan terik
sampai sisa-sisa genangan melarikan diri
malam,
biru tua menemui semburat kehitaman, membuta
ia dipenuhi taburan kristal gula
lalu mengisolasi diri bersama
mereka berjalan, membentuk rutinitas
meski aku terbawa arus;
tak terdeteksi dalam segala satuan waktu
Minggu, 10 November 2019
kondusif
perihal kalimat pertama
yang mengikatku dalam harap
tak sertamerta bisa melerai
antara angan dan ingin
--ku
untuk itu,
kita--terutama aku,
perlu keteraturan dua arah;
bertimbal dan berbalik
yang mengikatku dalam harap
tak sertamerta bisa melerai
antara angan dan ingin
--ku
untuk itu,
kita--terutama aku,
perlu keteraturan dua arah;
bertimbal dan berbalik
walau bukan rumah
kristal di bola matamu berembun
peluh menari-nari di kelopak
berbingkai lingkaran hitam sebagai simbol daya tahan
menjual sorot mata yang kurindukan;
yang ingin kuabadikan dalam tangis
malam itu kamu terseokseok
mengaku tumbang
lelah bersoliter dengan rasa
padahal bahuku kosong
bisa kaupakai kapan saja,
cuma-cuma,
hanya meminta sudi,
dan hati-hati
peluh menari-nari di kelopak
berbingkai lingkaran hitam sebagai simbol daya tahan
menjual sorot mata yang kurindukan;
yang ingin kuabadikan dalam tangis
malam itu kamu terseokseok
mengaku tumbang
lelah bersoliter dengan rasa
padahal bahuku kosong
bisa kaupakai kapan saja,
cuma-cuma,
hanya meminta sudi,
dan hati-hati
Sabtu, 09 November 2019
porak poranda
tanpa mengetuk, tiba-tiba datang
memasuki ruangan
duduk di sofa--tanpa membujuk
deru nafasnya terdengar
sampai tulang-tulang
tidak sopan, tidak terdidik
tak dipanggil dan diharap
berlaku semaunya
menghancurkan, tapi termaafkan
sebab itulah definisinya;
cinta;
bentuk sabotase berestetika
memasuki ruangan
duduk di sofa--tanpa membujuk
deru nafasnya terdengar
sampai tulang-tulang
tidak sopan, tidak terdidik
tak dipanggil dan diharap
berlaku semaunya
menghancurkan, tapi termaafkan
sebab itulah definisinya;
cinta;
bentuk sabotase berestetika
lembar pertama
mencari bukan
atau benar
saling mengira
bergelut dengan ragu
menggandeng penasaran
di alam kedua
terbentang ribuan titik
terbatasi dinding bambu
kita saling bertanya
setelah ini, apa?
atau benar
saling mengira
bergelut dengan ragu
menggandeng penasaran
di alam kedua
terbentang ribuan titik
terbatasi dinding bambu
kita saling bertanya
setelah ini, apa?
Minggu, 29 September 2019
there's something different today
morning vibes killed me lately
i hate when the sun is up
one step and more
i'll be the worst person today
its 8 am
in an ordinary monday
like the rest of the other day
i feel tired, already
even foods cant charge my energy
but someone crossed my view
with a bright smile
suddenly i feel motivated
to step my foot on the road
what kind of battery are you?
ah, i see
this world become increasingly sophisticated
day by day
isi renung dalam tiga menit
aku bangun tidur
solat subuh
lalu membereskan kamar
dan mandi
berbenah untuk berangkat
bukannya lupa
aku terbiasa tidak sarapan
mendengarkan dosen bicara
pulang dengan isian baru
lalu merebah
kelelahan dan lapar
burjo dekat kos memanggil
aku makan
melepas selembar uang 10.000
dan pulang dengan perut kenyang
aku selalu punya tanya
tentang kapan aku tidak begini
sendiri dalam
dunia yang hanya 3x3 meter
tapi aku ingat
ada yang mendoakanku
di bumiayu sana
jadi, sudah, deh,
aku ikhlas melelah
dalam kesepian
an.xi.e.ty
“don’t wait for me, i cant give you anything”
im sad to hear that
“you can leave me anytime”
im very sad to hear that
“please, stop, i don’t want to see your sad expression”
im smiling
"that’s mean you should let me wait for you"
"that’s mean you should let me stay with you"
baby, you worry too much
love makes waiting feel easier, y'know?
so, just believe in me,
it wont hurt both of us
even if you losing your sanity, i will replace your position
you have to (forever) be you, but it doesn't matter to me for
not to be me
27.02.19/29.09.19
thank you for making every memory special
im sorry i cant 24/7
stay by yourside to protect you
thank you for the love in any circumstances
im sorry for being
selfish by always wanting to see you smiles
thank you for making my heart smile when it rains
im sorry for letting
you enjoy your sadness for so long
thank you
im sorry
i love you
i love you
Jumat, 06 September 2019
[ RESENSI ] And Then We Were None
Judul : And Then We
Were None
Judul Terjemahan : Sepuluh Anak Negro, Lalu Semuanya Lenyap
Pengarang : Agatha Christie
Penerjemah : Mareta
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Gramedia
Tebal : 264 halaman
Diterbitkan pertama kali : Maret 1984
Format : Paperback
Target : Remaja Dewasa
Genre : Misteri
Series : Stand-alone
URL Link :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=6516&keywords=agatha+christie
http://uny.ac.id
URL Link :
http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=6516&keywords=agatha+christie
http://uny.ac.id
Novel ini menceritakan tentang kasus pembunuhan yang terjadi
di antara sepuluh orang dengan latar belakang berbeda yang diundang ke sebuah
pulau bernama Pulau Negro. Pulau yang dimiliki oleh Mr dan Mrs Owen ini telah
memiliki desar desir gosip di penjuru negeri pada saat itu, namun hal itu tak
lantas membuat orang-orang yang diundang menolak tawaran tersebut—meski di
antara mereka pun tidak ada satu pun yang mengenal siapa sebenarnya yang
mengundang mereka. Para tamu yang diundang pun dipilih secara acak, tidak
memiliki kaitan atau relasi satu sama lainnya. Namun siapa sangka di akhir
cerita mereka semua justru satu per-satu harus meregang nyawa untuk menebus
dosa mereka masing-masing?
Rahasia yang sebelumnya mereka sembunyikan rapat-rapat
terkuak sepenuhnya dalam ‘liburan’ mereka di pulau ini. Dan akhirnya Pulau
Negro menjadi sebuah tempat penghakiman dari semua kesalahan yang telah mereka
perbuat karena hukumnya tak termuat dalam perundangan resmi.
Saat pertama kali membaca buku ini, sekitar satu sampai dua
bab awal, saya masih merasa belum bisa terbawa dalam suasana yang digambarkan
dalam cerita ini. Saya masih meraba-raba, kira-kira harus membayangkan seperti
apa latar dan situasi dalam cerita ini karena menurut saya pribadi penerjemahan
buku ini sedikit kaku dan kurang fleksibel untuk di-Bahasa Indonesia-kan. Namun
pada bab-bab selanjutnya saya mulai mengerti ke mana arah cerita ini berjalan.
Karakter yang ada dalam cerita ini pun cukup banyak. Sudah
begitu, tidak ada satu pun yang bisa dianggap sebagai karakter sampingan karena
semuanya berperan penting dalam jalannya cerita sehingga kita harus benar-benar
mengenal dan memahami satu per-satu karakter yang ada di novel ini.
Dalam cerita-cerita bergenre misteri, detail dalam plot
merupakan ciri khas yang tidak dapat dilepas. Dalam novel ini detail-detail
dijabarkan dengan natural sehingga tidak terkesan memaksa dan memberi celah
dalam cerita.
Selain itu, ciri khusus yang tidak bisa lepas dari gaya
bercerita sosok Agatha Christie adalah plot twist. Seperti yang kita tahu,
beliau sangat jenius dalam memutarbalikkan pandangan pembaca dengan merancang
alur sedemikian rupa sehingga para pembaca pun ikut diajak naik-turun mengikuti
flow dari clue-clue yang dia berikan di setiap langkah menuju ending cerita.
Hal seperti ini tentu memancing rasa penasaran pembaca untuk segera
mentuntaskan bacaannya dan membaca karya-karya beliau yang lainnya karena
sungguh, Agatha Christie tidak pernah kehabisan ide untuk membuat para
pembacanya ‘terpukul’ dengan apa yang ia sajikan.
Kamis, 15 Agustus 2019
aku hanya bertanya
(photo by taeyong)
kamu lenyap
ke mana?
tanyamu
aku di mana?
aku bertanya pada diri sendiri
karena aku pun tidak tahu
tersesat ke mana
coba lacak sinyal gps-ku
aku ada di mana?
karena aku pun tidak mengerti
kamu ada di sini
tapi aku tidak ada di sana
dalam relung hati, kuperjelas
dari dulu kamu tersimpan di sana
aku takperlu mencari
tapi aku di mana?
kamu tidak menyimpanku?
tapi kenapa kamu mencari?
google maps adalah senjatamu
selagi kamu kehilangan
dan aku adalah objek yang hilang
jangankan tampak dalam radius penglihatan
dalam ingatan saja aku luput
aduh, daya ponselku sepertinya lemah
akhirnya mati
sinyal gps pun sia-sia
kamu tidak merasa diuntungkan
tidak pula menyayangkan
sekarang, aku di mana?
kamu masih mau mencari, 'kan?
kamu meninggalkannya di mana?
perlu aku bongkar memorimu?
atau waktu untukku sudah habis?
aku luput, atau terbuang?
ke mana?
tanyamu
aku di mana?
aku bertanya pada diri sendiri
karena aku pun tidak tahu
tersesat ke mana
coba lacak sinyal gps-ku
aku ada di mana?
karena aku pun tidak mengerti
kamu ada di sini
tapi aku tidak ada di sana
dalam relung hati, kuperjelas
dari dulu kamu tersimpan di sana
aku takperlu mencari
tapi aku di mana?
kamu tidak menyimpanku?
tapi kenapa kamu mencari?
google maps adalah senjatamu
selagi kamu kehilangan
dan aku adalah objek yang hilang
jangankan tampak dalam radius penglihatan
dalam ingatan saja aku luput
aduh, daya ponselku sepertinya lemah
akhirnya mati
sinyal gps pun sia-sia
kamu tidak merasa diuntungkan
tidak pula menyayangkan
sekarang, aku di mana?
kamu masih mau mencari, 'kan?
kamu meninggalkannya di mana?
perlu aku bongkar memorimu?
atau waktu untukku sudah habis?
aku luput, atau terbuang?
Senin, 12 Agustus 2019
we name it joy; even it was pain
(photo by TEN)
you drag me down into the ocean
eventhough i cant dive
i thought you want me to die
until i realized you cant dive too
we are losing our mind
we let everything around to lift ourbodies
though it seems like nothing has been lifted up
we let ourselves fall deeper
sink, leaving the realm of gravity
dont even want anyone to save us
it hurts both of us, we can feel it
yet we still think that everything will be ok
the fact that we are together relaxes us; so we dont mind anything at all
just being selfish
even a shark who come closer cant scares us
its how love works, we been knew
loving is a way to die regretless
Sabtu, 13 Juli 2019
its hard to be me, its hard to stay with me
i wonder if theres a thing to make it feels easier
but nothing
my 18 years experience are useless, though
another thing is : everyone except me are cute
it makes it a bit harder
tolerating myself
is there somewhere who can accept me and being my home?
for a long time since today
i need a place
a better place
to stay
to sleep
to decrease my anxiety
to cry
to laugh
to be the answer of why should i go farther
because resting is a part of living
and half of it i got from somebody's existence;
you, whoever still awake and sit beside me today
can i ask you to be my forever home?
if not, thats not okay
if yes, thats not okay too
everything is bad when you were the only one i want
and the only one i want to protect from every darkness
including my toxicity
thats it
thats why its hard to be me
Jumat, 21 Juni 2019
everything isnt mutual but im (pretend to be) okay with it
finally i can step my feet on the same land as you, i smiled proudly
eventhough you dont allow me to open your heart--to be my homestay, you are still here, right?
at this time, i think you still awake
do you see that fullmoon? i think it glow brighter, tonight
i hope you like it
i hope you can enjoy your night
i hope i can text you that i want to see you
i hope i can found you really soon
eventually what i want through of my long journey is no more than a wish
god has the biggest control to make it works
i mean, am i allowed to bring everything into wishes?
that nobody knows; will it become into reality?
it seems useless, i know it, but i would never as brave as today--to ask about it
so yeah,
maybe this is my last chance to let my own self to missing you
i am nobody, so do what i wishing for
you are nobody
we have so many similarities but have u ever realized that we never stand on the same line?
or if i can describe it spesifically--even the level?
i dont know why i always see you as a better human than myself
you always seems perfect, no need to doubt, without even care who you really are--how people look at you--i dont fckin care about that; my selfiness work harder than my healthy mind
i think im falling deeper day by day
and nobody would save me
as if i dont ask them to save me
so it doesnt matter
if in the end im broke into pieces, i just want to see something
you, the one who stole my world,
please answer this question;
do i ever cross your mind?
Selasa, 23 April 2019
sorry for loving you (too much)
the way i am
walk on the way
to stay away
from you but, dear
as long as i hear your name passed by,
my head break in any way
a bit tired
but im staying
i dont know why
i dont even know
where i stand
but thats okay
because you're here
(although i'm not your reason)
thinking 'bout you make me realized,
you're the only one i want
and being without you is a nightmare
that i want to skip off
dreaming 'bout you give me space,
letting me to feel the fresh air, breath on it
im loving you for real
and thats too much
Sabtu, 13 April 2019
lo/vely
looking at the ceiling top of my room
silently thinking what im feeling
and remembering how many steps i have been done
until i can be here,
laying my body down
keep in touch with soft mattress
and flirting with a warm blanket
what should i do, next?
how many kilometers
the distance that i have to go through?
i thought, i've left my home too far
cause i already feel the pain;
afraid of getting lost
afraid of being hurt too much
afraid about the future
even my past cant comfort me
meanwhile,
i can only hear my own voice
i can only hold my own hand
i can only talk with my own thoughs
i can only see my deepest feeling
always feel so sleepy,
don't want to face the broken side of this world
oh god, im still too young for this--my tears has said
later, i feel some noises without words knocking my heart,
with typical beat of RnB
i can taste it clearly
the smell of coffe that i usually drink at the midnight
like the bitter oxygen,
which i breathe all the time
secretly, im enjoying this phase more than i want to be
the sadness somehow feels like one of those rainbow colors,
its the most ethereal color,
after i realized;
lonely is lovely,
in my useless-soul's point of view
Kamis, 21 Maret 2019
i'm losing me
i get lost too easily
in the middle of bunch of people
stand up with a pair of brown boots on my feet
tanah yang terinjak sedikit berair,
becek, mengotori sepertiga bagian dari sepatu
rupanya beberapa jam lalu, putri hujan bersinggah di sini
bagaimana bisa dia tak menunggu tuk temaniku?
aku hilang, kan?
ada,
namun tak berlabel identitas
dikenal,
namun tak tersapa
ditemui,
namun terlewati
hiruk-pikuk manusia dalam radius sepuluh meter
terdeteksi daun telinga
ia bisikkan suara-suara yang kusemogakan, tak terdengar
namun ia terus memaksa
'kamu hilang'
'tak ada yang akan menemukanmu'
telinga kiriku tergores,
selepas mereka lewat
tajam, getaran-getaran itu
detik berikutnya, sesuatu mencoba masuk--kembali
kali ini bukan ke dalam telinga
'lama tak jumpa'
terlalu lembut, getaran barusan
masuk lewat mana?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
selamat hari puisi sedunia!!
Kamis, 28 Februari 2019
born and alive (happy birthday, my hero)
#1 : wish
god, i have 3 wishes
let him shine in the air
let him breath on the sky
let him jump under the sea
because he already owning my world to go through the ride that i cant drive alone
#2 : stars
nothing else sadder than putting hopes on the night sky
but i bravely dedicade all of those stars for you
to stop you from crying in front of me, again
i know it;
its hard when you dont know what will come, and what will go
but we are always here
we are always inside you
we put cctv's on every side of the room, where you are in
so,
dont cry,
dont be scared
your tears are our pain
your anxiety are our sickness
dont stop believing,
your hope will reach you out without you try to reach it
#3 : reply
you're welcome
you're always welcome
because we are your home
so, beside saying 'thank you', you should say 'im home'
#4 : hero
you are shining without i knowing who am i
you are bright without i knowing where i am
you are the key why im here, delaying my plan to end the whole life
thats why,
you are the bestest,
and this world doesnt deserve you,
my suicidal thoughs doesnt deserve you
#5 : yours
your smiles healing me
your voices saving me
our existence arent different part of unity
we are basically an active heart;
im the atrium,
you're the ventricel
Senin, 18 Februari 2019
angan ingin
aku ingin dengar sesuatu yang ingin aku dengar
aku ingin membaca sesuatu yang ingin ak baca
aku ingin
semua input yang kudapat, adalah semua yang kuinginkan
yang selalu ada dalam angan-angan
harapan, ekspektasi, spekulasi
semua yang telah diperhitungkan
seperti hasil dari hitungan kalkulator
aku ingin semuanya berjalan dengan baik
sampai-sampai tidak sadar
bahwa yang sebenarnya kubutuhkan adalah apresiasi
dalam sebaris kalimat,
"you did well"
aku ingin membaca sesuatu yang ingin ak baca
aku ingin
semua input yang kudapat, adalah semua yang kuinginkan
yang selalu ada dalam angan-angan
harapan, ekspektasi, spekulasi
semua yang telah diperhitungkan
seperti hasil dari hitungan kalkulator
aku ingin semuanya berjalan dengan baik
sampai-sampai tidak sadar
bahwa yang sebenarnya kubutuhkan adalah apresiasi
dalam sebaris kalimat,
"you did well"
the toxic missing
"Kata ibuku, saat aku kecil aku masih bisa memakan buah-buahan."
"Lalu, apa yang membuatmu membencinya?"
"Tidak tahu. Semuanya berjalan begitu saja. Banyak sekali hal dari diriku yang berubah; fisik yang semakin tumbuh besar, pikiranku yang semakin dewasa, serta perasaanku terhadap sesuatu. Mungkin sebenarnya ada hal yang membuatku trauma atau semacamnya, tapi aku tidak ingat."
"Ah, mungkin saja memang begitu."
"Atau mungkin sebenarnya memang tidak ada alasan khusus. Mungkin aku memang sudah disuratkan untuk membencinya saja."
.
.
.
.
.
.
.
/Dunia itu berputar/, kata-kata tersebut bukanlah omongkosong semata.
Delapanbelas tahun berlalu sejak aku merasakan deru udara dunia, dan aku sudah banyak merasakan bukti nyatanya.
Banyak sekali hal yang kuterima, kujalani, dan semua itu mengubahku menjadi seorang 'aku' yang seperti sekarang ini. Tapi ada satu hal yang sepertinya tidak berubah.
Aku tau ini konyol, tapi perasaanku pada sosok cinta pertama yang kudapatkan sejak aku kecil, masih melekat pada diriku.
Umurku masih lima tahun, aku ingat itu. Mungkin aneh mendengar seorang anak tak berdaya di umur itu merasakan perasaan yang absurd. Yang mereka lakukan hanya menangis dan meminta orang dewasa mengasihani mereka, bukan? Aku juga berpikir begitu dan mungkin aku terlalu hiperbola dalam mengartikan segala hal yang aku rasakan.
Tapi, bertahun tahun berlalu, aku masih terus bersamanya, sampai di umur limabelas tahun dia pindah rumah ke luar kota yang sangat tak dapat kujangkau secara cuma-cuma; dan di titik itulah aku menyadari bahwa aku menyayanginya--karena aku sangat--dan terlalu merindukannya.
Aku masih ingat betul bagaimana dia selalu menjemputku yang tinggal di sebelah rumahnya untuk berangkat ke sekolah, mengajakku bermain sepeda dan layangan di lapangan kompleks, memberitahuku cara bermain playstation, dan menjelaskan bagaimana bagusnya serial komik yang ia koleksi.
Suaranya yang nyaring untuk ukuran laki-laki selalu dengan mudah terngiang-ngiang di telingaku tiap kali ia berbicara secara tekstual, "Aku hebat, bukan?"
Sisi narsistiknya tidak pernah berubah. Kini sudah tiga tahun kami tidak bertemu tatap muka, dan aku dibebani oleh banyak ketakutan.
Bukan, aku bukannya takut dia berubah--sudah alamiah jika manusia mengalami banyak perubahan di tiap waktu demi waktu yang mereka habiskan--aku hanya takut, dia tidak memandangku dengan cara yang sama lagi.
Aku takut jika kami bertemu, akan ada rasa canggung, aneh, dan tidak biasa yang sungguh, tidak pernah sekali pun terjadi ketika kami menjalani hari-hari sebagai tetangga rumah.
Selain itu, yang lebih menakutkan adalah : aku takut dia membenciku
"Lalu, apa yang membuatmu membencinya?"
"Tidak tahu. Semuanya berjalan begitu saja. Banyak sekali hal dari diriku yang berubah; fisik yang semakin tumbuh besar, pikiranku yang semakin dewasa, serta perasaanku terhadap sesuatu. Mungkin sebenarnya ada hal yang membuatku trauma atau semacamnya, tapi aku tidak ingat."
"Ah, mungkin saja memang begitu."
"Atau mungkin sebenarnya memang tidak ada alasan khusus. Mungkin aku memang sudah disuratkan untuk membencinya saja."
.
.
.
.
.
.
.
/Dunia itu berputar/, kata-kata tersebut bukanlah omongkosong semata.
Delapanbelas tahun berlalu sejak aku merasakan deru udara dunia, dan aku sudah banyak merasakan bukti nyatanya.
Banyak sekali hal yang kuterima, kujalani, dan semua itu mengubahku menjadi seorang 'aku' yang seperti sekarang ini. Tapi ada satu hal yang sepertinya tidak berubah.
Aku tau ini konyol, tapi perasaanku pada sosok cinta pertama yang kudapatkan sejak aku kecil, masih melekat pada diriku.
Umurku masih lima tahun, aku ingat itu. Mungkin aneh mendengar seorang anak tak berdaya di umur itu merasakan perasaan yang absurd. Yang mereka lakukan hanya menangis dan meminta orang dewasa mengasihani mereka, bukan? Aku juga berpikir begitu dan mungkin aku terlalu hiperbola dalam mengartikan segala hal yang aku rasakan.
Tapi, bertahun tahun berlalu, aku masih terus bersamanya, sampai di umur limabelas tahun dia pindah rumah ke luar kota yang sangat tak dapat kujangkau secara cuma-cuma; dan di titik itulah aku menyadari bahwa aku menyayanginya--karena aku sangat--dan terlalu merindukannya.
Aku masih ingat betul bagaimana dia selalu menjemputku yang tinggal di sebelah rumahnya untuk berangkat ke sekolah, mengajakku bermain sepeda dan layangan di lapangan kompleks, memberitahuku cara bermain playstation, dan menjelaskan bagaimana bagusnya serial komik yang ia koleksi.
Suaranya yang nyaring untuk ukuran laki-laki selalu dengan mudah terngiang-ngiang di telingaku tiap kali ia berbicara secara tekstual, "Aku hebat, bukan?"
Sisi narsistiknya tidak pernah berubah. Kini sudah tiga tahun kami tidak bertemu tatap muka, dan aku dibebani oleh banyak ketakutan.
Bukan, aku bukannya takut dia berubah--sudah alamiah jika manusia mengalami banyak perubahan di tiap waktu demi waktu yang mereka habiskan--aku hanya takut, dia tidak memandangku dengan cara yang sama lagi.
Aku takut jika kami bertemu, akan ada rasa canggung, aneh, dan tidak biasa yang sungguh, tidak pernah sekali pun terjadi ketika kami menjalani hari-hari sebagai tetangga rumah.
Selain itu, yang lebih menakutkan adalah : aku takut dia membenciku
#1 : don't run, lets fly
"lets hold hands and fly
in the air
among the clouds
just you and me" -10
.
.
.
jenuh
semua yang kulakukan selama ribuan hari ini rasanya sedikit sedikit membunuhku. kenapa, ya? padahal mereka bilang kesusahan dan halangan itu adalah hal yang wajar ditemui dalam kehidupan. namun semakin lama, yang kutemukan dalam perjalanan tanpa arah ini hanyalah keinginan besarku untuk mencuri garis start
aku ingin selesai
aku merasa sudah sangat cukup untuk mengakhiri
keadaan ekonomi yang pontang panting sejak ayahku meninggal, kinerjaku yang tidak becus dalam segala hal--karna terlalu banyak berpikir dan mengeluh, mungkin?--tumpukan tanggungjawab yang semakin membebani pundakku sampai rasanya aku ingin seseorang memutilasi tubuhku saja, semuanya terasa sangat pelik
kata mereka "tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hambanya". Namun hingga detik ini, aku masih tidak menemukan faktanya dalam realita. Yang kulihat selama ini, orang-orang bukan melewatinya--justru berjalan memutar, atau lari--mereka tidak benar-benar menghadapi terjalan itu
"Permisi." renunganku di sela-sela waktu kerja sebagai pelayan di salah satu kafe milik temanku dirusak oleh tepukan tangan seseorang di pundak sebelah kiri. Aku menoleh ke arah dengungan suara itu dan ... oh, rupanya aku akan mendapatkan masalah setelah ini.
"Ah, maaf, ada yang bisa saya bantu?"
"Itu, sebenarnya saya sudah memesan sih, tapi boleh tolong fotoin saya?"
Pelanggan kafe memang sangat beragam, dari anak-anak polos yang datang karena mengikuti orang-orang dewasa yang biasa mereka lihat, sampai orang-orang zaman now yang menyeruput kopi sambil menuntut permintaan-permintaan yang aneh. Sebenarnya meminta tolong untuk memfotokannya tidak termasuk dalam permintaan yang aneh sih, jika dibandingkan kejadian minggu lalu ketika ia menghadapi pelanggan yang meminta kertas dan pensil warna untuk menggambar di kafenya. Yang benar saja, dia kira tempat ini taman kanak-kanak? Sayangnya, pelaku dari keduanya adalah orang yang sama. Ya, laki-laki yang selalu datang dengan topi buket warna putih ini.
"Sudah."
"Lagi lagi!! Saya ganti pose dulu. Gimana ya...."
Aku menahan diri agar tidak menghela nafas dan memutar bola mata; tanda bahwa aku keberatan dengan permintaan orang aneh ini.
"Yak, ini yang terakhir..."
Dengan secepat kilat senyum lebar lelaki tersebut langsung sirna ketika ia mulai berakting, menyandarkan dagunya dengan tangan kiri, dengan posisi candid pada kamera.
"Sudah, ya."
"Terimakasih terimakasih!!"
"Sama-sama."
Aku langsung kembali ke kursi dudukku di dekat kasir. Setelah duduk, kuamati laki-laki tadi yang masih melihat-lihat hasil fotonya. Dia tampak tersenyum, seperti puas dengan apa yang dilihatnya. Syukurlah.
Tapi, kalau dipikir-pikir, laki-laki itu terlalu aneh. Dia terlalu tampan untuk menjadi sosok jomlo yang selalu datang ke kafe sendirian dengan kegiatan tidak jelasnya di depan ponsel dan buku-bukunya. Sepertinya dia bukan mahasiswa, dia tidak pernah membawa tas besar atau buku-buku yang biasa dibawa para mahasiswa untuk mengerjakan tugas di kafe. Sejauh ini, kira-kira sudah empat kali laki-laki itu datang, dan dia selalu sendirian di tempatnya selama lebih dari satu jam. Ah, mungkin dia tipe orang yang suka menyendiri? Mungkin dia memang butuh saat-saat 'me time'.
Aku tengok dia lagi. Dia tampak menikmati kesendiriannya. Ah, kelihatannya menyenangkan sekali bisa menikmati kebahagiaan sendiri seperti itu.
"Seo."
Aku melirik seseorang yang berdiri di sebelahku. "Ya?"
"Kau memandanginya terus. Kenapa hayo ...."
"He? Gaada apa-apa, kok. Cuma ngerasa aneh aja."
"Aneh kenapa?"
"Dia selalu sendiri. Dan setiap ke sini, permintaannya selalu aneh-aneh."
"Ya maka dari itu lebih baik kamu temani dia! Dia lumayan, loh."
"Yang benar saja, ini kan tempatku untuk bekerja. Memangnya aku ini gadis penghibur apa."
"Aish, kan siapa tau memang jodoh."
"Ih Yenaaaaa."
Dan aku tidak tau sejak kapan, pemandangan laki-laki itu sudah tidak bisa aku dapatkan dari tempatnya semula. Dia sudah pergi.
Aku jamin, sekitar hari rabu atau sabtu, dia akan datang lagi kemari.
Ah, kenapa aku seperti sangat memperhatikannya?
...
Benar, dua hari berikutnya, dia benar-benar datang, sesuai dugaanku. Namun dia datang tepat ketika aku berganti shift--jam tujuh.
Kami berpapasan di depan pintu masuk. Aku memberi salam sebentar, dia pun membalasnya dengan anggukan dan senyum mengembang.
Kami seperti dua orang yang saling mengenal, padahal nyatanya jauh dari itu. Saling mengetahui nama saja tidak.
Aku melaluinya, mengambil langkah, makin menjauh dari kafe untuk segera menemui kosku yang letaknya nyaris satu kilometer dari sana, melewati lalu lalang pinggiran jalan kota yang sudah mulai redup
hari minggu adalah hari di mana aku benar-benar lepas dari semua pekerjaan selain pekerjaan kos. biasanya aku menghabiskan hari itu dengan bermalas-malasan, tidur, makan, melihat sosial media, dan hal-hal tidak produktif lainnya. dan biasanya, di hari-hari itu juga keinginanku untuk berhenti, meluapluap
dan hari ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar sebentar, melihat sekeliling, mencari udara segar dan mencari pemandangan hijau di bukit kecil belakang kos. dulu aku pernah beberapa kali di sana bersama teman-teman untuk piknik, dan sekarang sudah bukan zamannya
Kalau dipikir-pikir, menyedihkan juga, melihat semua temanku sudah berjalan jauh di sana sedangkan aku masih tetap berdiri di sini, sendirian
Ah persetan dengan semua itu. Aku harus mencari kebahagiaanku sendiri sebelum benar-benar harus berakhir
"Eh?"
Sesampainya di puncak bukit, aku mendapati seseorang tengah tertidur di tanah, menghadap langit yang diselimuti awan putih, dengan kedua tangan di belakang kepala dan topi buket putih yang menutupi wajahnya yang terlelap. Aku tau jelas siapa dia, namun tidak dengan namanya
Dia sama sekali tidak bergerak sekalipun tadi aku mengekspresikan keterkejutanku dengan suara
Aku sempat bingung, apa aku harus kembali ke kos saja atau tetap berada di sana. Namun kubulatkan tekat untuk tetap di sana, ini suatu kesempatan juga kan untuk mengenal siapa laki-laki yang selama ini mendatangi kafe itu?
"Permisi."
"...." Sepertinya dia terbangun, dia menyingkirkan topinya dan menatapku dengan matanya yang sangat berbeda dengan biasanya kali ini; membengkak, iris coklatnya berkaca-kaca.
"A...ah..... maaf sudah mengganggu, saya nggak tau kamu di sini."
"Wah kebetulan. Tolong fotoin, ya."
Ah, tidak lagi.
Aku pun lagi-lagi harus menuruti permintaannya. Padahal aku sedang tidak bekerja di kafe!
"Terimakasih!" Ujarnya antusias setelah aku mengambil beberapa foto untuknya. "Kau tidak mau kufoto juga?"
"Ah buat apa haha lagian tidak akan bagus jika aku jadi objeknya."
Dia tak menjawab apapun setelah aku berbicara demikian, membiarkan suara angin terus berbisik di antara kami. Hei, apakah ada yang salah dari ucapanku?
Tak lama kemudian, dia mengambil lengan kiriku.
"Hei-"
"Pasti lelah, ya."
Aku terdiam, aku tidak tau mengapa dia berbicara demikian. Namun tak lama kemudian aku tersadar. Dengan cepat aku langsung menarik tanganku.
"Kenapa?"
Aku masih tak menjawab.
"Tidak apa-apa, kita sama. Mau lihat?"
Ini situasi yang konyol, aku benar-benar tidak bisa menyuarakan apapun.
"Aku tidak yakin kau berkenan mendengar ceritaku, kenapa aku ada di sini, dan kenapa mataku membengkak. Lagipula itu tidak menarik. Tapi rasanya keberadaanmu membuatku sedikit lebih tenang."
"Karena merasa ada yang senasib?"
"Bukan begitu... karna kau mau menyapaku, meski kau tidak tau namaku."
Aku benar-benar tidak mengerti dengan laki-laki ini.
"Aku juga tidak yakin kau penasaran dengan ceritaku. Tapi tidak apa-apa, kita pasti akan baik-baik saja."
Aku berbicara seakan-akan aku yakin dengan apa yang aku bicarakan. Benar-benar omong kosong.
"Tidak, tidak. Coba lihat awan itu." Ia mengarahkan telunjuknya ke atas. "Keliahatannya lembut dan nyaman sekali, tapi nyatanya, kau tak bisa berjalan atau berbaring di atasnya."
"Maksudmu?"
"Aku ingin terbang."
"Tidak nyambung."
"Nyambung! Aku ingin menerobos awan, karna aku tidak bisa berjalan di atasnya."
"Memangnya ada apa dengan awan?"
"Nggak ada apa-apa. Kamu mau terbang juga, nggak?"
"Apaan sih ...."
"Ah sebentar, aku perlu mengupload foto-foto tadi di akun instagramku."
Laki-laki itu menjelajahi saku celananya dan mengeluarkan handphone silver dari dalam sana.
"Caption nya apa, ya. Ada ide?"
"Aku buruk dalam hal semacam ini, jangan memintaku...."
"Ah seperti ini saja."
Dia mengetik sesuatu dengan cekatan. Kali ini aku melihatnya seperti sosok yang selama ini aku lihat di kursi kafe paling ujung yang biasa ia duduki. Hanya saja, saat ini aku bisa melihat potret wajahnya lebih dekat.
"Oh ya, apa id instagrammu? Biar aku tambahkan dicaption sebagai fotografer."
"Ah, tidak perlu."
"Tidak apa-apa, dengan begitu kita juga bisa saling mengenal, 'kan."
Benar juga, bahkan sampai detik ini, aku masih belum mengetahui siapa namanya.
"at seoyongie27," gumamku lirih, tak ingin terlihat antusias di depannya.
"...."
"Ada apa?"
"Aku merasa tidak asing dengan nama itu, di mana ya ...."
Yang benar saja! Bukan hanya dia yang terkejut, aku juga terbawa suasana karena...ya karena tidak mungkin dia sudah mengenalku sebelumnya! Memangnya kisah drama drama korea yang penuh ketidakrealistisan itu? (Paling tidak, tidak realistis untukku pribadi, sih)
"Sudah kupost!"
Aku langsung segera membuka instagramku yang sebenarnya tidak sering-sering amat kubuka--karna aku akhir-akhir ini lebih sering berkelana di twitter.
Reaksi pertamaku melihat notifikasi adalah : Hah?
Yoaxi, salah satu youtaite yang kuidolakan menandaiku dalam postingannya?
Orang di sebelahku ini--YANG BENAR SAJA?!?!
in the air
among the clouds
just you and me" -10
.
.
.
jenuh
semua yang kulakukan selama ribuan hari ini rasanya sedikit sedikit membunuhku. kenapa, ya? padahal mereka bilang kesusahan dan halangan itu adalah hal yang wajar ditemui dalam kehidupan. namun semakin lama, yang kutemukan dalam perjalanan tanpa arah ini hanyalah keinginan besarku untuk mencuri garis start
aku ingin selesai
aku merasa sudah sangat cukup untuk mengakhiri
keadaan ekonomi yang pontang panting sejak ayahku meninggal, kinerjaku yang tidak becus dalam segala hal--karna terlalu banyak berpikir dan mengeluh, mungkin?--tumpukan tanggungjawab yang semakin membebani pundakku sampai rasanya aku ingin seseorang memutilasi tubuhku saja, semuanya terasa sangat pelik
kata mereka "tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hambanya". Namun hingga detik ini, aku masih tidak menemukan faktanya dalam realita. Yang kulihat selama ini, orang-orang bukan melewatinya--justru berjalan memutar, atau lari--mereka tidak benar-benar menghadapi terjalan itu
"Permisi." renunganku di sela-sela waktu kerja sebagai pelayan di salah satu kafe milik temanku dirusak oleh tepukan tangan seseorang di pundak sebelah kiri. Aku menoleh ke arah dengungan suara itu dan ... oh, rupanya aku akan mendapatkan masalah setelah ini.
"Ah, maaf, ada yang bisa saya bantu?"
"Itu, sebenarnya saya sudah memesan sih, tapi boleh tolong fotoin saya?"
Pelanggan kafe memang sangat beragam, dari anak-anak polos yang datang karena mengikuti orang-orang dewasa yang biasa mereka lihat, sampai orang-orang zaman now yang menyeruput kopi sambil menuntut permintaan-permintaan yang aneh. Sebenarnya meminta tolong untuk memfotokannya tidak termasuk dalam permintaan yang aneh sih, jika dibandingkan kejadian minggu lalu ketika ia menghadapi pelanggan yang meminta kertas dan pensil warna untuk menggambar di kafenya. Yang benar saja, dia kira tempat ini taman kanak-kanak? Sayangnya, pelaku dari keduanya adalah orang yang sama. Ya, laki-laki yang selalu datang dengan topi buket warna putih ini.
"Sudah."
"Lagi lagi!! Saya ganti pose dulu. Gimana ya...."
Aku menahan diri agar tidak menghela nafas dan memutar bola mata; tanda bahwa aku keberatan dengan permintaan orang aneh ini.
"Yak, ini yang terakhir..."
Dengan secepat kilat senyum lebar lelaki tersebut langsung sirna ketika ia mulai berakting, menyandarkan dagunya dengan tangan kiri, dengan posisi candid pada kamera.
"Sudah, ya."
"Terimakasih terimakasih!!"
"Sama-sama."
Aku langsung kembali ke kursi dudukku di dekat kasir. Setelah duduk, kuamati laki-laki tadi yang masih melihat-lihat hasil fotonya. Dia tampak tersenyum, seperti puas dengan apa yang dilihatnya. Syukurlah.
Tapi, kalau dipikir-pikir, laki-laki itu terlalu aneh. Dia terlalu tampan untuk menjadi sosok jomlo yang selalu datang ke kafe sendirian dengan kegiatan tidak jelasnya di depan ponsel dan buku-bukunya. Sepertinya dia bukan mahasiswa, dia tidak pernah membawa tas besar atau buku-buku yang biasa dibawa para mahasiswa untuk mengerjakan tugas di kafe. Sejauh ini, kira-kira sudah empat kali laki-laki itu datang, dan dia selalu sendirian di tempatnya selama lebih dari satu jam. Ah, mungkin dia tipe orang yang suka menyendiri? Mungkin dia memang butuh saat-saat 'me time'.
Aku tengok dia lagi. Dia tampak menikmati kesendiriannya. Ah, kelihatannya menyenangkan sekali bisa menikmati kebahagiaan sendiri seperti itu.
"Seo."
Aku melirik seseorang yang berdiri di sebelahku. "Ya?"
"Kau memandanginya terus. Kenapa hayo ...."
"He? Gaada apa-apa, kok. Cuma ngerasa aneh aja."
"Aneh kenapa?"
"Dia selalu sendiri. Dan setiap ke sini, permintaannya selalu aneh-aneh."
"Ya maka dari itu lebih baik kamu temani dia! Dia lumayan, loh."
"Yang benar saja, ini kan tempatku untuk bekerja. Memangnya aku ini gadis penghibur apa."
"Aish, kan siapa tau memang jodoh."
"Ih Yenaaaaa."
Dan aku tidak tau sejak kapan, pemandangan laki-laki itu sudah tidak bisa aku dapatkan dari tempatnya semula. Dia sudah pergi.
Aku jamin, sekitar hari rabu atau sabtu, dia akan datang lagi kemari.
Ah, kenapa aku seperti sangat memperhatikannya?
...
Benar, dua hari berikutnya, dia benar-benar datang, sesuai dugaanku. Namun dia datang tepat ketika aku berganti shift--jam tujuh.
Kami berpapasan di depan pintu masuk. Aku memberi salam sebentar, dia pun membalasnya dengan anggukan dan senyum mengembang.
Kami seperti dua orang yang saling mengenal, padahal nyatanya jauh dari itu. Saling mengetahui nama saja tidak.
Aku melaluinya, mengambil langkah, makin menjauh dari kafe untuk segera menemui kosku yang letaknya nyaris satu kilometer dari sana, melewati lalu lalang pinggiran jalan kota yang sudah mulai redup
hari minggu adalah hari di mana aku benar-benar lepas dari semua pekerjaan selain pekerjaan kos. biasanya aku menghabiskan hari itu dengan bermalas-malasan, tidur, makan, melihat sosial media, dan hal-hal tidak produktif lainnya. dan biasanya, di hari-hari itu juga keinginanku untuk berhenti, meluapluap
dan hari ini aku memutuskan untuk berjalan-jalan keluar sebentar, melihat sekeliling, mencari udara segar dan mencari pemandangan hijau di bukit kecil belakang kos. dulu aku pernah beberapa kali di sana bersama teman-teman untuk piknik, dan sekarang sudah bukan zamannya
Kalau dipikir-pikir, menyedihkan juga, melihat semua temanku sudah berjalan jauh di sana sedangkan aku masih tetap berdiri di sini, sendirian
Ah persetan dengan semua itu. Aku harus mencari kebahagiaanku sendiri sebelum benar-benar harus berakhir
"Eh?"
Sesampainya di puncak bukit, aku mendapati seseorang tengah tertidur di tanah, menghadap langit yang diselimuti awan putih, dengan kedua tangan di belakang kepala dan topi buket putih yang menutupi wajahnya yang terlelap. Aku tau jelas siapa dia, namun tidak dengan namanya
Dia sama sekali tidak bergerak sekalipun tadi aku mengekspresikan keterkejutanku dengan suara
Aku sempat bingung, apa aku harus kembali ke kos saja atau tetap berada di sana. Namun kubulatkan tekat untuk tetap di sana, ini suatu kesempatan juga kan untuk mengenal siapa laki-laki yang selama ini mendatangi kafe itu?
"Permisi."
"...." Sepertinya dia terbangun, dia menyingkirkan topinya dan menatapku dengan matanya yang sangat berbeda dengan biasanya kali ini; membengkak, iris coklatnya berkaca-kaca.
"A...ah..... maaf sudah mengganggu, saya nggak tau kamu di sini."
"Wah kebetulan. Tolong fotoin, ya."
Ah, tidak lagi.
Aku pun lagi-lagi harus menuruti permintaannya. Padahal aku sedang tidak bekerja di kafe!
"Terimakasih!" Ujarnya antusias setelah aku mengambil beberapa foto untuknya. "Kau tidak mau kufoto juga?"
"Ah buat apa haha lagian tidak akan bagus jika aku jadi objeknya."
Dia tak menjawab apapun setelah aku berbicara demikian, membiarkan suara angin terus berbisik di antara kami. Hei, apakah ada yang salah dari ucapanku?
Tak lama kemudian, dia mengambil lengan kiriku.
"Hei-"
"Pasti lelah, ya."
Aku terdiam, aku tidak tau mengapa dia berbicara demikian. Namun tak lama kemudian aku tersadar. Dengan cepat aku langsung menarik tanganku.
"Kenapa?"
Aku masih tak menjawab.
"Tidak apa-apa, kita sama. Mau lihat?"
Ini situasi yang konyol, aku benar-benar tidak bisa menyuarakan apapun.
"Aku tidak yakin kau berkenan mendengar ceritaku, kenapa aku ada di sini, dan kenapa mataku membengkak. Lagipula itu tidak menarik. Tapi rasanya keberadaanmu membuatku sedikit lebih tenang."
"Karena merasa ada yang senasib?"
"Bukan begitu... karna kau mau menyapaku, meski kau tidak tau namaku."
Aku benar-benar tidak mengerti dengan laki-laki ini.
"Aku juga tidak yakin kau penasaran dengan ceritaku. Tapi tidak apa-apa, kita pasti akan baik-baik saja."
Aku berbicara seakan-akan aku yakin dengan apa yang aku bicarakan. Benar-benar omong kosong.
"Tidak, tidak. Coba lihat awan itu." Ia mengarahkan telunjuknya ke atas. "Keliahatannya lembut dan nyaman sekali, tapi nyatanya, kau tak bisa berjalan atau berbaring di atasnya."
"Maksudmu?"
"Aku ingin terbang."
"Tidak nyambung."
"Nyambung! Aku ingin menerobos awan, karna aku tidak bisa berjalan di atasnya."
"Memangnya ada apa dengan awan?"
"Nggak ada apa-apa. Kamu mau terbang juga, nggak?"
"Apaan sih ...."
"Ah sebentar, aku perlu mengupload foto-foto tadi di akun instagramku."
Laki-laki itu menjelajahi saku celananya dan mengeluarkan handphone silver dari dalam sana.
"Caption nya apa, ya. Ada ide?"
"Aku buruk dalam hal semacam ini, jangan memintaku...."
"Ah seperti ini saja."
Dia mengetik sesuatu dengan cekatan. Kali ini aku melihatnya seperti sosok yang selama ini aku lihat di kursi kafe paling ujung yang biasa ia duduki. Hanya saja, saat ini aku bisa melihat potret wajahnya lebih dekat.
"Oh ya, apa id instagrammu? Biar aku tambahkan dicaption sebagai fotografer."
"Ah, tidak perlu."
"Tidak apa-apa, dengan begitu kita juga bisa saling mengenal, 'kan."
Benar juga, bahkan sampai detik ini, aku masih belum mengetahui siapa namanya.
"at seoyongie27," gumamku lirih, tak ingin terlihat antusias di depannya.
"...."
"Ada apa?"
"Aku merasa tidak asing dengan nama itu, di mana ya ...."
Yang benar saja! Bukan hanya dia yang terkejut, aku juga terbawa suasana karena...ya karena tidak mungkin dia sudah mengenalku sebelumnya! Memangnya kisah drama drama korea yang penuh ketidakrealistisan itu? (Paling tidak, tidak realistis untukku pribadi, sih)
"Sudah kupost!"
Aku langsung segera membuka instagramku yang sebenarnya tidak sering-sering amat kubuka--karna aku akhir-akhir ini lebih sering berkelana di twitter.
Reaksi pertamaku melihat notifikasi adalah : Hah?
Yoaxi, salah satu youtaite yang kuidolakan menandaiku dalam postingannya?
Orang di sebelahku ini--YANG BENAR SAJA?!?!
Sabtu, 19 Januari 2019
suara dan kata
aku tidak mengerti kenapa banyak orang menganggap suara nasal itu tidak bagus dan tidak pantas
padahal segala teknik pasti ada bagusnya; itulah mengapa disebut teknik, 'kan?
tidak semua hal bagus bisa dilakukan dengan cara yang sama
suara nasal yang mereka benci, bisa jadi suara-suara yang selama ini menopang jiwa-jiwa yang rapuh
seperti kata-kata yang mereka anggap basi,
sampah,
bullshit,
akan jadi menenangkan bagi jiwa-jiwa yang butuh mendengarnya
komentar akan tetap menjadi komentar
karena faktanya, semua hal tidak akan pernah menemui satu makna yang pasti
langkah delapanbelas, menuju sembilanbelas
Halo, saya kembali, kali ini ntah kesambet apa aku tiba-tiba ingin cerita dan curhat banyak hal tentang hidupku yang warna warni HILIH. Lebih tepatnya hal-hal yang aku alami setahun belakangan ini. karna aku tidak yakin akan ada yang baca jadi aku benar-benar cerita seekspresif mungkin(?) dan kalo misal ada yang baca dan dari kalian ngerasa butthurt aku minta—gaminta apa-apa sih alias bodo amat. Sudah konsekuensi anda sendiri menjelajah di blog saya jadi yaudahlah tinggal iyain aja!! Hihi
Jadi aku mengalami sebuah fase dalam hidup yang sangat eummmm ekstrem, apa ya, pokoknya kaya inti dari hidup tu sumbernya dari sini, dalam proses menuju kedewasaan, alias peralihan dari SMA ke bangku kuliah. Kenapa kubilang sangat ekstrem, karna dari sini lah kehidupan yang sesungguhnya dimulai hilih bicit. Tapi emang bener dah, apalagi buat perantau mania, bener-bener bukan hal yang biasa lagi buat dijalani. Yakan yakan…………………………………………………………………….
Nah langsung to the point aja dah jadi ceritanya aku udah nih ya dapet kampus, PTN lagi, yang diidamidamkan dari dulu lagi. Dapetnya juga dari jalur ga ngapa-ngapain alias hoki aja alias SNMPTN. Perfek banget ga hidup saya? Awalnya si begitu gan, rasanya mulus banget semulus kulit jehyun ensiti sampe aku sendiri bingung dan suudzon. Karna setiap aku mendapat hal-hal yang baik atau enak tu biasanya selanjutnya akan diiringi dengan hal-hal buruk. Dan jengjeng!! Aku kek anak hogwartz jurusan peramalan nasip, bener dong. Dulu tu sampe pas aku baru dapet kabar aku lolos, aku bukannya ngestory hore hore aku lolos tapi ngechat temen-temen yang nyelametin aku dengan kalimat “Plis doain gue gasalah jurusan” KARNA AKU UDAH SESUUDZON ITU WKWKKWWKKWKWKWK
Jadi mulai aja yach dari pertengahan #loh kita maen alurnya bolak balik ini kawan, recent-past-future. Hilih emangnya struktur bahasa inggris. Tapi biar gampang lah
Jadi aku ini mahasiswi—hm anggap saja ‘mantan’ mahasiswi ding—jurusan dexxsaxxin xxinxxtexxrxxixxoxr #sensoryangtidakberguna di salah satu ptn di jogja. Kampusku ini adalah kampus yang bener-bener kuidamidamkan banget guys serius kalo di mata orang kampus terbaik di Indonesia tu UGM atau ITB atau UI, buatku mah kampusku ini yang terbaik WKWKWKWKK kenapa aku bisa berpikir begitu? Karna aku wibu. Dah, paham kan kamsudnya. Jadi dulu tu aku suka banget sama anime jadul judulnya Honey and Clover, itu ceritanya tentang kehidupan tokoh-tokohnya yang kuliah di kampus seni gitu. Aku liat kek seru banget kayanya gabikin bosen dsb makanya aku ngebet banget pengen masuk kampusku ini yang notabene katanya sih kampus seni terbaik di Negara ini, hm
Kalo jurusan kenapa aku pilih itu? Pengen aja sih, bingung soalnya WKWKWKWKWK aku dulu cuma ngincer kampusnya aja yekan, jurusannya masih bingung kira-kira apa dah yang bisa aku masuki (karna aku jurusan IPA, sumpah da kalo SNM ak galolos di sana aku gabakal mau maso-maso SBM soshum buat masuk sana) dan denger-denger prodi yang ada IPA nya dikit (YAK DIKIT BANGET SIH INI MAH NYARIS GAADA) tu DI, katanya ada matkul fisika bangunan. Dan kebetulan aku mantan anak OSN fisika #BOONG lebih tepatnya mantan calon,,,,,,,,,,,karna dulu aku sering bolos bimbingan, dan berujung gajadi deh hehe Okelah capcuz. Trus kebetulan ada sempay di SMA yang anak jurusan ini juga. Jadi aku langsung berpikir “wah ini dia jalan ninjaku!!” dengan naifnya wkwk
Aku kira pelajaran seni-senian ini bakal mengasyikan dan menyenangkan dan no galau galau club karna aku menilik ke masa-masa sekolahku sebelumnya tu rasanya berat banget ngitung-ngitung menghapal belajar terosssssss sampe otak bocor. Kan seni kek Cuma praktek gitu kan ya sesuka hati kita juga eh bambang ternyata salah besar. Ini catetan juga ya bagi kamu kamu semua, gaada satupun bidang yang mudah dipelajari. Sekalipun itu bahasa yang kamu anggap gampang tinggal biasain aja, atau jualan makanan itu gaada satu pun yang gampang alias gabisa diperingkatin mana bidang paling susah sampe yang paling gampang. Ga bi sa!! Inget inget ini ya~
Aku kaget awal-awal kuliah, bulan September pas itu. Aku mencoba menenangkan diri dengan membatin “ah lama-lama juga pasti bisa beradaptasi” gitu dah kira-kira sampe nyaris akhir bulan dalam semester satu itu aku berpikir spt itu dan akhirnya nyerah juga wkwkwkwkkw awal mula aku merasa menyerah tu di bulan oktober. Iya itu baru dua bulan kuliah dah anjer udah mau keluar wkwkkwkwkw dan bulan itu kebetulan bulan lahirku kan ya, di sana gaada yang tau aku ultah. Hari ulang taunku jadi hal yang sekedar lewat biasa aja. Dan yaudah. Tambah mellow dah hati q
Aq menjalani hari demi hari di sana, mengerjakan tugas seadanya aja karna emang udah less motivation. Aku akhirnya curhat-curhat juga ke temen SMA and temen cyber. Dan berujunglah aku membulatkan tekad untuk pindah dan memberanikan diri ngomong ke ortu. Itu pas bulan desember awal. Dan akhirnya ortu setuju-setuju aja sih, lebih tepatnya mama setuju. Tapi ayahku kagaaaaaaaaaaaaaaaaa
Pokoknya banyak banget hal yang dilakukan bapak biar aku mempertimbangkan keputusanku lagi. Sampe beliau beliin aku hape jirrrrrrrrrrrrrrrrrr kayak disogok wakakkakakak tapi aku tetep kekeh, gabisa. Aku gabisa kuliah dengan ‘asal kuliah’. Itu nyiksa banget buatku yang dari kecil suda terdidik sbg siswi soleha #WAT aku gabisa terusin, karna ak gayakin bisa tanggungjawab kalo aku kedepannya bisa lebih baik lagi dan ak jadi sukses di bidang itu. Egois? Banget lah anjir. Sampe saat ini bahkan aku masih dapet banyak banget semprotan dari orang-orang. Egois katanya, ga tanggungjawab sama pilihan sendiri, dsb dsb sampe gue searching dah gimana caranya mati syahid
Its not like aku benci sama bidangnya, bukan juga karna aku ngerasa gabisa menekuni bidang itu. Cuma ya rasanya gaberjodoh aja tau gasi kalo kalian pernah pacaran pasti tau (tapi aku gapernah pacaran juga sih hehe sotoy aing). Ada yang mengganjal dan negesin kalo bidang ini tu emang bukan buatku, dan aku terlalu memaksakan diri kalo aku tetep lanjut di sana. Lagi pula cita-citaku bukan jadi disener, tujuanku pas itu tu cuma nuntut ilmu, cari tau hal-hal yang asing buatku, dan keidealisanku itu ternyata tidak sejalan dengan realita yang ada. Ujungnya aku juga kebawa arus dan ideologi(?)ku ikut banyak berubah. “Kuliah tu ya buat kerja nantinya. Ngapain cape cape kuliah ujungnya gakerja di bidang yang dipelajari itu?” kalimat-kalimat semacam itu jadi merasuk ke dalam lubuk hatiku. pffftttt
Jadi ya begitulah kawan. Aku sekarang masih belum stabil juga keadaan psikisnya. Aku masih belum ada tujuan ke depan yang bulet. Masih berantakan banget. Apalagi dengan hal-hal/skill yang aku punya sampe sekarang tu aduh terlalu banyak #songeng #tapibeneran, aku terlalu banyak ngeksplor sampe ujungnya gabisa fokus ke satu hal doang. Aku emang dari kecil gampang kepo sama ilmu-ilmu baru dan mostly yang aku jelajahi tu literatur, seni, dan teknologi. Hal-hal yang kayanya sangat jarang aku temui di sekolah. Aku selalu dapet semua itu dari luar, dari temen-temen, dari internet, karna inisiatifku sendiri sih. jadi kesimpulannya adalah aku salah jurusan!!! Dah itu aja Walo rasanya berat banget angkat kaki dari kampus tercinta ini #hoek karna yaaaa emang aku suka karna banyak pameran pertunjukan dsb gituuuuu yaelah jadi makin yakin kalo aku tu salah tempat. Pilih kampus bukannya buat belajar tapi buat menikmati fasilitasnya doang hahaha
Tapi kalo dipikirpikir emang bener sih kata orang, aku ga bertanggungjawab atas pilihanku sendiri. Pas SMA tu susah banget dapet restu ortu buat bisa dapetin kampus & prodi ini. mereka kan orang eksak semua ya, keluarga besarku juga mana ada yang orang seni. Mereka semua nganggap seni tu gabaik dan blablabla. Aku dulu nangis berharihari dah lebay amat MENANGISI PILIHAN YANG SALAH, BODOH SEKALI ANDA. Sampe aku ikut lomba disen poster kan beruntungnya dapet juara dan baru sejak saat itu aku direstui hmmmmmmmmmmmmmmmmm nisa sabyan
Apakah aku menyesal dengan keputusanku dulu? Nggak. Karna itu emang yang aku mau. Aku seneng banget ko pernah kuliah di kampus ini. dapet temen-temen yang aneh-aneh, jalan-jalan keliling jogja, dsb, aku menikmatinya. Ya emang dasarnya jalan hidupku harus begini kali ya? Aku bakal lebih kecewa kalo seumur hidup aku gapernah kesampean ke kampus ini :”)
but still aku kecewa juga sama diri sendiri yang mentalnya gasekuat orang lain, mungkin bagi oranglain keluhanku tu biasa aja n gaperlu lah sampe pindah-pindah but srsly, biasa di kamu, gabiasa di saya. Saya sampai sempet kepikiran buat mati aja saking gabisa nya nerima keadaan yang sangat jauh dari ekspektasi, dan itu sangat menyakitkan, huft. Setiap hari dibayang-bayangi keinginan ingin mati, kemudian orang-orang sekitar juga terus-terusan bikin jokes tentang suicide seakan-akan hal itu bukan hal yang serius dan sekedar bahan becandaan aja, haha haha ha memangnya aku sekuat hero marvel
Dan doain ya, aku pejuang sbm 2019 nie, dan ujungnya aku balik ke bidang yang aku tekuni saat SD HAHAHAHAHAHAHAH emang udah gila, tapi bidangku saat itu menurutku adalah bidang yang paling membentuk kepribadianku yang sekarang. Cita-cita pertama dan alasanku mau banyak mengeksplor ilmu, tu ya karna bidang ini. apa hayo wkwkwkkw rahasia. Dan intinya eksak sih, sama kaya keluarga besarku (HADEHHH EMANG AKU TU SEBENERNYA GABISA KELUAR DARI LINGKARAN SETAN INI) doain ya gengs aku lancar semuanya, betah di tempatku selanjutnya, dapet banyak pengalaman bagus dan makin termotivasi buat terus hidup hehe
Sekian bacot panjang saya. Makasih udah baca TAPI KOK LU MAU-MAUNYA SIH BACA SAMPE ABIS
Silakan tunggu kabar baik dariku di kehidupan yang baru~ Byebye!!
Jadi aku mengalami sebuah fase dalam hidup yang sangat eummmm ekstrem, apa ya, pokoknya kaya inti dari hidup tu sumbernya dari sini, dalam proses menuju kedewasaan, alias peralihan dari SMA ke bangku kuliah. Kenapa kubilang sangat ekstrem, karna dari sini lah kehidupan yang sesungguhnya dimulai hilih bicit. Tapi emang bener dah, apalagi buat perantau mania, bener-bener bukan hal yang biasa lagi buat dijalani. Yakan yakan…………………………………………………………………….
Nah langsung to the point aja dah jadi ceritanya aku udah nih ya dapet kampus, PTN lagi, yang diidamidamkan dari dulu lagi. Dapetnya juga dari jalur ga ngapa-ngapain alias hoki aja alias SNMPTN. Perfek banget ga hidup saya? Awalnya si begitu gan, rasanya mulus banget semulus kulit jehyun ensiti sampe aku sendiri bingung dan suudzon. Karna setiap aku mendapat hal-hal yang baik atau enak tu biasanya selanjutnya akan diiringi dengan hal-hal buruk. Dan jengjeng!! Aku kek anak hogwartz jurusan peramalan nasip, bener dong. Dulu tu sampe pas aku baru dapet kabar aku lolos, aku bukannya ngestory hore hore aku lolos tapi ngechat temen-temen yang nyelametin aku dengan kalimat “Plis doain gue gasalah jurusan” KARNA AKU UDAH SESUUDZON ITU WKWKKWWKKWKWKWK
Jadi mulai aja yach dari pertengahan #loh kita maen alurnya bolak balik ini kawan, recent-past-future. Hilih emangnya struktur bahasa inggris. Tapi biar gampang lah
Jadi aku ini mahasiswi—hm anggap saja ‘mantan’ mahasiswi ding—jurusan dexxsaxxin xxinxxtexxrxxixxoxr #sensoryangtidakberguna di salah satu ptn di jogja. Kampusku ini adalah kampus yang bener-bener kuidamidamkan banget guys serius kalo di mata orang kampus terbaik di Indonesia tu UGM atau ITB atau UI, buatku mah kampusku ini yang terbaik WKWKWKWKK kenapa aku bisa berpikir begitu? Karna aku wibu. Dah, paham kan kamsudnya. Jadi dulu tu aku suka banget sama anime jadul judulnya Honey and Clover, itu ceritanya tentang kehidupan tokoh-tokohnya yang kuliah di kampus seni gitu. Aku liat kek seru banget kayanya gabikin bosen dsb makanya aku ngebet banget pengen masuk kampusku ini yang notabene katanya sih kampus seni terbaik di Negara ini, hm
Kalo jurusan kenapa aku pilih itu? Pengen aja sih, bingung soalnya WKWKWKWKWK aku dulu cuma ngincer kampusnya aja yekan, jurusannya masih bingung kira-kira apa dah yang bisa aku masuki (karna aku jurusan IPA, sumpah da kalo SNM ak galolos di sana aku gabakal mau maso-maso SBM soshum buat masuk sana) dan denger-denger prodi yang ada IPA nya dikit (YAK DIKIT BANGET SIH INI MAH NYARIS GAADA) tu DI, katanya ada matkul fisika bangunan. Dan kebetulan aku mantan anak OSN fisika #BOONG lebih tepatnya mantan calon,,,,,,,,,,,karna dulu aku sering bolos bimbingan, dan berujung gajadi deh hehe Okelah capcuz. Trus kebetulan ada sempay di SMA yang anak jurusan ini juga. Jadi aku langsung berpikir “wah ini dia jalan ninjaku!!” dengan naifnya wkwk
Aku kira pelajaran seni-senian ini bakal mengasyikan dan menyenangkan dan no galau galau club karna aku menilik ke masa-masa sekolahku sebelumnya tu rasanya berat banget ngitung-ngitung menghapal belajar terosssssss sampe otak bocor. Kan seni kek Cuma praktek gitu kan ya sesuka hati kita juga eh bambang ternyata salah besar. Ini catetan juga ya bagi kamu kamu semua, gaada satupun bidang yang mudah dipelajari. Sekalipun itu bahasa yang kamu anggap gampang tinggal biasain aja, atau jualan makanan itu gaada satu pun yang gampang alias gabisa diperingkatin mana bidang paling susah sampe yang paling gampang. Ga bi sa!! Inget inget ini ya~
Aku kaget awal-awal kuliah, bulan September pas itu. Aku mencoba menenangkan diri dengan membatin “ah lama-lama juga pasti bisa beradaptasi” gitu dah kira-kira sampe nyaris akhir bulan dalam semester satu itu aku berpikir spt itu dan akhirnya nyerah juga wkwkwkwkkw awal mula aku merasa menyerah tu di bulan oktober. Iya itu baru dua bulan kuliah dah anjer udah mau keluar wkwkkwkwkw dan bulan itu kebetulan bulan lahirku kan ya, di sana gaada yang tau aku ultah. Hari ulang taunku jadi hal yang sekedar lewat biasa aja. Dan yaudah. Tambah mellow dah hati q
Aq menjalani hari demi hari di sana, mengerjakan tugas seadanya aja karna emang udah less motivation. Aku akhirnya curhat-curhat juga ke temen SMA and temen cyber. Dan berujunglah aku membulatkan tekad untuk pindah dan memberanikan diri ngomong ke ortu. Itu pas bulan desember awal. Dan akhirnya ortu setuju-setuju aja sih, lebih tepatnya mama setuju. Tapi ayahku kagaaaaaaaaaaaaaaaaa
Pokoknya banyak banget hal yang dilakukan bapak biar aku mempertimbangkan keputusanku lagi. Sampe beliau beliin aku hape jirrrrrrrrrrrrrrrrrr kayak disogok wakakkakakak tapi aku tetep kekeh, gabisa. Aku gabisa kuliah dengan ‘asal kuliah’. Itu nyiksa banget buatku yang dari kecil suda terdidik sbg siswi soleha #WAT aku gabisa terusin, karna ak gayakin bisa tanggungjawab kalo aku kedepannya bisa lebih baik lagi dan ak jadi sukses di bidang itu. Egois? Banget lah anjir. Sampe saat ini bahkan aku masih dapet banyak banget semprotan dari orang-orang. Egois katanya, ga tanggungjawab sama pilihan sendiri, dsb dsb sampe gue searching dah gimana caranya mati syahid
Its not like aku benci sama bidangnya, bukan juga karna aku ngerasa gabisa menekuni bidang itu. Cuma ya rasanya gaberjodoh aja tau gasi kalo kalian pernah pacaran pasti tau (tapi aku gapernah pacaran juga sih hehe sotoy aing). Ada yang mengganjal dan negesin kalo bidang ini tu emang bukan buatku, dan aku terlalu memaksakan diri kalo aku tetep lanjut di sana. Lagi pula cita-citaku bukan jadi disener, tujuanku pas itu tu cuma nuntut ilmu, cari tau hal-hal yang asing buatku, dan keidealisanku itu ternyata tidak sejalan dengan realita yang ada. Ujungnya aku juga kebawa arus dan ideologi(?)ku ikut banyak berubah. “Kuliah tu ya buat kerja nantinya. Ngapain cape cape kuliah ujungnya gakerja di bidang yang dipelajari itu?” kalimat-kalimat semacam itu jadi merasuk ke dalam lubuk hatiku. pffftttt
Jadi ya begitulah kawan. Aku sekarang masih belum stabil juga keadaan psikisnya. Aku masih belum ada tujuan ke depan yang bulet. Masih berantakan banget. Apalagi dengan hal-hal/skill yang aku punya sampe sekarang tu aduh terlalu banyak #songeng #tapibeneran, aku terlalu banyak ngeksplor sampe ujungnya gabisa fokus ke satu hal doang. Aku emang dari kecil gampang kepo sama ilmu-ilmu baru dan mostly yang aku jelajahi tu literatur, seni, dan teknologi. Hal-hal yang kayanya sangat jarang aku temui di sekolah. Aku selalu dapet semua itu dari luar, dari temen-temen, dari internet, karna inisiatifku sendiri sih. jadi kesimpulannya adalah aku salah jurusan!!! Dah itu aja Walo rasanya berat banget angkat kaki dari kampus tercinta ini #hoek karna yaaaa emang aku suka karna banyak pameran pertunjukan dsb gituuuuu yaelah jadi makin yakin kalo aku tu salah tempat. Pilih kampus bukannya buat belajar tapi buat menikmati fasilitasnya doang hahaha
Tapi kalo dipikirpikir emang bener sih kata orang, aku ga bertanggungjawab atas pilihanku sendiri. Pas SMA tu susah banget dapet restu ortu buat bisa dapetin kampus & prodi ini. mereka kan orang eksak semua ya, keluarga besarku juga mana ada yang orang seni. Mereka semua nganggap seni tu gabaik dan blablabla. Aku dulu nangis berharihari dah lebay amat MENANGISI PILIHAN YANG SALAH, BODOH SEKALI ANDA. Sampe aku ikut lomba disen poster kan beruntungnya dapet juara dan baru sejak saat itu aku direstui hmmmmmmmmmmmmmmmmm nisa sabyan
Apakah aku menyesal dengan keputusanku dulu? Nggak. Karna itu emang yang aku mau. Aku seneng banget ko pernah kuliah di kampus ini. dapet temen-temen yang aneh-aneh, jalan-jalan keliling jogja, dsb, aku menikmatinya. Ya emang dasarnya jalan hidupku harus begini kali ya? Aku bakal lebih kecewa kalo seumur hidup aku gapernah kesampean ke kampus ini :”)
but still aku kecewa juga sama diri sendiri yang mentalnya gasekuat orang lain, mungkin bagi oranglain keluhanku tu biasa aja n gaperlu lah sampe pindah-pindah but srsly, biasa di kamu, gabiasa di saya. Saya sampai sempet kepikiran buat mati aja saking gabisa nya nerima keadaan yang sangat jauh dari ekspektasi, dan itu sangat menyakitkan, huft. Setiap hari dibayang-bayangi keinginan ingin mati, kemudian orang-orang sekitar juga terus-terusan bikin jokes tentang suicide seakan-akan hal itu bukan hal yang serius dan sekedar bahan becandaan aja, haha haha ha memangnya aku sekuat hero marvel
Dan doain ya, aku pejuang sbm 2019 nie, dan ujungnya aku balik ke bidang yang aku tekuni saat SD HAHAHAHAHAHAHAH emang udah gila, tapi bidangku saat itu menurutku adalah bidang yang paling membentuk kepribadianku yang sekarang. Cita-cita pertama dan alasanku mau banyak mengeksplor ilmu, tu ya karna bidang ini. apa hayo wkwkwkkw rahasia. Dan intinya eksak sih, sama kaya keluarga besarku (HADEHHH EMANG AKU TU SEBENERNYA GABISA KELUAR DARI LINGKARAN SETAN INI) doain ya gengs aku lancar semuanya, betah di tempatku selanjutnya, dapet banyak pengalaman bagus dan makin termotivasi buat terus hidup hehe
Sekian bacot panjang saya. Makasih udah baca TAPI KOK LU MAU-MAUNYA SIH BACA SAMPE ABIS
Silakan tunggu kabar baik dariku di kehidupan yang baru~ Byebye!!
Langganan:
Postingan (Atom)