Rabu, 30 September 2020

girlstalk

Diposting oleh fuyuhanacherry di 06.03

Barangkali cinta memang membasuh perih seperti kata Dewa19, alih-alih menyesal, Maya justru merasa semuanya telah lepas; kekesalan, kekecewaan, cemburu, dan segala keluh kesah batin lainnya. Mungkin bukan rela, tapi memang cinta sudah sepatutnya seperti itu. Di luar sana orang-orang merasa bahwa memperjuangkan dan mengejar adalah bagian dari usaha terbaik mereka. Pada kenyataannya itu hanya menunjukkan obsesi semata. Kalau memang cinta, seharusnya tidak perlu ada rasa takut tidak tercapai, teraih, termiliki, atau tertolak—itu pamrih.

Dan Maya rasa, kecintaannya terhadap sahabatnya bukanlah sekedar obsesi.

Bagaimana mengatakannya, ya? Sebenarnya hal yang cukup lumrah seseorang mengubah arah pandang perasaan terhadap sahabatnya. Mungkin itu adalah sebagian dari bukti nyata pepatah Jawa, ‘witing tresno jalaran soko kulino’.

Tapi Maya tahu diri. Ujung panah dari rasa yang diam-diam menyelinap dalam hatinya akhir-akhir ini bukanlah kuasa atau kepemilikan. Dia merasa perasaannya sudah cukup valid untuk dipendam saja, tidak perlu ada yang tahu. ‘Lama-lama juga akan hilang kalau sudah lelah.’ Lagipula, jika ada oranglain yang tahu, justru akan membuat dunianya kacau.

Masalahnya, dia bukan orang yang mudah lelah; stamina fisik maupun batinnya sudah teruji seperti itu.

“Kamu lagi naksir orang nggak, sih?”

Pertanyaan ini terulang kembali setelah berpuluh-puluh kali dilontarkan oleh mulut-mulut yang berbeda. Sudah seperti ringtone khusus yang akan orang-orang putar ketika dia terlihat suntuk. Mereka kenapa sih, selalu penasaran dengan ranah privasi semacam itu, pikir Maya. Tapi kali ini orang yang menanyakannya justru orang yang selama ini dia pikirkan semalam suntuk, yang dia sebut dalam doanya yang sia-sia—sampai kapanpun. Karena dia tahu, tuhannya tidak akan mengizinkan permintaan hina seperti itu untuk dibalas kabul, oleh manusia sesuci apa pun.

“Nggak.”

“Ah, masa, sih?” Orang itu menanggapi dengan nada tak percaya. ‘Bodoh, mana mungkin aku mengakuinya di depanmu.’ Maya membatin, sambil mengamati orang di sampingnya yang juga tengah mengamati dirinya lekat-lekat sambil tersenyum miring.

“Dari dulu nggak berubah, ya.”

“Sekarang gantian kutanya,” ucap Maya, memutar balik arah obrolan. “Kamu kapan berhenti mengharapkan crushmu itu?”

“Kalau udah capek.”

Alasan yang sama. Hanya saja, Maya terlalu enggan untuk mengaku. Asal bisa tetap bersama gadis manis ini, Maya pikir itu bukan ide yang buruk. Biarlah diam di sana sampai usang. Jika memang cintanya berbentuk besi, biar saja sampai berkarat. Pun dia tak keberatan bila hatinya teriritasi. Itu lebih baik daripada orang terkasihnya tahu bahwa dia adalah manusia yang tidak selurus liuk rambutnya, sebab akan terlalu banyak kemungkinan; dibuang, dilupakan, dibantah, dicaci, disingkirkan, diasingkan, atau dianggap angin lalu.

“Kalau udah capek, bilang-bilang.”

“Mau pijetin?”

“Nggak, mau bersyukur aja.”

0 komentar:

Posting Komentar

 

home sweet dream Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review